Menantu Yang Tidak Diinginkan sebuah cerita yang dialami seorang wanita yang tidak diinginkan oleh mertuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Asiseh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Beberapa hari di rumah sakit, Surya hanya datang ketika pulang kerja dan pagi-pagi sekali akan pulang karna ia akan bekerja, sedangkan Dara tidak pernah lagi datang ke rumah sakit.
Keadaan Nita juga semakin membaik, jika terus membaik nanti sore sudah diizinkan pulang.
“Rasanya bosan sekali ada di rumah sakit, badan rasanya pegal-pegal karna tiduran tapi kalau di rumah pasti akan rindu rebahan seperti ini” Nita bermonolog
Nita membayangkan ketika dirinya di rumahnya, Dara pasti akan menyuruh-nyuruh lagi apalagi Nita sudah tidak sedang hamil tidak ada alasan baginya untuk beristirahat.
Nita menghela nafasnya kasar, perubahan Surya semakin hari semakin menjadi. Surya yang perhatian tak lagi ia temukan.
Meski Surya sering datang ke rumah sakit, sikapnya dingin pada Nita
Kreek
Pintu terbuka, Nita melihat siapa yang datang ternyata dokter yang memeriksanya.
“Bagaimana rasanya bu Nita, apa masih ada keluhan?” tanya dokter
“Tidak dok, saya merasakan lebih baik. Apa saya boleh pulang?” Nita sudah bosan berada di rumah sakit
“Kalau kondisi ibu baik nanti sore diperbolehkan pulang, tapi ketika sudah pulang jangan terlalu banyak gerak atau kelelahan”
“Iya dok”
Dokterpun keluar setelah mengecek keadaan Nita.
Di depan kamar inap Nita, Surya berpapasan dengan dokter yang baru saja selesai memeriksa Nita.
“Pak Surya” ucap dokter
“Iya dok?”
“Boleh kita bicara sebentar ke ruangan saya”
“Boleh dok”
Surya mengikuti dokter masuk ke dalam ruangannya.
“Ada apa ya dok? Sepertinya serius sekali” Surya melihat wajah dokter tersebut
“Sebenarnya saya ingin menyampaikan sesuatu yang mungkin sangat menyakitkan untuk bapak dan istri”
“Apa itu dok?”
“Kemarin kami melakukan pemeriksaan dan efek dari benturan yang terjadi pada perut bu Nita akan membuat bu Nita susah untuk mengandung kembali, bukan tidak mungkin karna semuanya sudah ditentukan oleh Allah selain usaha bapak dan istri juga harus selalu berdo’a karna tak ada yang tidak mungkin bagi-Nya”
Mendengar penuturan dokter, Surya merasa syok.
“Apa tidak bisa disembuhkan dok?” tanya Surya
“Tidak bisa pak, tenang pak Surya ini bukan tidak mungkin tapi hanya susah jadi pak Surya dan istri juga tetap harus berusaha”
Surya diam beberapa menit lalu pamit keluar untuk melihat Nita.
“Kalau begitu saya keluar dok terima kasih”
“Iya sama-sama pak, saya belum memberi tahu pada istri bapak karna saya takut mempengaruhi kondisinya nanti, kalau memang pak Sury ingin memberi tahunya pelan-pelan saja karna takutnya istri bapak tidak terima dengan keadaan yang sulit ini” jelas dokter
“Iya dok, terima kasih”
“Sama-sama”
Sury pun keluar dari ruangan dokter dan menemui Nita. Surya tidak mengajaknya bicara mulai dari ia masuk sampai akhirnya duduk di sofa.
“Mas” panggil Nita
Surya menoleh dan menghampiri Nita “Iya ada apa?” tanya Surya
“Kamu kenapa?” tanya Nita
“Tidak apa-apa, kamu istirahat saja nanti kita pulang aku sengaja izin untuk pulang cepat agar bisa membawamu pulang” ucap Surya
Nita mengangguk “Mas, aku mau ngomong”
“Mau ngomong apa?”
“Boleh aku bekerja lagi?” Nita menatap sang suami
Surya berubah datar, bukannya ia tak mau Nita bekerja lagi, tapi di saat seperti ini dia malah memikirkan pekerjaan.
“Kenapa kamu malah memikirkan itu, apa kamu memang sengaja membuat semua ini terjadi agar kamu bisa bekerja lagi?” ketus Surya
“Tidak mas bukan seperti itu aku hanya-“
“Sudahlah Nit, aku malas membicarakan ini, kamu istirahat saja”
Surya kembali duduk di sofa dan memainkan ponselnya.
Nita menghela nafasnya kasar, mungkin belum tepat waktunya membahas ini apalagi setelah kejadian ini Surya tampak berbeda.
Apalagi barusan Surya juga terlihat tidak suka dan sedikit emosi dengan Nita karna membahas masalah pekerjaan, sampai Surya berpikir kalau dirinya sengaja membuat anaknya tidak ada karna ingin bekerja, hal itu membuat Nita semakin melihat raut kecewa di wajah Surya.
Tidak ada obrolan diantara mereka, Nita sesekali melirik Surya yang masih bermain dengan ponselnya, entah memang ada hal penting atau hanya sengaja untuk menghindari dirinya.
*
Sore harinya, setelah dokter memeriksa bahwa keadaan Nita sudah membaik dan diperbolehkan pulang. Surya membantu Nita untuk berjalan sampai masuk ke dalam taksi.
Selama perjalanan tak ada obrolan diantara mereka, hanya bunyi mesin yang terdengar. Bahkan Surya enggan melihat ke arah Nita.
Sesampainya di rumah, Surya langsung membawa Nita ke dalam kamar untuk beristirahat, setelah mengantar Nita ke dalam kamar, Surya kembali keluar.
“Mau ke mana mas?” tanya Nita yang melihat Surya membuka pintu
“Mau ke dapur, sekalian buat kopi” jawab Surya tanpa menoleh pada Nita
Lagi-lagi Nita hanya bisa menghela nafasnya dengan sikap Surya yang seperti berubah 180°. Nita akui dirinya salah telah membicarakan masalah pekerjaan di waktu seperti ini, tapi seharusnya Nita juga merasa sakit hati karna ucapan Surya yang seakan menuduhnya tidak ingin anaknya hidup.
Ibu mana yang tega membiarkan anak yang dikandungnya pergi untuk selama-lamanya meski ini semua sudah takdir tapi tetap saja Nita tidak ingin semua terjadi.
Andai waktu bisa diulang, ia mungkin akan menolak Dara untuk membersihkan toilet agar anaknya masih ada dan Surya pasti tidak akan bersikap dingin seperti ini.
“Aku tidak ingin semuanya terjadi mas, kalau boleh memilih lebih baik aku saja yang pergi. Aku tidak kuat jika harus melihat kamu seperti ini” Nita meneteskan air matanya ia tak kuasa menahan kesedihannya
Lelaki yang biasanya selalu ada di sampingnya ketika sakit kini mulai menghindar.
Nita berusaha memejamkan matanya, ia merasa lelah menangis dan akhirnya tertidur.
Surya masuk ke dalam kamarnya melihat Nita yang sudah tertidur duduk di sampingnya.
“Andai kamu mendengarkan ucapan aku mungkin semua ini tidak akan terjadi, anak kita masih ada dan aku juga tidak mau kamu terlalu memikirkan pekerjaan kamu, di saat seperti ini kamu masih bisa memikirkan pekerjaan kamu, apa memang pekerjaan kamu lebih penting sampai kamu segitunya” ucap Surya menatap Nita yang sudah tertidur pulas
Surya memilih untuk merebahkan tubuhnya di samping sang istri sesekali ia mengusap rambutnya.
Rasa di hatinya tak pernah berubah, hanya sikap Surya yang mungkin tidak lagi seperti dulu. Surya bersikap seperti itu karna ia merasa kecewa dengan Nita. Surya juga butuh waktu untuk bisa menerima keadaan ini.
Di lubuk hatinya yang paling dalam, ia tak mau kalau bersikap kasar, tapi ucapan ibunya barusan membuatnya berpikir yang tidak-tidak.
Dara menyampaikan apa yang Fifi lihat waktu sebelum kejadian Nita terjatuh di kamar mandi, Dara juga menambahkan cerita kalau Nita sepeti bahagia pergi dengan Hengki