Halo semua nya. Ini novel author yang ke 3. Di novel ini pemeran utama nya agak berbeda dengan dua pemeran utama di novel author yang lain.
Selamat membaca, dan semoga kalian suka.
Setelah di selingkuhi, dan di tinggal nikah oleh sang kekasih, Mawar di jodohkan dengan anak dari majikan Bapaknya. Bukan nya Mawar tidak mau, hanya saja laki-laki itu bertingkah layak nya wanita. Bapaknya yang seorang supir keluarga itu, terpaksa menerima perjodohan Mawar dan Angga. Banyak yang di harapkan dari pernikahan mereka berdua. Entah bagaimana nasib Mawar selanjutnya.. Selamat membaca. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Dengarkan aku dulu, Mawar. Setelah itu kamu bisa pergi. Tapi untuk sekarang, aku mau kamu mendengarkan penjelasan ku terlebih dahulu." Ucap Angga meyakinkan Mawar.
Wajah polos dan serius Mawar membuat Angga yakin, Jika Mawar pasti akan mendengarkan penjelasan nya.
Tapi tiba-tiba saja...
" Auh,,, aduh. Sa-kita Mawar. Lepaskan! "
Mawar tiba-tiba menjam-bak rambut panjang Angga. Ia pun membawa nya ke kamar itu.
"Jelaskan! Aku tidak akan melepaskan rambut mu sebelum semua nya jelas."
"Ya tapi kan sa-kit. Kamu nggak kasihan sama aku, calon suami mu?"
"Aku juga sakit menahan cemburu. Tahu!"
"Kamu cemburu Mawar? Itu artinya, kamu.."
Mawar memperkuat jam-bakan nya. Angga tidak mengaduh kali ini. Ia biarkan Mawar menjam-bak nya sesuka hati.
Pengakuan Mawar tadi membuat nya berbunga-bunga dan menjadi obat untuk segala rasa sakit yang ada.
"Cepat ngomong nya! Jangan sampe botak beneran kamu nanti."
"Iya iya.. Galak amat sih calon istri."
"Cepat!"
"Coba kamu perhatikan lagi lukisan itu dengan seksama. Kamu pasti akan tahu siapa gadis itu."
"Enak aja kamu menyuruh ku memperhatikan lukisan itu. Kamu masih waras, Angga?"
"Justru karena aku masih waras lah maka nya aku menyuruh mu melihat nya. Kau yakin kamu pasti tahu. Lihat dengan teliti dan jelas. Baju itu, bukan kah kau mengenal nya? Dan jepitan rambut itu,,,"
"Tunggu dulu."
Mawar mendekat dan memperhatikan nya dengan seksama. Ia seperti tahu jepit rambut itu. Jepit rambut yang sama dengan milik nya. Jepit rambut kado ulang tahun yang di berikan oleh mendiang Ibu kandung nya.
"Apa kah itu aku?"
"Apa kau sudah mengingat nya? Bukan kah saat itu kau sedang menangis." Ucap Angga.
Mawar memutar kembali memori nya ke beberapa tahun silam. Saat itu, ia tidak di izinkan untuk memanjang kan rambut nya.
Setiap kali rambut nya sudah panjang, Nyonya Kantil pasti akan memotong nya. Bagi Nyonya Kantil, hanya rambut Maharani yang boleh cantik dan panjang.
Saat itu ia menangis dan mengadukan nya pada sang Bapak. Bukan nya membela sang Bapak hanya memaklumi apa yang telah di perbuat oleh Istri kedua nya itu.
Saat itu lah Pak Budi memberikan jepit rambut yang telah di siapkan oleh mendiang istri nya untuk Mawar.
Mawar mengambil jepit rambut itu dan kemudian berlari ke kebun bunga mawar yang ada di halaman rumah Angga. Ia menangis di sana.
Karena di sana lah satu-satunya tempat yang aman untuk menangis. Selama ini ia tidak ingin kelihatan cengeng di hadapan Nyonya Kantil dan putri kesayangannya.
"Gimana? Sudah ingat kan?" Tanya Angga.
Perlahan rambut Angga di lepas oleh Mawar. Ia merasa bersalah sekali karena telah memperlakukan Angga dengan kasar.
Mawar tiba-tiba memeluk erat tubuh Angga. Angga yang merasakan nya pun hanya diam saja. Ia tahu, ada luka yang telah ia gali kembali saat menceritakan asal usul lukisan itu.
"Maafkan aku.. Aku.."
Mawar tiba-tiba menangis. Ia tahu ia tidak boleh kelihatan lemah. Akan tetapi, luka nya di masalalu membuat nya tidak bisa untuk tidak menangis.
"Menangis lah saat kamu di depan ku. Setidak nya, aku akan membantu menghapus air mata mu." Ucap Angga sambil menatap wajah Mawar yang sudah basah.
Mawar pun hanya mengangguk. Akan tetapi suara cacing di perut nya membuat ia tertawa terbahak-bahak.
Kruek.. Kruek..
" Kamu lapar? Tunggu di sini sebentar biar aku buatkan sesuatu. "
" Emang kamu bisa?"Tanya Mawar tidak yakin.
" Lihat aja nanti."Ucap Angga sambil mengedipkan mata nya.
Setelah itu, ia pun mulai bertempur di dapur. Mawar hanya menjadi penonton setia. Tidak lama kemudian, beberapa menu makanan telah siap.
" Waw, seperti nya ini enak sekali. "Ucap Mawar.
Mereka pun dalam diam. Dan Mawar sangat menikmati menu - menu yang di buatkan oleh Angga.
" Terima kasih ya, Angga. Cacing ku akhir nya telah di selamatkan. "
" Iya sama-sama. Yaudah, yuk aku antara kan pulang. Ini udah malam banget. Takut nggak ada lagi kenderaan di jam segini."
"Oke deh. Yuk."
Angga mengantar Mawar kemudian. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Mereka sama-sama menikmati rasa yang telah mereka miliki saat ini.
Mawar tidak menyangka bisa bertemu kembali dengan seseorang yang berasal dari masa kecil nya. Ia berfikir, jika itu sudah berakhir.
Tapi ternyata ia salah. Semua yang terjadi belum lah berakhir. Melainkan awal yang baru untuk kehidupan Mawar.
*****
Sudah dua hari Reno tidak pulang ke rumah nya. Maharani merasa uring-uringan dan kesel sekali dengan sikap Reno yang tidak menghargai nya.
Ia pun menghubungi Mawar kembali. Bukan nya menghubungi sang suami, Rani lebih memilih menghubungi Mawar dan ingin tahu beberapa hal.
Tut....
"Halo, ada apa?"Tanya Mawar di seberang sana.
"Mengapa baru di angkat? Dari kemarin aku udah hubungi kamu."Ucap Maharani ketus.
"Trus? Apa masalah nya?"
"Nggak usah sombong deh. Baru juga nikah sama banci, tapi bisa lupa diri kayak gitu."
"Urusan sama situ apa? Kalau memang ngga ada yang penting, aku tutup ni."
"Eh, jangan gitu dong kak. Aku mau nanya sesuatu ni. Bisa kita ketemu?"
"Nggak. Untuk apa aku ketemu kamu. Nggak penting juga." Ucap Mawar terus terang.
"Jangan gitu dong Kak Mawar. Please."
"Kak Mawar? Kok tumben sopan? Pasti ada mau nya ini kan?"
"Iya sih kak. Aku cuma mau ketemu. Sebentar aja kok."
"Oke. Nanti aku kirimkan alamat nya. Udah dulu. Aku masih ngantuk. Bye."
Mawar langsung mengakhiri panggilan nya. Ia tidak ingin berlama-lama berbicara dengan Maharani.
Mawar merasa heran dengan keinginan Maharani yang ngotot ingin bertemu dengan nya. Entah rencana apalagi yang ada di pikiran adik nya itu.
Mawar pun mengirimkan sebuah alamat tempat mereka akan bertemu nanti. Alamat itu tidak jauh dari rumah Mawar. Ia tidak ingin lelah jika membuat janji di tempat yang jauh. Biarkan Maharani berusaha sendiri.
Beberapa jam kemudian, mereka bertemu di sebuah kafe yang ada di dekat rumah Mawar. Kafe yang tenang, banyak di penuhi oleh bunga-bunga yang sedang bermekaran.
"Maaf terlambat, Kak." Ucap Maharani yang datang dengan nafas yang tidak beraturan.
"Kamu kayak habis di kejar setan aja."
"Habis nya aku takut telat, dan Kak Mawar sudah pulang."
"Kok tumben kamu menghargai aku? Biasa nya peduli setan sama urusan ku." Ucap Mawar sambil menyunggingkan senyum nya.
"Bisa nggak kali ini kita bicara serius, Kak Mawar?" Tanya Rani penuh harap.