Yuda Laksana adalah seorang anak yang ditemukan oleh Eyang Braja Sedeng didalam sebuah hutan yang angker.
kedua orang tuanya mati terbunuh oleh sekumpulan perampok yang menyerang desa mereka.
Dengan gemblengan ilmu silat dan pukulan sakti menjadikan Yuda Laksana tumbuh menjadi pemuda yang sakti mandraguna dan diwariskan senjata maha dahsyat pedang Naga Bumi dan diberikan nama baru Yuda Edan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Dick, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lahirnya Seorang Pendekar Pembela Kebenaran
Warok kendil yang melihat pemandangan yang luar biasa dihadapannya dengan cepat menotok tubuh Sekar lalu membopongnya untuk kembali ke desa karena waktu mereka tidak banyak sedangkan Sekar dari mulutnya keluar cacian karena tangan warok kendil meremas dengan kasar gunung kembarnya yang terbuka.
tiba-tiba ditempat itu terdengar suara bayi yang sangat lantang dan sepertinya sang bayi punya firasat ibunya sedang menghadapi masalah yang besar.
Sekar yang melihat hal itu langsung berkata,"tuan jangan sakiti anakku...aku akan melakukan apapun asalkan anakku selamat..."ucap Sekar dengan air mata yang jatuh berlinang di pipinya.
"hahahahahaha kau sendiri yang meminta kalau pelayananmu tidak enak akan aku belah anakmu. Kau boleh menggendongnya!"ucap warok kendil lalu melepaskan totokan ditubuh Sekar dan Sekar langsung merapikan pakaiannya yang tersingkap lalu mendekap Yuda dalam pelukannya lalu berjalan pulang kerumahnya.
Sesampainya mereka disana, Sekar sudah melihat suaminya sudah tergeletak kaku dengan tubuh membiru.
Sekar hendak berlari memeluk suaminya tapi dengan cepat warok kendil langsung mencegahnya dan merebut anaknya itu.
"masuk kedalam....!"perintahnya dengan golok yang melintang dileher sang bayi.
Sekar yang tidak dapat berbuat apa-apa hanya bisa pasrah, dengan berlinang air mata dia menuruti kemauan warok kendil lalu warok kendil menutup pintu tersebut.
Sambil duduk diatas balai-balai bambu, kendil memerintahkan Sekar untuk berdiri dihadapannya.
"buka pakaianmu...!"perintah warok kendil sambil terus melintangkan golok dileher sang bayi yang terus menangis.
Dengan terpaksa Sekar menuruti permintaan warok kendil.
Kancing demi kancing dibukanya lalu pakaiannya dicampakkan dilantai, kedua tangannya menutupi sepasang gunung kembarnya yang bagus dari tatapan warok kendil yang seakan-akan hendak menelannya hidup-hidup.
"sekarang buka celanamu!!!"perintah warok kendil kembali.
Sekar pun menuruti keinginan warok kendil sehingga tubuhnya kini tidak tertutup selembar benangpun juga dan membuat warok kendil menelan ludah beberapa kali lalu meletakkan bayi tersebut diatas balai-balai lalu menghampiri Sekar dan tangannya menggerayangi seluruh tubuh Sekar dan setelah membaringkan Sekar, warok kendil menggagahi tubuh Sekar dengan kasar hanya air mata yang terus bergulir dipipinya yang cantik lalu setelah selesai dia menotok tubuh Sekar lalu memanggil kedua saudaranya untuk menikmati tubuh Sekar.
Warok Cakil dan warok singkil yang melihat tubuh Sekar begitu bagus langsung meloloskan celananya dan menggagahi tubuh Sekar bergantian yang membuat Sekar semakin kesakitan pada bagian tubuhnya itu dan membuat Sekar pingsan karena terus digagahi bergantian.
Setelah selesai mereka berkata kepada kendil,"mau kita apakan perempuan ini?"tanya warok Cakil.
"kita bunuh saja kakang agar tidak muncul masalah dikemudian hari!"ucap warok kendil.
"hahahahahaha aku suka pemikiranmu kendil. Sekalian saja mayat suaminya kita bakar hahahaha"ucapnya lalu memerintahkan anggotanya untuk menggotong mayat Gatot dan dilemparkan disebelah Sekar yang masih pingsan.
Mereka melemparkan obor api keatas rumah yang masih terbuat dari kayu yang mudah terbakar dan tidak lama kemudian api yang besar membakar rumah tersebut.
"ayo kakang kita tinggalkan tempat ini!"ajak kendil.
Mereka semua mulai meninggalkan desa tersebut tanpa mereka ketahui sesosok tubuh melesat masuk kedalam rumah yang terbakar dan mengambil bayi yang terus menangis dan sedikit saja dia terlambat memberikan pertolongan sepotong kayu yang dilamur api jatuh tepat diatas tempat bayi tersebut diletakkan.
Sosok itu menatap sekilas kepada dua orang yang sudah terbakar hangus lalu melesat pergi meninggalkan tempat itu sambil menggendong sang bayi yang terus menerus menangis tiada henti seakan-akan menangisi kepergian kedua orang tuanya untuk selama-lamanya.
***
Seorang pemuda bertelanjang dada yang berwajah sangat tampan bergerak cepat dengan pedang kayu ditangannya.
Dia memainkan jurus pedang yang sangat hebat sehingga setiap gerakannya menghasilkan angin deras yang memerihkan kulit.
"Yuda percepat lagi gerakanmu jangan seperti perempuan. Gunakan tenaga dalammu hancurkan pohon itu dengan pedang kayu itu!"perintahnya.
"baik eyang...!"ucap Yuda lalu mengebutkan pedang kayu ditangannya dan melipatgandakan tenaga dalamnya lalu dengan sekali hentak dia mengayunkan pedang tersebut dengan jurus pedang sakti menghancurkan angkara sehingga muncul cahaya perak menghiasi pedang kayu tersebut dan pohon yang dihantamnya hancur lebur berkeping-keping.
"hehehehehe bagus edan....jurus pedang sakti menghancurkan angkara sudah kau kuasai dengan sempurna sekarang tahan seranganku ini!"ucap sang eyang dengan lengannya berubah warna menjadi keperakan dan memaparkan hawa panas maha dahsyat.
"e...eyang...apakah kau hendak membunuhku dengan pukulan lahar perak itu?"tanya Yuda.
"kalau kau tidak mau mati konyol bergegaslah tahan seranganku ini!"perintahnya.
Yuda tidak mau berdiam diri, dia melipatgandakan tenaga dalamnya sampai maksimal lalu tubuhnya berputar sehingga menimbulkan deru topan yang dahsyat lalu dari dalam putaran topan tersebut dia melesat keluar lalu mengibaskan tangannya saat sang guru sudah melesatkan pukulannya kearahnya.
Cahaya keperakan berkiblat ke arah Yuda dan Yuda dengan kecepatan kilat mengibaskan deru topan dahsyat itu menyongsong pukulan sang guru.
"bummmmm....."ledakan dahsyat terdengar ditempat itu.
Tubuh Yuda terlempar lima langkah kebelakang dan memuntahkan darah segar sedangkan tubuh sang guru kakinya melesak kedalam tanah sampai sebatas pahanya dan dadanya berdenyut sakit lalu dari mulutnya keluar muntahan darah juga.
Dengan cepat sang guru melesat keatas dan duduk bersila menyalurkan tenaga dalamnya dan hawa murninya untuk menyembuhkan tubuhnya sedangkan Yuda sudah selesai menyembuhkan dirinya lalu menghampiri sang guru dan membantu menyalurkan hawa saktinya ke tubuh sang guru.
"cukup Yuda tarik kembali tenaga dalammu, eyang sudah tidak apa-apa"ucapnya dan Yuda menuruti permintaan gurunya.
"bagus...bagus...Yuda tidak sembarang orang bisa menahan ajian lahar perak itu dan kau berhasil menahannya. sekarang bersihkan dirimu dan setelah itu temui guru ditempat guru bersemedi!"perintah sang guru.
"sekarang atau nanti..."ucap Yuda.
"sekarang edan atau mau ke ketok kepalamu dengan tongkat ini hehehehehe"ucap sang eyang.
"ampun...ampun eyang...iya aku pergi sekarang..."ucap Yuda lalu berkelebat pergi meninggalkan sang guru.
Setelah selesai membersihkan dirinya Yuda menemui sang eyang yang telah merawatnya sejak bayi serta mengajarkan berbagai ilmu kesaktian kepadanya.
"salam hormatku eyang..."ucap Yuda dan sang guru membuka matanya dan tersenyum lalu berkata,"duduklah dihadapan eyang Yuda!"ucapnya dan Yuda pun mengikuti apa yang diperintahkan sang guru.
"Yuda berapa umurmu sekarang?"tanya eyang.
"hmmmm....berapa ya?sepuluh tahun kali eyang...."ucap Yuda sambil senyum-senyum.
"tidak usah berlaku edan didepan eyang Yuda nanti telingamu eyang pindahkan ke pantat mau?"ancam sang eyang.
Yuda langsung mendekap kedua telinganya dan berkata,"ampun eyang nanti bagaimana saya buang air..."ucap Yuda dan sang eyang senyum-senyum sendiri.
Bersambung...