Karena takut dipenjara dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, Kaisar Mahaputra terpaksa menikahi seorang gadis belia yang menjadi buta karena ulahnya.
Sabia Raysha ialah gadis yang percaya pada cerita-cerita Disney dan yakin bila pangeran negeri dongeng akan datang untuk mempersuntingnya, dia sangat bahagia saat mengetahui bila yang menabraknya adalah lelaki tampan dan calon CEO di perusahaan properti Mahaputra Group.
Menikah dengan gadis ababil yang asing sementara ia sudah memiliki kekasih seorang supermodel membuat Kaisar tersiksa. Dia mengacuhkan Sabia dan membuat hidup gadis itu seperti di neraka. Namun siapa sangka, perhatian dari adik iparnya membuat Sabia semakin betah tinggal bersama keluarga Mahaputra.
“Menikahimu adalah bencana terbesar dalam hidupku, Bia!” -Kaisar-
“Ternyata kamu bukanlah pangeran negeri dongeng yang selama ini aku impikan, kamu hanyalah penyihir jahat yang tidak bisa menghargai cinta dan ketulusan.” -Sabia-
**********
Hai, Bestie! Jangan lupa klik ❤️ dan like agar author semakin semangat update dan berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Otot Kalis
Sebagai orang kedua di perusahaan Mahaputra Group, Kaisar adalah sosok yang cukup disegani dan terkenal dingin di mata semua bawahannya. Bertemu klien, melakukan negosiasi terkait operasional perusahaan dan segala ***** bengeknya adalah pekerjaan sehari-hari seorang Kaisar Mahaputra. Dan kini, dihari minggu yang cerah, di rumah mungil keluarga Darma, Kaisar menemani Bu Darma menguleni roti!! Ya, roti. Seorang COO Mahaputra Group beralih profesi menjadi tukang kue dadakan.
Setelah semalam tidur di kamar bernuansa pink kiyowo, paginya dijamah liar oleh Sabia dan kini siangnya ia harus berurusan dengan tepung, telur dan mentega. Ingin kabur namun Kaisar tak berani, bisa-bisa ia akan dicap sebagai menantu tak tahu diri dan berakhir di penjara dingin itu lagi. Hiiii ... bahkan membayangkan ruangan sempit itu saja keringat dingin sudah membasahi keningnya.
"Kenapa Mama nggak pake alat yang muter-muter itu saja?" Kaisar memperhatikan mertuanya yang fokus menimbang berat masing-masing bahan.
"Mixer?" tanya Bu Darma memastikan.
"Iya, mixer. Kenapa nggak mencampur pake alat itu saja?"
"Mama cuma punya mixer kecil, cuma cukup untuk membuat satu resep roti. Ini sekarang ada pesanan yang membutuhkan lima resep, tambah lama nanti kalo pake mixer kecil." Bu Darma menjelaskan dengan detail.
Kaisar menoleh pada mixer yang teronggok di meja dekat wastafel. Benar, mixer itu memang berukuran kecil. Perhatian Kaisar beralih pada tumpukan benda kotak yang terbuat dari semacam besi di dekat lemari, ia tak paham apa nama benda itu, mungkin untuk mencetak roti atau semacamnya.
"Kalo cuma bikin satu resep pasti Mama ngadonnya pake mixer itu, Kai." Bu Darma mengoceh lagi dengan tatapan yang masih fokus pada angka di timbangan.
Setelah cukup lama menimbang beberapa bahan, Bu Darma mencuci tangan dan mengeringkannya menggunakan tisu. Dengan lihai, tangannya yang mungil seperti milik Sabia mulai mengaduk-aduk tepung dan beberapa bahan lain di mangkuk stainles. Kaisar masih tak bergeming dan fokus memperhatikan adonan di mangkuk yang mulai menggumpal. Ia takjub melihat perubahan bentuk tepung, gula dan telur itu, apakah terbentuknya bayi juga prosesnya sama dengan mengaduk adonan ini?
"Nih, kamu perhatikan, ya. Mama kasih contoh, nanti kamu lanjutkan! Biar nggak percuma kamu punya tangan kekar tapi nggak bisa nguleni roti!" Bu Darma menuang adonan yang sudah berubah bentuk menjadi gundukan bola besar itu ke meja.
Kaisar menunduk, memperhatikan otot lengannya yang memang terbentuk sejak ia rutin berolahraga. Mertuanya sangat pintar memuji sekaligus menantang nyalinya.
Dengan lihai, Bu Darma menekan adonan dengan menggunakan telapak tangannya. Meremmas, menekannya dengan punggung telapak tangan, membalik, melipat lagi menjadi dua, terus seperti itu hingga Kaisar mulai hafal dengan ritme dan gerakannya.
"Paham?" tanya Bu Darma seraya menoleh pada menantunya.
Kaisar mengangguk cepat. Kalo cuma menguleni seperti itu sih gampang! Kecil!!
"Ya sudah sana cuci tangan dulu!"
..
..
..
Sementara itu, di halaman yang asri dan rindang. Sabia dan Memey sedang duduk bersantai di ayunan. Memey yang sangat rindu pada sahabatnya langsung datang berkunjung begitu Pak Darma memberi kabar bila Sabia menginap di rumahnya.
Tangan berotot Memey menggenggam tangan mungil Sabia yang hangat.
"Lu bahagia nggak dengan pernikahan lu?" tanya Memey menyelidik.
Meski Sabia tak pernah bercerita tentang keadaan rumah tangganya namun Memey bisa menebak bila Bia pastilah terpaksa menjalani semuanya.
"Bahagia. Mereka memperlakukan gue dengan baik, Mey. Bahkan Mama Mira, Papa Syailendra dan Hari sudah nganggep gue kaya keluarga mereka sendiri."
"Kalo Kaisar? Kenapa lu nggak nyebut nama dia juga?" Memey memotong.
Ekspresi Sabia berubah tegang dan Memey bisa melihat perubahan mimik itu dengan jelas.
"Dia juga baik. Meski kadang masih nyebelin. Tapi kan semuanya butuh waktu, Mey. Terkadang gue juga merasa aneh dengan pernikahan tiba-tiba ini, gue dan Kaisar masih harus beradaptasi."
"Ya sudah, yang penting dia nggak jahat sama lu."
"Nggak, kok. Kai baik, dia juga sering bantuin gue mengenal banyak hal di rumahnya," ungkap Sabia berdusta, ada rasa bersalah di hati kecilnya karena sudah membohongi sahabatnya yang baik ini. "Kapan-kapan lu main ke rumah mertua gue dong! Nanti gue kenalin sama Hari, adiknya Kaisar. Orangnya baik banget!" timpal Sabia bersemangat.
Memey tak menyahut, ia lebih sibuk membaca ekspresi Sabia ketimbang merespon perkataan sahabatnya. Dia telah mengenal Sabia sejak mereka masih SD, setiap mimik Bia sudah sangat dihafal oleh Memey. Dalam hati kecilnya, ia yakin ada sesuatu yang disimpan oleh Sabia.
"Mey, kok diem!?" Sabia mengeratkan genggaman Memey di tangannya.
"Iya, gue masih di sini."
"Oh iya, masukin nomor lu di hape baru gue dong! Nih." Sabia merogoh ponsel di saku baju tidurnya dan menyerahkannya pada Memey.
"Hape baru, ya?"
Bia mengangguk cepat. "Iya. Hape gue yang lama ‘kan hilang pas kecelakaan itu, Mey! Jadi Hari beliin gue hape baru biar bisa masukin nomor kalian."
Hari?
Memey mengernyit heran. Kenapa bukan Kaisar yang membelikan Sabia ponsel baru? Ada apa sebenarnya dengan kisah kehidupan rumah tangga sahabatnya ini?
Usai memasukkan nomor ponselnya, iseng Memey mencari nomor kontak Kaisar untuk menyimpannya, namun tak ada. Di ponsel Sabia tidak ada nama Kaisar. Hanya ada lima nomor kontak yang tersimpan. Sekali lagi Memey mengerutkan kening penasaran, pasti ada yang tidak beres!
"Udah, Mey? Kalo udah disimpen terus jadikan nomor lu sebagai nomor darurat di angka lima! Jadi kalo gue mau telepon lu tinggal pencet angka lima cukup lama."
"Oke."
..
..
..
Jam tiga sore, saat Sabia sedang asyik bercanda dengan Memey dan Pak Darma. Kaisar yang baru selesai membantu Bu Darma memutuskan untuk ikut bergabung dengan mereka bertiga. Suasana yang tadinya ceria sontak berubah hening dan kaku. Pak Darma masih belum bisa menyukai menantunya.
"Hmm, Bia. Lu sering-sering datang ke sini, dong!" pinta Memey seraya menggoyang lengan Sabia.
"Kamu bisa datang ke rumah kami, Mey! Kapanpun pintu rumah kami selalu terbuka lebar untuk keluarga Sabia, ya kan, Sayang?" Kaisar mengulurkan tangannya di bahu Sabia dan meremasnya dengan mesra.
Untuk per sekian detik, Sabia tak mampu berkata-kata. Bibirnya seketika kelu, kontak fisik yang Kaisar lakukan secara spontan sore ini membuat jantungnya berdegup tak santai.
"Tapi kalian juga wajib mengunjungi kami seperti hari ini. Jangan lupa, Sabia juga masih punya orang tua!" sela Pak Darma tak terima.
Kaisar tersenyum kikuk. "Iya, Yah. Kami pasti akan datang lagi kemari dan mengunjungi Ayah dan Mama."
"Eh, mobil siapa itu?" gumam Memey kaget saat melihat sebuah mobil sedan hitam masuk ke dalam halaman dan berhenti tepat di depan mereka berempat.
Seorang lelaki turun dengan santai dan membungkuk saat melihat Kaisar. Ia lantas membuka bagasi di bagian belakang mobil dan mengeluarkan beberapa kardus besar.
"Siapa yang datang?" desis Sabia penasaran.
"Diki, Sayang."
coba klo ga sakit apa mau di puk puk
cuma taunya marah kan bang koi bang koi pulang" mlh sakit 🤣🤣🤣
Kai ini cari mslh aja ada yg halal
tp cinta mo lawan kah😍