NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Dosa

Takdir Di Balik Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Anak Yatim Piatu / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:26.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Ziel, seorang CEO muda yang tegas dan dingin, memutuskan pertunangannya setelah menemukan bukti perselingkuhan Nika. Namun, Nika menolak menerima kenyataan dan dengan cara licik, ia menjerat Ziel dalam perangkapnya. Ziel berhasil melarikan diri, tetapi dalam perjalanan, efek obat yang diberikan Nika mulai bekerja, membuatnya kehilangan fokus dan menabrak pohon.

Di tengah malam yang kelam, Mandara, seorang gadis sederhana, menemukan Ziel dalam kondisi setengah sadar. Namun, momen yang seharusnya menjadi pertolongan berubah menjadi tragedi yang mengubah hidup Dara selamanya. Beberapa bulan kemudian, mereka bertemu kembali di kota, tetapi Ziel tidak mengenalinya.

Terikat oleh rahasia masa lalu, Dara yang kini mengandung anak Ziel terjebak dalam dilema. Haruskah ia menuntut tanggung jawab, atau tetap menyembunyikan kebenaran dari pria yang tak lagi mengingatnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Lelah Mental

Ruang Kerja Ziel

Ziel duduk di balik meja kerjanya, mencoba fokus pada dokumen yang menumpuk. Ia menghela napas, lalu menyesap air mineral dari gelas di mejanya. Namun, konsentrasinya terusik lagi oleh sesuatu yang sudah berhari-hari membuatnya gusar, bau tubuh.

“Kenapa bau seperti ini bisa sampai tercium kuat sekali?” pikirnya sambil memijat pelipisnya. Ia melirik asistennya, Rika, yang baru saja duduk di depan meja sofa sambil menyiapkan laporan untuk rapat siang nanti.

“Rika,” panggil Ziel dengan nada datar.

Rika mendongak, wajahnya serius. “Ya, Tuan?”

“Apa parfum yang kamu pakai hari ini sama seperti biasanya?” tanyanya, mencoba terdengar wajar meski nadanya terkesan sedikit dingin.

Rika mengerutkan kening, bingung. “Iya, Tuan. Kenapa?”

Ziel menggeleng pelan, mencoba mengendalikan dirinya. “Nggak apa-apa,” katanya sambil menutupi mulutnya dengan tangan, seolah sedang memikirkan sesuatu. Padahal, ia mencoba menahan mual.

Setelah Rika keluar dari ruangannya, Ziel segera membuka jendela dan meraih masker medis yang tergeletak di sudut meja. Ia memakainya dengan gerakan cepat, merasa lebih lega ketika aroma yang mengganggu berkurang.

Ruang Meeting

Beberapa saat kemudian, Ziel memasuki ruang rapat dengan langkah tegap, meskipun kepalanya terasa berat. Para staf sudah menunggu di kursi masing-masing, dan begitu Ziel duduk, mereka langsung memulai presentasi.

Namun, semakin lama Ziel berada di ruangan itu, semakin sulit baginya untuk menahan sensasi tajam di hidungnya. Aroma parfum, bau kertas, bahkan bau tubuh yang bercampur menjadi satu terasa begitu menyengat.

Ia mengetuk meja sekali, membuat semua orang berhenti berbicara. “Maaf, saya sedang kurang enak badan,” katanya, menunjuk maskernya. “Lanjutkan presentasinya, tapi tolong ringkas. Saya tidak punya banyak waktu.”

Staf saling melirik, bingung dengan sikap Ziel yang tampak lebih pendiam dari biasanya. Namun, mereka tidak berani bertanya dan segera melanjutkan presentasi dengan nada lebih hati-hati.

Malam di Rumah Ziel

Saat Ziel tiba di rumah, ia langsung melepas jas dan dasinya, menjatuhkan diri di sofa ruang tengah. Ia memijat pelipisnya yang berdenyut, mengingat kejadian hari itu.

“Ini tidak masuk akal,” gumamnya. “Kenapa penciumanku jadi seperti ini?” Ia menghela napas panjang, rasa frustrasi menguasainya.

Pikirannya kembali pada bau yang ia cium sepanjang hari, parfum, kopi, bahkan aroma tubuh yang biasanya tidak ia perhatikan. Semuanya terasa begitu menyengat, membuatnya lelah secara mental.

“Kalau ini terus berlanjut, aku bisa gila,” ucapnya sambil memejamkan mata.

***

Kontrakan Kecil Dara

Sore itu, Dara duduk di kursi depan meja kecil di dapurnya. Sebungkus nasi dengan lauk ikan goreng dan sambal sudah ia habiskan. Di depannya, sekotak potongan buah segar dan beberapa kue tradisional berjejer, siap menjadi "korban" berikutnya.

Dara menyendok potongan mangga ke mulutnya dengan antusias, lalu meraih kue lapis yang menggiurkan. “Astaga, apa aku lagi kesurupan, ya?” gumamnya dengan mulut penuh. “Baru juga habis nasi, sekarang masih lapar. Apa ini yang namanya karma karena suka ngeledek orang yang makannya banyak?”

Ia berhenti sejenak, memandang tangan kosongnya setelah kue terakhir di piring habis. “Ya ampun, Dara. Udah segini banyaknya, perutmu ini isi apa, tanker minyak?” katanya sambil memegang perutnya yang tetap terasa belum penuh.

Tanpa sadar, ia menoleh ke kulkas kecil di sudut dapur. “Nggak, Dara. Jangan. Semakin hari kamu makan kayak balapan,” katanya pada dirinya sendiri. Tapi beberapa detik kemudian, ia sudah berdiri di depan kulkas, membukanya sambil mengintip isinya.

“Mmm, tahu isi,” gumamnya sambil meraih plastik kecil di dalam kulkas. Ia mengeluarkan isinya dan mulai memanaskannya di penggorengan. Saat menunggu tahu isi matang, ia kembali menggerutu. “Ini tuh nggak wajar, deh. Kemarin beli siomay dua porsi, habis sendiri. Terus malamnya pesan martabak cokelat keju, habis juga. Eh, sekarang masih ngiler lihat tahu.”

Tahu isi selesai digoreng, Dara langsung duduk lagi di depan meja, memakannya dengan lahap. Sambil mengunyah, ia melirik cermin kecil di meja dapur. “Kalau begini terus, bisa-bisa pipiku kayak bakpao. Tapi, ya sudahlah,” katanya pasrah.

Ia kemudian menggeleng sambil tertawa kecil. “Ya Tuhan, kalau memang aku kesurupan, semoga ini kesurupan yang cuma bikin lapar doang. Jangan sampai nyerempet hal-hal mistis, amit-amit.”

Setelah tahu isi terakhir habis, Dara menyandarkan tubuhnya di kursi, perutnya akhirnya terasa penuh. Tapi tidak lama kemudian, sebuah pikiran terlintas di benaknya. “Tapi tadi aku lihat ada donat di warung depan, ya. Enak kali kalau makan donat sama teh manis anget…”

Dara langsung berdiri lagi, meraih dompet kecilnya. “Ah, cuma satu donat aja nggak apa-apa, 'kan? Demi teh manis!” ujarnya semangat sambil keluar dari kontrakannya.

Satu jam kemudian, Dara duduk di kasur kecil kontrakannya, menatap dompet di tangannya dengan alis berkerut. Ia membuka dompet itu, menghitung uang kertas yang tersisa. “Seratus, dua ratus... tiga ratus ribu,” gumamnya pelan.

Ia menatap lembaran uang itu seperti berharap jumlahnya bisa bertambah dengan kekuatan magis. Setelah hening beberapa detik, ia menghela napas panjang. “Ya Tuhan, baru gajian seminggu, tapi udah segini aja sisa uangku. Ini kenapa, sih? Gara-gara makanan semua, 'kan?”

Sambil mendesah, Dara meraih ponselnya dan membuka aplikasi m-banking. Matanya membulat saat melihat saldo di rekeningnya. “Astoge...eh, astaga! Tinggal segini?!” serunya, nyaris menjatuhkan ponselnya.

Ia memijat pelipisnya, mengingat-ingat pengeluaran minggu ini. “Sarapan nasi uduk sama teh manis tiap pagi... makan siang dua porsi ayam geprek... malamnya martabak cokelat... belum lagi buah, kue, tahu isi… Apa aku ini punya perut atau lubang hitam, sih?” katanya dengan nada setengah frustrasi.

Dara sama sekali tak menyadari ada kehidupan lain yang kini tumbuh di dalam tubuhnya. Ia terlalu sibuk dengan rutinitas sehari-hari dan mungkin juga lupa kapan terakhir kali siklus bulannya datang. Semua itu berlalu begitu saja, tanpa pernah terpikir olehnya bahwa sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.

Dara mengusap wajahnya, mencoba menenangkan diri. Ia mengingat Aditya, adiknya yang tinggal di kampung, yang sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya setelah orang tua mereka tiada.

“Kalau aku kayak gini terus, gimana caranya aku nabung buat sekolah Aditya?” gumamnya. Ia mengingat wajah adiknya yang penuh harapan setiap kali mereka berbicara lewat telepon.

Matanya kembali ke dompet yang sudah terlihat tipis, lalu ke ponsel yang masih menampilkan saldo rekeningnya. Dara mendesah panjang. “Jangankan nabung buat sekolah Aditya. Kalau aku terus-terusan makan kayak orang kesurupan, gaji sebulan paling cuma cukup buat bayar kontrakan sama makan doang.”

Ia memandang dompetnya sekali lagi, lalu menggertakkan gigi. “Oke, Dara! Mulai besok, nggak ada lagi nasi uduk tiap pagi. Nggak ada dua porsi ayam geprek. Cukup makan secukupnya. Demi Aditya!” katanya sambil mengepalkan tangan, mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Namun, perutnya tiba-tiba berbunyi. Dara melirik ke arah meja dapur yang masih menyisakan sebungkus keripik pedas. Ia menghela napas lagi, lalu berkata, “Tapi habisin keripiknya dulu, deh. Nggak boleh mubazir.”

Ia berdiri dan meraih keripik itu, sambil bergumam pelan, “Besok. Besok, Dara mulai hemat. Sekarang nikmatin dulu...”

***

Pagi Hari di Rumah Ziel

Ziel berjalan menuruni tangga dengan wajah lesu, matanya sedikit sayu karena tidur malam yang tidak cukup. Saat tiba di ruang makan, ia melihat Elin, mamanya, sudah berdiri di dekat meja makan dengan sebuah kotak bekal di tangannya.

"Ini bekalmu, Ziel," kata Elin sambil menyerahkan kotak itu. "Jangan lupa dimakan."

Ziel menerima kotak itu tanpa banyak bicara, lalu melirik meja makan yang sudah penuh dengan makanan. Ia bergidik sedikit, perutnya sudah mulai terasa mual hanya dengan mencium aroma makanan pagi itu.

“Kamu yakin nggak mau sarapan dulu?” tanya Elin dengan lembut.

Ziel buru-buru menggeleng. “Nggak, Ma. Aku makan di kantor aja. Nggak sempat kalau di sini,” jawabnya cepat.

Elin menghela napas. “Ziel, Mama tahu kamu nggak suka sarapan bareng kami akhir-akhir ini. Tapi kamu kelihatan makin kurus, Nak. Apa kamu benar-benar makan di kantor?”

Ziel hanya mengangguk sambil berusaha memasang senyum tipis. “Iya, Ma. Makasih bekalnya, aku berangkat dulu,” katanya, berusaha mengakhiri percakapan sebelum Elin bertanya lebih jauh.

Saat Ziel berbalik menuju pintu, perutnya tiba-tiba terasa mual lagi. Ia menghentikan langkahnya, menggenggam kotak bekal lebih erat sambil mengatur napas.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Dwi Winarni Wina
pak boss dara itu lagi bingung gmn klo ketahuan hamidun pasti akan dipecat gmn mau kasih makan adiknya dan calon debay tidak bekerja nanti...

Semangat2 dara jgn punya pikiran mau menggugurkan kandunganmu itu
bayi itu tidak berdosa....

Seandainya suatu terbongkar dara hamidun sebaiknya jujur aja sm pak boss korban memperkosaan dara....

kasian jg jd dara hamil tidak tahu siapa pelakunya dan mau minta tanggungjawan sm siapa jg....

blm nanti omongan tmn2 Kantornya pd juling pasti dara hamil diluar nikah...

lanjut thor.....
Dwi Winarni Wina
Minta tanggungjawab sm pak bos aja itu yg sangat dingin dan datar itu....
Sabar dara anak itu titipan jaga dan rawat dia dan sayangi hrs menerima dgn ikhlas....

Pak bos seandainya tahu daralah perempuan yg dinodainya so pasti akan bertanggungjawab menikahinya...

Debay pgn dekat2 sm papanya dan papanya mengalami sindrom coudave....
phity
dara lgi bingung ziel...
Dwi Winarni Wina
Dara tidak fokus kerja ketakutan dirinya hamidun...
Dara testpack dulu membuktikan lg hamil gak....
Sabar ya dara hasil garis dua hrs terima dgn ikhlas dan pasti dara bingung mau minta tanggungjawab sm siapa pria yg menghamilinya wajahnya samar2 dan tidak jelas....
Heri Wibowo
beban Mandara ya gara-gara kamu Ziel.
Mrs.Riozelino Fernandez
noh orang nya serumah sama kamu Dara...tinggal jalan berapa langkah sampe deh...
Septya Tya
bingung jg ya jd dara mau curhat sama siapa mau cerita ke pak bos malah nnti di kira wanita gk bener apa lg di status data diri blm menikah tp kok hamil apa lg sblm tinggl bersama udh hamil,,, gmna gk frustasi lm2 si dara tp hny 1 yg bs nolong dara bukti anting yg ada di pak bos.
Anitha Ramto
Dara cerita yang sebenarnya sama Ziel...berani ga?kali Zie kasih solusi untuk nikahin kamu wkwkwkwkwk🤣
Mrs.Riozelino Fernandez
kk Othor Nana,cover nya ganti ya??
sama dengan cover novel sebelah??
sama2 update juga,kirain novelnya error gak tau nya liat judul beda...
maaf ya kk Thor🙏🏻
Mrs.Riozelino Fernandez: iya kk sama persis,
ikatan diatas kertas,karya kk othor Fajar Riyanti...kk Nana bisa cek...
🌠Naπa Kiarra🍁: Eh, sama kayak cover novel sebelah? Aku gtw, Kak.
Soalnya i yang ganti NT. Coba aku tanya dulu deh besok sama adminnya.
Btw kalau boleh tahu, novel yang judulnya apa yang sama covernya kayak ini, Kak? Bia aku nanti bilang sama adminnua.
total 2 replies
Hanima
👍👍
Sugiharti Rusli
lebih baik kamu coba cek sekarang kehamilan kamu sudah berapa Minggu ke dokter Dara,,,
abimasta
dara jujur aja sama ziel.siapa tau ziel.jadi ingat kejadian malam itu
Sri Hendrayani
jujur aja dara
Sry C'cipit Tea
dag... Dig..dug.... gmn ya selanjutnya.... smoga ziel peka n sadar...
Wiwi
makasih kak bs baca lg karya kakak yg sangat bagus ini ... trus berkarya yah Kak... sukses dan sehat....
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Syavira Vira
💪💪👍🏻👍🙏
Hanima
lanjut Kak
Sri Hendrayani
kok jdi lucu dara ini
phity
aduuuu...kasian dara kan klo bgini thor,...fan pasti ini bakal berpengruh pd hari nya gk konsen gk semangat dan gk ceria, dmna mo cari laki2 yg sdh menanam benih itu
kaylla salsabella
semangat ya dara .....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!