NovelToon NovelToon
Love Story At School

Love Story At School

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Ketos / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bad Boy
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Nyatanya, cinta sepihak itu sangat menyakitkan. Namun, Melody malah menyukainya.

Cinta juga bisa membuat seseorang menjadi bodoh, sama seperti Venda, dia sudah cukup sering disakiti oleh kekasihnya, namun ia tetap memilih bertahan.

"Cewek gak tau diri kayak lo buat apa dipertahanin?"

Pertahankan apa yang harus dipertahankan, lepas apa yang harus dilepaskan. Jangan menyakiti diri sendiri.

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Karena masih belum menemukan si pelaku yang menyebarkan foto-foto Melody, Gian dan Laut berencana melanjutkannya di rumah Laut. Ranjaya, Sebasta dan Galen juga ikut, karena mereka penasaran.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Ketegangan menyelimuti mereka. Rumah Laut yang memang sepi membuat keadaan semakin sunyi, bahkan Galen yang biasanya cerewet kini hanya diam menatap layar komputer di depan Laut.

Jari-jari Laut semakin lincah, tatapan matanya semakin tajam. Sedikit lagi, semuanya akan terungkap. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi saat layar komputer menunjukkan 'loading'.

"Siapa pelakunya?" tanya Galen.

"Lo gak liat itu masih load?" sinis Sebasta. Hanya cowok itu yang mampu menanggapi kerandoman Galen.

"Feeling gue sih—"

"Stop nebak-nebak," sela Sebasta. "Kita lihat, siapa yang muncul di sini." Ia menunjuk layar komputer di depan mereka.

"Kurang kerjaan banget yang nyebarin foto-foto cewek gue." Galen mencebikkan bibirnya.

Mendengar hal itu, Laut hanya mendengus geli, sedangkan Gian sudah melayangkan tatapan tajamnya ke arah Galen.

"Cewek lo dah, iye cewek lo!" kata Galen saat melihat tatapan tajam Gian.

Laut kembali menegakkan tubuhnya saat melihat loading sudah menunjukkan angka 99%.

Setelah 100%, layar komputer menunjukkan informasi pelaku. Semuanya terungkap di sana.

Kelima cowok itu diam membaca informasi tersebut, seketika Galen mendengus kasar.

"Berani juga itu orang," katanya. Dia berdecak kasar lalu berjalan menuju sofa dan menghempaskan tubuhnya di sana.

"Kasih pelajaran. Gue yakin dia gak bakal jera," lanjut Galen, matanya menatap Gian yang sedang membaca informasi itu dengan kening yang mengerut.

"Dia juga yang udah masukin bangkai tikus di loker Melody." Laut membuka sebuah video CCTV yang menunjukkan gerak-gerik seseorang di jejeran loker.

"Bangkai tikus?" Gian melirik Laut. "Kenapa lo gak kasih tau gue?"

"Buat apa? Emang lo peduli?" Laut balik bertanya tanpa menoleh.

Gian mengeraskan rahangnya. "Maksud lo apa? Apapun yang berhubungan sama Melody, jelas gue peduli."

Laut berdehem malas. Dia fokus menyalin informasi tersebut, bukan hanya satu, tapi di 5 flashdisk. Jaga-jaga kalau nanti hilang.

Ranjaya dan Sebasta menghampiri Galen dan duduk di sofa yang sama. Mereka cukup lega karena sudah melihat siapa pelaku utamanya, tak jarang mereka memuji kemampuan Laut, meskipun dalam hati.

Laut menyerahkan satu flashdisk pada Gian. "Serahin ke kepala sekolah langsung," katanya.

Gian memasukkan flashdisk itu ke kantong celananya. "Thanks. Menurut lo, kita kasih tau Melody dulu atau nggak perlu?"

"Kasih tau aja. Dia berhak tau semuanya. Gue dengar, dia dikasih waktu sama Bu Yella buat cari pelakunya," kata Laut. Gian mengangguk paham.

"Langsung temui aja. Jangan lewat hp," lanjutnya.

Gian langsung mengambil ponselnya untuk mengajak Melody bertemu. Namun, beberapa panggilan dari gadis itu menyita perhatiannya.

Laut yang menyadari perubahan ekspresi Gian pun bertanya, "Kenapa?"

Gian hanya diam membaca pesan yang di kirim Melody, seketika keningnya mengerut.

"Gudang belakang?" gumamnya.

Tanpa permisi, Laut merampas ponsel Gian dan membaca isi chatnya.

"Bodoh!" desis Laut. Cowok itu bangkit dari duduknya dan segera menyambar jaket yang menggantung.

"Kenapa?" Galen menegakkan tubuhnya melihat wajah garang Laut.

"Cewek itu main-main sama Melody." Laut menatap Gian yang hanya berdiri. "Lo bego apa gimana?"

Gian menatap penuh tanya pada Laut. Dia membaca lagi pesan yang dikirim Melody.

"Melody dijebak. Gue yakin dia masih di gudang belakang sekolah," ujar Laut. Dia menyambar kunci mobilnya.

"Shitt!" Gian langsung berlari keluar kamar Laut dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

Keempat cowok itu ikut berlari mengikuti Gian. Laut segera memasuki mobilnya dan mengejar Gian yang sudah ngebut bak orang kesetanan.

Tatapan mata Gian menggelap. Dia mencengkram erat setir motornya dan kembali menambah kecepatan.

****

Melody membuka matanya yang terasa berat. Gelap. Ia tidak bisa melihat apapun, tak ada cahaya yang masuk ke dalam.

Melody berusaha untuk tenang. Dia merangkak untuk mencari ponselnya yang terjatuh. Keadaan yang gelap gulita membuatnya sedikit kesulitan.

Bibirnya bergetar menahan tangis dan juga dingin yang menusuk kulitnya. Siapa yang tega melakukan ini?

Keadaan sunyi dan mencekam. Gudang belakang sekolah jauh dari jangkauan orang, dia tidak bisa mendengar suara apapun.

"Mama...," bisiknya. Dia takut sekali.

Melody sudah berusaha mencari ponselnya, tapi dia tidak menemukan benda itu. Tak menyerah sampai di situ, dia pun mencoba berdiri, kedua tangannya meraba-raba ke depan untuk mencari tumpuan.

Ia mengingat-ingat jalan menuju pintu keluar. Tak jarang gadis itu tersungkur, tapi Melody tetap berdiri. Jika dia hanya diam tak berusaha, maka dia tidak akan bisa keluar dari tempat pengap ini.

Melody menghentikan langkahnya saat mendengar sesuatu. Dia menahan nafas, itu suara langkah kaki. Rasa takut mulai menguasainya, dia tak bisa menebak siapa yang datang.

Tubuhnya bergetar hebat, air matanya semakin mengalir deras. Kegelapan membuat dirinya tak bisa melakukan apapun.

Perlahan ia memundurkan langkahnya saat mendengar suara-suara yang semakin mendekat.

Brak

Melody tersentak, dia semakin mundur. Ada seseorang di luar sana, tapi Melody menahan diri agar tidak berteriak, bagaimana jika itu adalah orang yang berusaha mencelakainya?

Karena gelap, Melody tak melihat kalau dia menginjak balok kayu hingga menyebabkan tubuhnya terjatuh. Karena rasa takut lebih mendominasi, Melody tak merasakan sakit pada tubuhnya, yang ada dia semakin panik kala mendengar suara dobrakan di luar sana.

"MELODY!"

Melody terkejut, matanya terbelalak mendengar suara itu. Tentu dia mengenalinya. Buru-buru ia berdiri dan berlari ke depan tanpa memperhatikan sekitar.

Bruk!

Melody terjatuh, tapi dia bangkit lagi. Tangisnya pecah, dia terisak kencang. Pertolongan sedang menghampirinya, tanpa ragu Melody berteriak kencang.

"Kak Gian!" pekiknya sekuat tenaga.

Di luar sana Gian dan yang lain berusaha membuka pintu gudang yang digembok. Gian memukul-mukul gembok itu menggunakan batu, sedangkan Laut mencoba merakit sebuah kawat untuk membuka gembok.

Tentu mereka mendengar teriakan Melody di dalam sana.

"Kak, tolong aku!" Brak brak brak Melody memukuli pintu di depannya.

"Mundur, Mel. Kita mau dobrak pintunya." Itu suara Galen, Melody langsung mundur beberapa langkah.

Suara di luar semakin ribut, bahkan satpam sekolah pun ikut membantu.

Laut menegakkan tubuhnya, dia menghampiri teman-temannya yang berusaha mendobrak pintu.

"Minggir," ucapnya. Dia melangkah mendekat ada gembok. Dengan pelan dan sabar ia memutar-mutar kawat yang sudah dia rakit. Keringat membasahi dahinya. Sedangkan yang lain diam menunggu Laut dengan tak sabaran, terutama Gian.

"Gak akan bisa—"

"Bisa," sela Laut tanpa mengalihkan pandangannya pada gembok. "Gue yakin."

Gian terdiam, nafasnya memburu, jantungnya berdetak kencang. Dia tidak tau apa yang terjadi pada Melody di dalam sana. Ia hanya berharap semoga Melody tidak terluka.

Klek

Mata Laut berbinar, buru-buru dia membuka gemboknya dan langsung menendang pintu gudang itu.

Melody yang terduduk di lantai pun mendongak saat cahaya lampu menyorot ke dalam. Gadis itu berdiri lalu berlari ke arah Gian dan memeluk tubuh lelaki itu.

Semuanya bernafas lega. Gian membalas pelukannya tak kalah erat, ia mengelus punggung Melody yang bergetar.

"Lo aman sekarang," bisiknya.

"Takut, Kak. Gelap..."

"Ayo keluar dari sini," kata Laut. Dia melepas jaketnya untuk memberi kehangatan pada tubuh Melody. Gian tak mempermasalahkan itu.

Gian menggendong Melody dan keluar lebih dahulu, disusul oleh yang lain.

Galen merangkul pundak Laut sambil terus berjalan. "Keren juga lo. Kita temen, kan?"

Laut berdecak, dia menjauhkan tangan Galen dari pundaknya. Hal itu membuat Galen berdecak kesal. Padahal dia ingin mendekatkan diri dengan Laut, siapa tau ketularan pintar nya.

"Masih banyak cewek, Len," celetuk Sebasta membuat Galen mendelik.

"Lo pikir gue gay?!" sentaknya.

Sebasta mengendikkan bahunya, dia mengusap keringat yang membanjiri keningnya. "Tingkah lo bikin gue salah paham."

Galen berancang-ancang untuk memukul Sebasta, tapi tidak jadi. "Gue sleding juga lo lama-lama!"

bersambung...

Jangan lupa like dan komen yaa🥰

Btw, ada yang suka baca cerita di wattpad? Aku nulis di sana juga lohh. Yuk kepoin di akun wp ku widyaas12 ^^

1
shabiraalea
lanjut kak 👍🏻👍🏻👍🏻
vj'z tri
lanjut Thor lagi seru ini 🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
sialan nya dah lama Mel😤😤😤
vj'z tri
bagussss Mel kesempatan dalam traktiran ,🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
🤭🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
laanjuttttt
vj'z tri
ehm ehm 🤭🤭🤭🤭 please jangan bikin melody berharap lebih tentukan pilihan mu saat ini 🥹🥹💃💃💃💃
vj'z tri
😭😭😭😭😭 keren lanjut 🥳🥳🥳
vj'z tri
langsung kalem ada pawang nya 🤣🤣
vj'z tri
udah sih tempatkan sampah pada tempat nya nda 😁😁
vj'z tri
w juga penasaran lanjutan nya 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
Raden 😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
gemesssss aku loh sama ketos dan melody 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
Pepet terus ketos jangan kasih kendor 🤣🤣🤣🤣🤣💃💃💃💃
vj'z tri
aduhhh seneng nya ...nyengir 7 hari 7 malam ini ....terus gak bakal di cuci seragam nya 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!