Kanazya Laurels, wanita yang hidup sendiri dari kecil. Ayahnya meninggal setelah ditinggal ibunya pergi.
Dia bertemu dengan seorang pria penjual bunga yang sangat tampan hingga membuatnya terpesona. Tetapi lelaki itu ternyata tunanetra.
Tak disangka, Kana setuju menikah dengan Krishan lantaran ia terhimpit dan butuh tempat tinggal. Tetapi pesona Krishan yang luar biasa itu, membuatnya jatuh cinta.
Masalah terus berdatangan saat Kana menyadari bahwa lelaki buta yang ia nikahi bukanlah orang sembarangan.
Siapa sebenarnya Krishan? Bagaimana cara dirinya melindungi istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Krish's Ex Appearance
Kana menguap. Dia memiringkan tubuhnya untuk melanjutkan tidur. Tetapi hidungnya tiba-tiba mencium bau yang berbeda dari kamarnya. Bau harum dari Krishan menempel di bantalnya.
Perlahan Kana membuka matanya dan mengerjap beberapa kali untuk menghilangkan buram di pandangannya.
Bukan pandangan cerah yang muncul, namun potongan ingatan mulai memenuhi otaknya dan berhasil membuatnya langsung melotot.
Kana terduduk. Tangannya langsung meraba tubuh yang ternyata masih berpakaian lengkap, kecuali kemejanya yang terbuka 3 kancing.
"A-apa yang..." Kana menyentuh bibirnya. Aroma napas Krishan dan bibirnya yang lembut masih terasa hingga membuat jantungnya langsung berdegub kencang.
"Hah, sudah gila aku!" Kana menangkupkan kedua tangan ke wajahnya. "Sialan, ini karena ucapan Alana!" Kana menyugar rambutnya kebelakang. Dia berusaha mengatur detakan jantungnya yang tidak stabil.
Kana berusaha mengingat lagi, tapi otaknya berhenti saat mereka berciuman di sofa panjang itu. Dia tidak tahu selanjutnya kenapa dia bisa tidur di atas tempat tidur Krishan dan dia yakin, mereka tidak melakukan apa-apa sebab pakaian Kana benar-benar menempel sempurna.
Kana bergegas membuka pintu lalu keluar secara perlahan. Dia bisa melihat Krishan duduk dengan kopinya di taman ruang tengah itu.
Kana berjinjit supaya Krishan tidak mendengar langkahnya.
"Oh, Nyonya sudah bangun. Selamat pagi, Nyonya."
Kana menutup matanya dengan kesal, 'Marry sialan!' Umpatnya dalam hati.
Tanpa menjawab dan enggan melihat reaksi Krishan, dia langsung berjalan cepat dan masuk ke dalam kamarnya.
Sementara Krishan yang memegang secangkir kopi, tersenyum lebar sembari menunduk. Dia tahu, gadis itu pasti merasa sangat malu sekarang. Tapi dalam hatinya, dia merasa senang sebab apa yang gadis itu rasakan tadi malam, pasti benar adanya. Kana selalu jujur dengan dirinya saat setengah sadar, dan Krishan menyukai itu.
...♡♥︎♡♥︎...
Kana berdiri dan bersandar pada loker ruang ganti tempatnya bekerja. Dia masih saja terpikir adegan ciumannya yang begitu panas bersama Krishan. Lelaki itu, pandai sekali berciuman hingga mampu membuat kesan dan terus dipikirkan oleh Kana.
Pada awalnya, Kana mengutuki dirinya sebab dengan mudahnya ia masuk dan mencium lelaki itu. Tapi begitu menyadari balasan yang diberikan Krishan, rasa bersalahnya kian memudar. Balasan Krishan yang ikut menyesap bibirnya membuat Kana yakin, Krishan juga menyukainya. Kana lalu teringat sentuhan bibir Krishan yang ternyata membuatnya semakin mabuk tak sadarkan diri.
Tadi, dia sengaja keluar lambat sebab menunggu Krishan pergi dulu. Dia belum bisa menemui Krishan karena rasa malu masih menyelimuti dirinya.
Kana menggigit bibirnya. Entah bagaimana ciuman itu masih begitu terasa hingga membuat jantungnya tidak juga mereda. Hatinya berdesir, ada sedikit keinginan di dalamnya untuk mengulanginya lagi sebab rasanya membuat dirinya ketagihan.
"Asshitt, kenapa malah terus menginginkan itu!" Pekiknya lalu berjalan keluar ruangan.
"Aahhhh..!" Kana memegang dadanya. Dia terkejut saat mendapati Lusy berdiri diambang pintu.
"Ada apa denganmu? Melamun, bergumam sendiri. Sedang mabuk?" Lusy bersedekap.
Kana tampak mencebikkan bibir, "sudahlah, ayo bekerja." Ucapnya lalu berjalan melewati Lusy.
~
Sementara Krishan terus mengembangkan senyuman, membuat para pelanggannya seperti mendapat bonus yang banyak.
"Wah, sepertinya tuan Krishan kita sedang bahagia." Seorang perempuan paruh baya yang berpakaian modis duduk di sebelah Krishan sambil memeluk satu pot bunga yang sudah ia beli.
"Benar, terlihat lebih cerah dari biasanya. Apa ada sesuatu?" Tanya temannya yang berambut keriting.
Krishan semakin mengembangkan senyum, mengingat apa yang terjadi malam tadi. "Tidak, sama seperti biasa."
"Benar, yang biasa juga Krishan suka tersenyum." Seorang berambut merah ikut menanggapi.
"Duh, Ibu-ibu. Kalau sudah belanja, silakan pulang. Jangan ganggu Krishan, dong." Alissa tiba-tiba muncul dan merasa kesal dengan beberapa orang tua yang menggoda Krishan.
"Ada apa dia?" Bisik salah satu yang merasa terganggu dengan kehadiran Alissa.
"Krishan saja tidak masalah, kenapa kau malah marah-marah."
"Benar. Kalau kau mau beli, ya tinggal beli saja. Anak muda, kok tidak sopan pada orang tua!"
"Iya. Lagipula kau siapa?" Tanya mereka pada Alissa yang mengerutkan alisnya saat mendengar pertanyaan dari Ibu-ibu itu.
"Aku ini istrinya, sudah sana pergi. Mengganggu saja!" Jawabnya dengan ketus lalu duduk disebelah Krishan saat Ibu itu bangkit dari duduknya.
Mereka keluar ruangan sambil menggerutu kesal pada kegalakan Alissa.
"Kenapa kau begitu?" Tanya Krishan setelah mendengar pintu tertutup.
"Kenapa apanya! mereka sangat mengganggu. Aku bisa tahu hanya dengan mendengar helaan napasmu." Jawabnya sambil mengunyah permen karet.
"Lalu kau, mau beli apa?" Tanya Krishan.
"Hm..." Alissa tampak berpikir. Matanya menangkap satu pot yang berdiri sendirian di sudut ruang.
"Tanaman apa yang kau sembunyikan itu?" Alissa berdiri dan mengambil pot putih.
Krishan yang tahu kemana arah Alissa berjalan, langsung berdiri. "Jangan. Itu tidak dijual."
"Tidak dijual? Bunga apa ini?"
"Chocolate Cosmos."
Alissa terbelalak. "Chocolate Cosmos katamu? Gila, kau dapat darimana? Aku mau beli ini!"
"Aku sudah bilang, tidak dijual!" Suara Krishan terdengar lebih tegas.
"Ah, ayolah. Kau kan, penjual bunga. Masa tidak dijual. Memangnya untuk apa bunga ini??" Rengek Alissa.
"Untuk istriku."
Alissa terdiam sejenak. "Cih. Istri-istri terus. Yang mana sih, istrimu itu! Jangan-jangan kau berbohong supaya aku tidak mendekatimu, kan?"
"Aku memang sudah menikah, kau juga tidak harus tahu. Sekarang, letakkan bunga itu di tempatnya semula. Susah payah aku merawatnya supaya dia tumbuh."
Alissa meletakkan pot bunga ke tempat semula. "Hah, ya sudah aku pulang saja."
Krishan bisa mendengar hentakan kaki Alissa yang kesal.
Krishan membuang kasar napasnya dan duduk lagi ditempatnya. Ponselnya berbunyi, Krishan menekan satu tombol dan meletakkannya ditelinganya.
"Tuan, Nona Jia sudah menerima brosur lowongan pekerjaan yang sudah kami buat."
Suara dari seberang memberi laporan pada tuannya.
"Bagus." Krishan tersenyum lagi. Dia akan mencoba membujuk istrinya itu supaya mau pindah bekerja di perusahaannya dan jauh dari laki-laki bernama Bastian itu.
Pada sore Hari saat Krishan menutup toko, dia bisa merasakan kehadiran seseorang dibelakangnya.
Krishan pura-pura tidak menyadarinya, dia terus mengunci pintu dan berjalan dengan tongkatnya.
"Krish.."
Suara yang Krishan kenali, suara yang dulu sering tertangkap manja di telinganya. Dia Sherly, mantan calon istrinya.
"Siapa?" Tanya Krishan pura-pura.
"A-aku.. ingin membeli bunga.." Suara perempuan itu terbata, dia terlihat kaget saat Krishan ternyata tidak mengenali suaranya.
"Maaf, kami sudah tutup. Silakan datang lagi besok, permisi." Krishan berjalan lagi, namun perempuan itu menggenggam lengan Krishan.
"Ini aku, Sherly."
Langkah Krishan tertahan, dia pula tidak menoleh ke arah suara wanita itu.
"Ada apa?"
Sherly tak langsung menjawab, dia melepaskan genggamannya.
"Aku.. hanya ingin mengunjungimu."
"Sudah, kan? Kalau begitu pulanglah." Ucap Krishan tegas.
"Kenapa kau bersikap angkuh? Bukankah seharusnya kau senang kalau aku merindukanmu?"
"Pergilah, hubungan kita sudah selesai sejak kau dengan bangga mengatakan akan menikah dengan laki-laki itu." Tukas Krishan dan berhasil membuat Sherly bungkam.
Krishan berjalan lagi, dia tidak ingin terlibat apapun pada wanita itu karena kini dia sudah memiliki Jia, istrinya.
"Aku akan membantumu, Krish. Aku akan mengembalikan perusahaanmu lagi dan aku juga sudah menemukan donor mata untukmu. Aku tahu matamu masih bisa disembuhkan. Aku bisa membantumu."
Ucapan Sherly membuat Krishan berhenti melangkah dan Sherly mendekati Krishan.
"Aku tahu kau masih mencintaiku. Jadi, pikirkanlah ucapanku ini. Aku akan membatalkan pertunanganku dan kembali bersamamu lagi."
Sherly mengecup pipi Krishan lalu pergi begitu saja, meninggalkan Krishan yang masih diam di tempatnya.
Sementara Kana ikut membeku menyaksikan apa yang terjadi jauh dari sana. Dia tidak mendengar ucapan suami dan mantan calon istri suaminya itu. Yang Kana tahu, wanita itu mencium Krishan dan tersenyum cerah sambil berlalu pergi. Entah bagaimana respon Krishan, dia tidak bisa melihat itu karena Krishan membelakanginya.
Kana meremas kertas yang ia genggam, entah dari mana timbul rasa kecewa dalam hatinya. Padahal, dia pernah mengatakan pada Krishan jika pria itu menyukai perempuan lain, maka tidak masalah bagi Kana. Karena dia hanya menginginkan tempat tinggal dan seseorang yang menanggung kehidupannya.
Setelah melihat itu, Kana menyadari dirinya yang keliru. Sampai kapan Krishan mau menanggung kebutuhannya? Jika suatu hari Krishan menyukai perempuan lain, pasti Krishan akan meninggalkannya juga.
Kana menatap kertas yang ia genggam, perusahaan besar di kota ini membuka lowongan sebagai sekretaris tanpa banyak persyaratan. Dia tergerak untuk mencobanya, perusahaan besar itu pasti memberikan gaji yang besar. Dia bisa hidup dari gajinya itu jika ia diterima.
Kana melihat Krishan yang mulai meraba jalan dengan tongkatnya. Ingin dia berjalan pulang bersama, tapi dia mengurungkan niatnya. Padahal dia hanya lewat untuk pulang sekaligus melihat Krishan dari jauh, tapi pemandangan lain yang malah tertangkap di matanya.
Kana menghela napas, "baiklah, mari lamar pekerjaan ini." Ucapnya lalu berjalan ke arah yang berlawanan dengan Krishan.
...♡♥︎♡♥︎...
Pintu kamar Kana diketuk, dia bangkit dari tempat tidur dan membukanya.
Krishan di depannya tengah tersenyum seperti biasa, tak ada perubahan dari perilaku maupun raut wajahnya walau pria itu sudah melewati malam hangat bersama dirinya, kemudian bertemu lagi dengan mantannya. Hidupnya sangat menyenangkan untuk ukuran laki-laki buta sepertinya. Batin Kana.
"Jia, mari makan malam."
Kana tak langsung menjawab, dia terus menatap wajah suaminya yang entah bagaimana memang sangat memikatnya.
Kana membuang wajahnya. "Aku sudah makan, Krish." jawabnya bohong.
"Begitu, kah? Baiklah. Aku akan keluar sebentar, ada urusan penting." Ucap Krishan lalu diam, seperti menunggu jawaban dari Kana.
"Aku sudah mengangguk." Jawab Kana dengan malas.
Krishan tertawa pelan. "Aku tidak tahu itu. Baiklah, istirahat ya." Krishan melangkah pergi dan Kana langsung menutup pintunya, bersandar di daun pintu.
Dia tengah berpikir, apa yang membuatnya begitu kecewa pada Krishan. Bukankah hubungan suami istri hanya status pada negara supaya hidupnya dijamin suaminya? Bukankah dia sudah membuat perjanjian dengan Krishan? Bukankah...
Semua kalimat muncul di pikirannya dan semua mengatakan bahwa Kana tidak punya alasan atas kekecewaannya. Soal malam itu, bukankah memang kesalahannya? Krishan adalah laki-laki normal, wajar jika Krishan membalas ciumannya yang bukan berarti apa-apa. Semua orang di dunia ini pun banyak yang melakukan ciuman tanpa perasaan yang berarti.
Kana menghempaskan tubuhnya di kasur. "Tapi bagaimana kalau Krishan kembali pada perempuan itu? Aku sudah nyaman.." gumam Kana sambil memejamkan matanya lalu Kana pun tertidur.
TBC
(Jia)
nah loohh .. bini' mu sdh angkat bicara