6 tahun mendapat perhatian lebih dari orang yang disukai membuat Kaila Mahya Kharisma menganggap jika Devan Aryana memiliki rasa yang sama dengannya. Namun, kenyataannya berbeda. Lelaki itu malah mencintai adiknya, yakni Lea.
Tak ingin mengulang kejadian ibu juga tantenya, Lala memilih untuk mundur dengan rasa sakit juga sedih yang dia simpan sendirian. Ketika kejujurannya ditolak, Lala tak bisa memaksa juga tak ingin egois. Melepaskan adalah jalan paling benar.
Akankah di masa transisi hati Lala akan menemukan orang baru? Atau malah orang lama yang tetap menjadi pemenangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Let Me Love You
Devan menghela napas kasar ketika dia sudah berada di rumah. Caranya untuk dekat kembali dengan Lala nyatanya tak berhasil. Tinggal selangkah lagi, tapi kejadian yang tak terduga malah menghampiri. Dia juga mulai menaruh curiga karena tidak biasanya bengkel langganan yang dia hubungi begitu lamban.
Hanya bisa menatap nomor Lala tanpa bisa menghubungi. Sampai saat ini Lala masih memblokir nomornya.
"Van, lelaki yang tadi bener temannya Lala?"
Pertanyaan sang bunda begitu melekat di kepala. Bahkan kalimat lainnya yang terucap membuat Devan memejamkan mata.
"Dia begitu mirip salah satu dari keluarga Lala, yang punya Wiguna Grup itu loh."
Yang dimaksud bunda Devi adalah Ghassan Aksara Wiguna atau Daddy Aksa. Di mata Bunda Devi kharisma Brian hampir sama dengan Daddy Aksa.
Sebenarnya, Devan diterima oleh keluarga Lala karena dia mirip dengan baba Radit sewaktu muda. Namun, tak semua keluarga Lala welcome kepadanya. Salah satunya, yang disebutkan sang bunda.
.
Sengaja Devan sudah datang lebih pagi karena dia ingin bertemu dengan Lala. Ketika perempuan yang dia tunggu datang, Devan segera menghadang dengan sebuah senyuman.
"La--"
"Sorry, Van. Gua buru-buru. Udah telat."
Lala pun berlari menuju kelasnya. Dan menyisakan sebuah kekecewaan dari sorot mata lelaki yang rela menunggunya lebih dari setengah jam.
"Semakin ke sini kenapa lu semakin sulit untuk gua deketin, La?"
.
Lala masih mengatur napas. Tatapan tajam sudah Brian berikan di tempatnya berada. Heningnya kelas pagi ini begitu menyeramkan.
"Jam berapa sekarang?"
Sebuah kalimat yang membuat buku kuduk meremang. Suara Brian pagi ini lebih dingin dari biasanya.
"Maaf, saya telat."
Lala sudah menduga jika hari ini Brian akan seperti monster. Sedari mengantarkannya pulang ke rumah semalam, tak ada satu katapun yang terucap dari bibir Brian. Lala juga tak berani membuka obrolan lebih dulu karena sudah pasti Brian tak kan menanggapi.
Langkah Lala terhenti ketika Brian menyuruhnya untuk duduk di meja paling depan tepat di depan meja yang dia duduki. Mau tidak mau Lala menuruti karena jika tidak Brian akan semakin murka.
Tak ada yang bersuara sama sekali ketika melihat Brian di mode sangar. Apalagi tugas yang Brian berikan sungguh membuat otak mereka berteriak.
Lala sering mencuri pandang ke arah Brian. Wajah pria yang biasanya melengkungkan senyum kecil jika dia menatapnya, kini begitu berbeda. Dirinya yang sekarang berada tepat di depan Brian seolah tak dianggap. Pria itu tengah fokus pada buku yang tengah dia baca.
Dua jam terasa begitu lama. Lala kembali mencuri pandang berharap Brian tersenyum ke arahnya. Sayangnya, hanya tatapan dingin yang Brian berikan.
Brian sudah mengakhiri jam mata kuliahnya. Sebelum dia pergi meninggalkan kelas, sebuah nama dia panggil.
"Kaila Mahya Kharisma."
Semua mata kini tertuju pada Lala. Dan tubuh Lala seketika menegang mendengar suara yang begitu dingin.
"Setelah semua mata kuliah kamu selesai, ke ruangan saya tanpa banyak alasan."
Lala membuang napas dengan begitu kasar. Sedangkan teman Lala mulai kepo.
"Lu enggak ngerjain tugas Pak Brian lagi?" tanya Anne.
Lala hanya diam. Dan temannya yang lain pun mulai menasihati Lala supaya rajin mengerjakan tugas dari dosen killer itu. Padahal diamnya Lala sedang memikirkan bagaimana menghadapi kemarahan Brian.
Setelah mata kuliah hari ini selesai, Lala menuju ruangan Brian. Namun, di lorong kampus dia malah bertemu dengan Devan.
"Mau ke mana?"
Belum juga menjawab, ponsel Lala sudah bergetar. Nama sang dosen tertera di sana.
"Sorry, Van. Gua buru-buru."
Lala sedikit berlari. Dan dari belakang Devan mulai mengikuti dengan santai. Senyum tipis terukir ketika apa yang dia duga benar.
"Ke ruangan Pak Brian lagi."
.
Dilihatnya Brian sudah menyandarkan tubuh pada dinding dengan tatapan tajam ke arah di mana Lala berada.
"Katanya mau rebahan aja ketika tidak diberi tugas oleh dosen killer. Faktanya?"
Lala terdiam. Di sini Lala memang salah. Dia yang merengek untuk dibebaskan dari tugas di hari kemarin. Setelah Brian menyetujui, dia malah yang keluar rumah.
Keadaan ruangan pun mendadak hening. Hanya suara jam dinding dan mata mereka yang saling bicara dalam kesunyian. Lala memberanikan diri untuk menghampiri Brian dengan jantung yang berdegup hebat. Manik mata cantiknya masih menatap Brian dengan begitu dalam.
"Maaf," ucap Lala dengan penuh penyesalan.
"Saya tidak suka dibohongi."
Kalimat itu penuh dengan penekanan dan keseriusan. Lala memberanikan diri untuk menyanggahnya.
"Itu bukan kemauan saya."
Mata Lala sudah memerah. Dia tengah menahan tangis. Ditatap seperti itu oleh Brian membuat hatinya sedih.
Brian masih terdiam. Tak ada sanggahan apapun dari bibirnya. Perlahan kepala Lala mulai menunduk. Lala terkejut ketika tangannya ditarik dan masuk ke dalam dekapan Brian.
"Kalau tidak nyaman, ungkapkan!"
Lala masih terdiam. Dia tahu ucapan Brian kali ini mengarah ke mana.
"Jangan menjadi manusia yang tidak enakan."
Lala mulai memundurkan tubuh. Manik matanya menatap Brian dengan begitu lamat. Suatu tak disangka kembali Lala dapatkan. Kehangatan mampu Lala rasakan ketika bibir Biar mendarat di keningnya.
Mereka kembali saling tatap. Brian menarik kedua tangan Lala ke belakang pinggangnya dengan mata yang masih memandang Lala begitu dalam.
"Jika seperti ini, apa kamu merasa risih?"
Brian bertanya dengan sorot mata yang menginginkan jawaban. Perlahan Lala pun meresponnya dengan gelengan pelan.
"Apa kamu merasa nyaman, jika saya memeluk erat kamu seperti ini?"
Lagi, Brian menanti jawaban. Tak perlu menunggu lama, sebuah anggukan Lala berikan. Senyum pun terukir di wajah Brian. Tangannya mulai menyentuh pipi putih Lala dengan mata sama sekali tak berpaling.
"Let me love you."
Seketika tubuh Lala menegang mendengar sebuah kalimat yang sungguh di luar dugaan keluar dari mulut Brian. Wajah pria itu mulai mendekat. Brian mulai menempelkan keningnya di kening Lala.
"Biarkan saya mencintai kamu, Kaila Mahya Kharisma."
...*** BERSAMBUNG ***...
Apakah Lala akan mengijinkan Pak dosen untuk mencintainya? Atau malah sebaliknya.
next... pasti Lala makin posesif sama mas Bri , apalagi kalau ada feeling yang kurang baik .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
mkasih Thor Uda double up.....
semoga up lagi
semangat