Dante, pria kejam yang hidup di dunia kelam, tak pernah mengenal rasa iba. Namun segalanya berubah saat ia bertemu Lea, gadis lugu yang tanpa sengaja menjadi saksi pembunuhannya. Lea, seorang guru TK polos, kini menjadi obsesi terbesarnya—dan Dante bersumpah, ia tidak akan melepaskannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
"kenapa kamu tidak membantu menjelaskan kepada kakak ku!"teriak lea dengan prustasi kepada dante.
Dante hanya diam memerhatikan lea yang sedang marah-marah kepadanya,dan lea benar-benar tidak perduli sekarang jika dante akan membunuh nya sekalipun.
Lea menumpahkan tangisnya di sana ,masih di dalam restoran,tangis nya begitu kencang,membuat dante kepanikan. Semua pengunjung terfokus kan kepada tangis lea yang seperti anak kecil.
"ayo...kalau mau nangis di rumah saja."ucap dante sedikit berbisik.
Namun, Lea sama sekali tidak mendengarkan Dante. Ia justru semakin keras menangis, suaranya memenuhi restoran dan menarik lebih banyak perhatian. Dante semakin bingung, tapi wajahnya tetap dingin tanpa ekspresi.
Tanpa banyak bicara, Dante akhirnya bergerak. Dengan mudah, ia mengangkat Lea dan melemparkannya ke bahunya.
"Lepaskan aku!" Lea meronta, memukul punggung Dante dengan tangannya yang mungil. Namun, usahanya sia-sia.
Pengunjung restoran semakin terfokus pada mereka, beberapa bahkan terlihat hendak ikut campur. Namun, begitu menyadari dua pria berbadan tegap berdiri di belakang Dante dengan tatapan tajam, mereka langsung mengurungkan niat.
Dante berjalan keluar dengan langkah tenang, seolah tidak terjadi apa-apa, sementara Lea terus meronta di atas bahunya.
Di dalam mobil, Lea terus terisak. Pikirannya penuh dengan bayangan kakaknya. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah kakaknya benar-benar membencinya karena kesalahpahaman ini?
"Bagaimana ini…" lirihnya pelan, matanya tetap terfokus pada jendela, menatap kosong ke luar.
Tiba-tiba, sesuatu terlintas dalam pikirannya. Kata-kata Dante sebelumnya terngiang di telinganya. Dengan cepat, ia berbalik dan menatap pria di sebelahnya dengan sorot mata mengiba.
Dante, yang sejak tadi menyadari bahwa gadis itu sudah berhenti menangis, akhirnya menyerah dan menoleh ke arahnya.
"Apa?" tanyanya dingin.
"Kamu pernah bilang tidak akan mengurungku dan membiarkanku pergi ke mana pun, asalkan aku pulang ke rumahmu, kan?" tanya Lea, matanya berbinar penuh harap.
Dante mengangguk pelan, masih dengan wajah tanpa ekspresi khasnya.
"Aku ingin ke rumah kakakku. Aku janji akan pulang ke rumahmu setelah itu," ucap Lea memohon, suaranya terdengar putus asa.
Dante menatapnya sejenak, lalu akhirnya berkata, "Baik… aku akan kabulkan permintaanmu."
Sore hari nya dante benar-benar mengabulkan permintaan nya,tetapi dengan mengirim 10 pengawal.
Wajah lea berubah menjadi masam,"apa wajah ku terlihat seperti penjahat kelas kakap?kenapa dia mengerahkan pengawal sebanyak ini!"omel nya dalam hati,dengan tatapan nyalang ke arah dante.
"Jaga dia baik-baik. Orang seperti dia berbahaya. Tubuhnya kecil, bisa menyelinap tanpa ketahuan."
ucap dante datar,lalu dia pergi begitu saja,masuk kedalam rumah mewah nya.
1 jam berlalu,akhir nya lea sampai di kontrakan usang nya,lea belum tahu jika sang kakak pindah ke perumahan yang mewah.
lea turun dengan ceria,wajah nya berbinar,namun senyum nya luntur ketika melihat para 10 pengawal sudah berdiri tegak di belakang dan di sisi nya.
Lea mendelik,"hei aku tidak akan kabur. Berhenti melakukan itu!"ucap lea dengan nada ketus, namun para pengawal itu hanya diam seperti patung,tidak ada satupun yang menjawab omelan nya.
Akhirnya lea berjalan ke arah kontrakan itu dengan di himpit bara pengawal.
Lea mengetuk pintu beberapa kali,namun tidak ada jawaban di dalam sana,akhirnya dia memberanikan diri membuka pintu tersebut.
"tidak di kunci?"lirih nya bingung,Saat pintu terbuka, aroma debu menyeruak, menusuk hidungnya. Lantai berdebu berderit pelan di bawah langkah kakinya, menandakan bahwa tempat ini telah lama tak berpenghuni.
Lea menyandarkan pandangan ke segala penjuru arah,suasana nya tidak berubah,tetap usang,namun yang biasanya bersih dan rapi,kini menjadi berantakan dan berdebu.
Lea berjalan ke arah kamar yang dulu pernah mereka tempati,dan benar saja kamar itu sangat berdebu,bahkan lemari tanpa pintu itu sudah tidak ada pakaian kakak nya,hanya ada pakaian dirinya yang sudah berdebu.
"kemana kak lia?"lirih nya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Dia mengambil satu pakian dirinya yang masih layak pakai,lalu mengambil foto di dinding dirinya dengan kakak nya yang sudah tebal dengan debu.
Langkah nya lunglai,dengan kedua tangan yang menggenggam foto dan pakaian dia keluar rumah tersebut,dia berbalik arah sebentar memandang kontrakan itu,matanya berkaca-kaca,menghela nafas panjang,dada nya terasa sesak,kini dia mulai berfikir apakah akan bertemu lagi dengan kakak nya?setelah pertemuan di restoran yang berujung salah paham itu?,lea menunduk kan kepalanya sesaat .
"Apakah aku masih bisa bertemu Kak Lia lagi?" pikirnya lirih. Angin sore berembus, mengibaskan rambutnya yang berantakan. Dengan langkah berat, ia meninggalkan tempat yang dulu penuh kenangan, tanpa tahu apakah ia akan kembali ke sini lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu di sisi lain,lia sudah mulai melupakan adik nya,dia selalu berfikir jika lea sudah bahagia dengan pria asing menurut nya. Lia semakin dekat dengan dion,tentunya menggunakan nama lea,lia selalu berpura-pura menanyakan adik nya,namun itu hanya alasan supaya lia semakin dekat dengan dion.
Dan sekarang mereka berdua berada di suatu pantai,angin malam menghembus rambut lia yang terurai,dengan make up tipis membuat dirinya terlihat menawan,dress di atas lutut menambah kesan cantik.
"aku benar-benar bingung siapa sebenarnya seseorang yang membeli adik mu?karena jika hanya orang biasa aku akan mudah mendapatkan nya."ucap dion membuka suara,lia cukup muak jika dion selalu membahas adik nya,namun hanya itu lah satu-satu nya alasan yang membuat mereka semakin dekat.
Lia hanya diam,dia sama sekali tidak tertarik dengan obrolan itu,dia hanya memandang ombak laut yang semakin berisik dan riuh,namun itu cukup menangkan bagi nya.
Sementara dion,dia menganggap bahwa lia sangat terpukul atas kehilangan adik nya.dia menghela nafas panjang ."kamu tahu?adikku juga menghilang belakangan ini,entah dia kemana,karena aku tidak terlalu menghawatirkan nya."ucap nya lagi, mencoba mengalihkan pembicaraan.
Lia dengan cepat menoleh,"apa?kenapa kamu tidak menghawatirkan nya?"tanya lia penasaran.
"karena dia seorang pria,kita hanya beda beberapa bulan saja,dan aku juga tahu sifat nya."jawab nya dengan senyum tipis menghiasi wajah nya,lia menanggapinya dengan senyuman lebar,membuat matanya menyipit,ah lia memang sangat manis,dia berwajah dewasa namun manis,dengan mata yang sipit,membuat senyum nya terlihat sangat cantik.
Sementara lea tidak kalah cantik,wajah nya sedikit bulat,dengan lesung pipi membuat nya semakin manis,mata yang berbanding terbalik dengan sang kakak,lea memiliki mata yang belo,dia sangat mirip dengan mendiang ibu nya,sementara lia mirip dengan ayah nya.