Tak mau anaknya tumbuh menjadi mafia, Erika nekat pergi meninggalkan Ervan, suaminya sendiri. Mengingat sang suami adalah ketua mafia yang paling ditakuti dan kejam.
Demi sang anak, Erika rela meninggalkan kehidupan mewah dan dunia gelapnya. Namun kaburnya Erika tentu tak lepas dari perhatian Ervan. Karena itu, Erika beberapa kali harus berpindah-pindah tempat tinggal untuk menghindari kejaran sang suami.
Suka dan duka dilalui Erika. Hidup di luar dari kebiasaannya tidak mudah. Apalagi saat dia harus bekerja di bawah pimpinan orang. Alhasil Erika mencoba membuat usaha. Ia pergi ke desa dan membeli lahan luas di sana. Erika memutuskan bercocok tanam buah dan sayuran sebagai mata pencaharian baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23 - Pisau Cincang
Erika mematung sejenak. Ia berhenti dari aktifitasnya. Lalu membuka lebar-lebar telinganya agar bisa mendengarkan.
Hati Erika merasa tidak enak saat mendengar suara langkah kaki. Suara itu terdengar berada di sekeliling rumahnya. Ia juga mendengar ada orang yang bicara dengan berbisik.
Seketika Erika teringat mengenai peringatan Ethan. Lelaki tersebut pernah berkata kalau cepat atau lambat Mr. Sullivan pasti akan datang mengusik.
"Jangan-jangan mereka..." Erika menduga kalau orang yang ada di luar sekarang kemungkinan besar adalah suruhan Mr. Sullivan.
Tanpa pikir panjang, Erika mengambil senapan yang ada di meja. Namun saat itu dia terpikir kalau bunyi senapan pasti akan terdengar nyaring. Jadi Erika takut suaranya akan mengganggu tidur baby Leroy dan Cynthia.
Alhasil Erika pergi ke dapur dan mengambil sebuah pisau dari sana. Dia lalu mengintip ke jendela untuk memastikan apakah benar ada orang di luar.
Setelah dilihat, ternyata benar ada orang di luar rumah. Erika melihat ada tiga orang lelaki. Mereka nampak sibuk mencongkel salah satu jendela rumah Erika.
"Sialan! Awas saja kalian," gumam Erika. Ia menatap pisau yang dipegangnya. Menurutnya pisau itu terlalu kecil. Erika lantas kembali ke dapur untuk menukar pisau. Tidak tanggung-tanggung, dia memilih pisau cincang daging yang besar.
Dengan langkah pelan Erika bersembunyi ke dekat jendela yang sedang dibobol Andy dan kawan-kawan. Ia dalam posisi siap menyerang.
Tak lama Andy dan kedua rekannya sukses membuka jendela. Satu per satu dari mereka masuk ke dalam rumah.
"Kita periksa semua kamar. Lalu langsung telanjangi saja wanita itu!" bisik Andy. Ia dan kedua temannya lantas terkekeh pelan.
Mendengar itu, Erika jadi tahu kalau niat kedatangan Andy dan kawan-kawan. Apalagi kalau bukan melakukan tindakan asusila? Membuat Erika semakin geram.
Belum sempat melangkah jauh, Erika melakukan serangan dari belakang. Ia menendang betis Andy dan kawan-kawan secara bergantian. Ketiganya otomatis langsung tumbang karena tak menyangka dengan serangan Erika.
Usai membuat tiga musuhnya tumbang, Erika kembali menyerang. Dengan gerakan cepat, dia dorong kepala mereka menggunakan tendangan. Akibatnya tiga bawahan Mr. Sullivan jatuh terbentur lantai dan pingsan.
Erika menyerang begitu cepat, sehingga membuat tiga musuhnya tak punya celah untuk melawan.
Erika meletakkan pisau ke atas nakas karena ingin mengikat ketiga lelaki yang kini tergeletak di lantai. "Harusnya aku tak perlu pakai senjata. Aku lupa kalau lawanku hanyalah penjahat kelas teri," komentarnya
Erika mengambil tali dari basement. Kemudian mengikat Andy dan kawan-kawan secara sekaligus ke tiang rumah. Erika juga tak lupa menutup mulut mereka masing-masing dengan lakban, serta membuang dan menjauhkan benda tajam dari mereka.
Demi keamanan, Erika terpaksa tidur di sofa dekat dimana tiga tawanannya di ikat. Ketika pagi menyapa, dia terbangun karena mendengar suara teriakan Cynthia.
"Aaarkkhh!!!" pekik Cynthia. Dia tampak syok sekali.
"Kenapa?" Erika langsung bangkit dari sofa dan menghampiri.
"Siapa mereka?!" Cynthia menunjuk ketiga lelaki yang di ikat bersama.
"Oh... Maaf. Aku lupa memberitahumu. Mereka perampok yang datang ke sini tadi malam. Jadi aku mengikatnya saja ke tiang," sahut Erika.
"Kenapa dibiarkan saja, Nona? Kenapa tidak lapor polisi?" timpal Cynthia yang merasa tak habis pikir.
"Kau pikir polisi mau menghukum mereka? Aku rasa tidak. Aku yakin mereka bawahan Mr. Sullivan. Jadi sebaiknya kita hukum mereka dengan cara sendiri," kata Erika santai.
"Dengan cara sendiri?" Mata Cynthia terbelalak.
Sementara Andy dan kedua temannya yang sudah sadar sejak tadi, tampak menggeleng ketakutan. Apalagi saat Erika mengambil pisau cincangnya.
feeling aku sih masih hidup dan entah sekarang ada di suatu tempat mungkin... kalau enggak lagi dalam masa penyembuhan...
mau kemana coba... anak buah udah pada dibantai sama evan
Penasaran akan tindakan Erika menyelesaikan masalah anak² 🤔💪
syukurlah.....
emang cinta itu rumit ya... kita nggak bisa milih mau jatuh cinta ke siapa...🥰🥰🥰