Janda hanyalah statusku.
Nadira Ayu, seorang gadis muda yang berparas cantik. Tak pernah terbayangkan oleh Nadira, jika dirinya akan menjadi seorang istri diusianya yang masih begitu muda.
Lika liku serta permasalahan dalam hidupnya seolah telah berhasil membuatnya terlempar dari keluarganya sendiri. Hingga pada suatu hari, dengan tanpa sengaja, dirinya dipertemukan dengan seorang gadis kecil yang begitu cantik.
Dan alangkah terkejutnya Nadira, saat gadis kecil itu menginginkannya untuk menjadi sang mommy baginya. Namun sayang, daddy dari gadis kecil itu memandang dirinya dengan sebelah mata hanya karena ia berstatus sebagai seorang janda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Gembira
Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Sementara di posisi lain, nampak seorang wanita paru baya, dengan pakaian susternya sedang tergopoh ke sana ke mari demi untuk menemukan keberadaan sang nona kecilnya.
Ya, dialah bi Sari, salah seorang suster yang diberi tugas untuk menjaga nona kecilnya Aida. Saat ini bi Sari sedang dilanda kekhawatiran dan kegelisahan, karena dirinya tak mendapati keberadaan nona Aida nya. Bi Sari merasa sangat khawatir, bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk pada nona kecilnya itu, padahal dirinya hanya meninggalkannya sebentar. Belum lagi nona kecilnya itu masih belum tahu menahu tentang tempat ini.
" Ya Allah, di mana nona Aida? ". Seru bi Sari khawatir di sela - sela langkahnya dalam mencari sang nona.
Sementara si kecil Aida masih duduk senang bersama Nadira. Gadis kecil itu seolah lupa dengan keadaan sekitarnya semenjak dirinya telah memiliki bunda baru.
" Bunda, bunda lumahnya di mana?, bunda mau ya ikut ke lu mah Aida? ". Pinta gadis kecil itu dengan perasaan yang sangat penuh harap.
Nadira menjadi bingung harus menjawab bagaimana.
" Bunda, peltanyaan Aida kok tidak dijawab? ". Seru Aida.
" Emm, rumah bunda tidak jauh kok sayang, bunda tinggal di rumahnya bu Dewi yang punya kafe kecil tapi jualannya yang sangat ramai itu ". Sahut Nadira yang berusaha menjelaskan.
Aida nampak diam. Gadis kecil itu masih tak begitu paham dengan penjelasan bunda nya, namun, nama dari bu Dewi begitu tak asing di telinga gadis kecil itu.
" Telus bagaimana?, apa bunda mau ikut tinggal di lumah Aida? ". Seru Aida lagi, rupanya gadis kecil ini masih ingat.
" Emm... ".
" Nona Aida ". Seru suara seorang wanita yang tiba - tiba, sehingga membuat kalimat Nadira pun menjadi terputus.
" Bibi ". Sahut Aida senang.
" Ya Allah, non ". Seru bi Sari dengan perasaan terharunya, lalu wanita paru baya itupun segera mendekat untuk meraih tubuh mungil nona kecilnya.
" Ya Allah, non, bibi dari tadi cari - cari nona Aida, nona Aida kenapa menghilang sih non, kan tadi bibi sudah katakan untuk jangan pergi ke mana - mana ". Sahut bi Sari yang meluapkan segala rasa kekhawatiran nya.
" Maaf ya bi, tadi itu Aida lihat kupu - kupu yang telbang, kupu - kupunya indah sekali, Aida kejal kupu - kupu itu, telus kupu - kupunya hilang, jadi Aida tidak ingat tempat duduk Aida yang tadi, Aida tadi nangis bibi, Aida takut ". Sahut Aida yang menjelaskan kronologi bagaimana dirinya bisa tak berada di tempat semula.
" Ya Allah, kasihan sekali kamu non ". Seru bi Sari tak tega.
Sepanjang Aida mengobrol dengan susternya, Nadira hanya diam menyimak. Dari kedekatan mereka berdua, dapat Nadira lihat, jika Aida begitu sangat dekat dengan susternya itu.
" Nak, terima kasih ya karena kamu sudah menjaga nona Aida dengan baik, saya berhutang budi pada kamu nak ". Ujar bi Sari.
" Tidak perlu seperti itu bu, saya senang kok bisa menjaga Aida ". Sahut Nadira dengan tersenyum.
" Bibi, ini bunda nya Aida, iya kan bunda? ". Lalu Aida pun mulai melepaskan dirinya dari susternya itu dan berpindah pada Nadira.
" Iya sayang ". Sahut Nadira dengan senyuman sedikit kikkuk nya.
Bi Sari nampak bingung dengan ucapan nona kecilnya. Apa karena begitu inginnya nona kecilnya ini ingin memiliki seorang ibu, sehingga perempuan muda yang baru di kenalnya saja sudah dianggap ibu bagi nona kecilnya.
" Non, sebaiknya kita pulang yuk, inikan kan sudah hampir siang, waktunya nona Aida menghubungi daddy nya non ". Ujar bi Sari, bukan tanpa sebab bi Sari mengajaknya, karena bi Sari sebenarnya merasa tak enak hati pada perempuan yang nona kecilnya ini anggap sebagai bunda nya.
" Tapi Aida masih mau sama bunda bi, Aida masih mau di sini ". Sahut Aida, rupanya gadis kecil itu tak mau diajak kembali pulang.
" Tapi non, kita sudah cukup lama berada di luar, sekarang saatnya lah kita kembali pulang, kalau nona Aida tidak pulang, nanti daddy non bisa khawatir ". Sahut bi Sari agar nona kecilnya ini mengerti.
Aida menjadi terdiam. Gadis kecil itu sangat tak ingin jika harus meninggalkan bunda nya, tapi, Aida pun juga tak bisa mengabaikan ucapan bibi nya.
" Aida sayang, sebaiknya Aida pulang saja dulu ya nak, kan bunda sudah memberitahu alamat bunda, jadi, kalau Aida ingin menemui bunda, Aida bisa datang di lain waktu sayang, dan sekarang, saatnya bagi Aida untuk pulang ". Seru Nadira lembut.
" Benalkah bunda, Aida boleh main ke sana? ". Sahut Aida dengan berbinar senang.
" Iya, tentu sayang, kapanpun Aida mau ". Sahut Nadira.
" Asyiiik... ". Seru Aida dengan begitu kegirangan.
" Ya sudah, kalau begitu Aida pulang dulu sama bibinya Aida ya nak ". Putus Nadira pada akhirnya, dan Aida pun baru menurut.
" Ayo bibi, kita pulang ". Seru Aida pada akhirnya.
" Mari non ".
" Nak, terima kasih banyak ya, kalau begitu kami pamit dulu ". Seru bi Sari, sebelum akhirnya wanita paru baya itu dan juga anak dari tuan nya pergi menuju pulang.
Hati Nadira begitu senang, pertemuan tak terduga nya dengan seorang gadis kecil yang bernama Aida, setidaknya telah menjadi pengobat rindu pada putranya Alvin meski itu hanya sesaat dan pastinya tetap tak akan bisa mengobati kerinduan yang sesungguhnya pada putranya.
Namun, baik itu Alvin putranya sendiri, maupun Aida gadis kecil yang sudah menganggap dirinya sebagai seorang bunda, adalah dua malaikat kecil yang begitu sangat berharga baginya. Sungguh Nadira adalah seorang wanita yang berhati tulus.
*****
Sinar mentari telah lama tenggelam dan tergantikan oleh malam. Meski sudah lebih dari satu minggu ujian untuk mendapatkan beasiswa pintar telah Nadira jalani. Namun, hingga kini, masih belum datang adanya kabar apakah dirinya benar mendapat kesempatan kuliah dengan bantuan beasiswa atau tidak.
Dan dalam keadaan ini, Nadira hanya merasa harap - harap cemas. Namun apapun hasilnya, dirinya akan tetap menerimanya dengan hati yang lapang.
" Dira ". Seru Putri dari arah belakang tubuh Nadira.
" Iya, ada apa put? ". Sahut Nadira.
" Apa kamu sudah dapat kabar tentang penerimaan mahasiswa yang sudah mendapat beasiswa? ". Tanya Putri.
" Belum Put, aku belum menerima kabar apapun, mungkin, aku gagal mendapatkan beasiswa itu ". Sahut Nadira.
" Kok kamu jadi pesimis sih, kan masih belum ada kabar, kenapa sudah mengatakan gagal?, tunggulah dulu selama dua atau tiga hari lagi, lagi pula, mahasiswa baru masih akan masuk kampus sekitar satu bulan lagi ". Sahut Putri, dan Nadira pun hanya mengangguk paham.
Merasa jika waktu sudah cukup malam, Nadira pun memilih untuk merebahkan tubuhnya lebih awal. Ia ingin agar besok subuh bisa bangun dengan kondisi tubuh yang lebih segar sehingga bisa memulai aktivitasnya dengan lebih semangat.
" Kamu sudah mau tidur Dir? ". Tanya Putri.
" Iya Put, aku ingin tidur lebih awal supaya badanku bisa lebih segar esok harinya ". Sahut Nadira.
" Emm, ya sudah, tidurlah ". Sahut Putri.
Baru saja Nadira merebahkan tubuhnya di kasur, namun malah terdengar...
Drtt... drtt... drtt...
Adanya suara getaran handphone miliknya yang berada di dekat bantalnya. Nadira pun lalu meraih handphone itu dan melihat, pesan apakan yang telah masuk. Dan ternyata, ada sebuah email yang masuk. Merasa penasaran, Nadira pun akhirnya memilih membuka dan mulai membaca isi dari email itu.
" Katanya mau tidur, kok malah lihat handphone, hemm... Dira - Dira ". Gumam Putri, lalu gadis itu kembali fokus pada handphone miliknya juga.
Hening beberapa saat...
" Alhamdulillah, Ya Allah ". Seru Nadira senang, lalu gadis itupun langsung terjaga dari posisinya.
" Ya Tuhan, Dira, kamu ini membuat aku kaget saja ". Seru Putri yang begitu sangat terkejut.
" Alhamdulillah, Putri, akhirnya aku di terima juga kuliah, aku dapat beasiswa nya Put ". Sahut Nadira yang begitu senangnya.
" Benarkah?, alhamdulillah ". Sahut Putri, lalu ia pun berhambur mendekati sang sahabat dan lalu memeluknya.
" Aku bahagia Put ". Seru Nadira dengan tanpa melepas pelukan nya dari sang sahabat.
" Aku juga sangat bahagia Dira, akhirnya kita bisa kuliah di kampus yang sama ". Sahut Putri.
Kedua gadis itu benar - benar sangat bahagia dengan kabar yang mereka terima di malam hari ini. Akhirnya, tak sia - sia juga dua sahabat itu yang saling optimis dalam mendukung meraih cita - cita mereka.
Bersambung...........
🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤
🌿🌿🌿🌿🌿