Dengan sebilah pedang di tangan, aku menantang takdir, bukan demi menjadi pahlawan tetapi agar terciptanya kedamaian.
Dengan sebilah pedang, aku menantang empat penjuru, langit dan bumi, menjadi tidak terkalahkan.
Dengan sebilah pedang, aku menjelma menjadi naga, menghabisi iblis, menyelamatkan kemanusiaan.
Dengan sebilah pedang, aku menemukan dunia dalam diri seseorang, menjaganya segenap kekuatanku, bersamanya selamanya.
Dengan sebilah pedang, kuukir sebuah legenda, tentang anak manusia menantang langit, legenda pendekar naga!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shujinkouron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 17 – Tingkat Pendekar
“Guru, Apakah ada sesuatu yang salah?”
Xiao Chen bertanya dengan wajah polos padahal dia mengetahui alasan Fang An terlihat kebingungan memandangi dirinya.
Beberapa jam yang lalu setelah kembali dari misinya, yang pertama Fang An lakukan setelah tiba di Vila Pedang Bambu adalah memeriksa kemajuan Xiao Chen.
Selama setahun terakhir, menurut pengamatan Fang An, Xiao Chen sangat senang belajar. Xiao Chen bahkan memilih tidak bergaul dengan anak seusianya dan menghabiskan waktunya di ruang belajar sehingga Fang An khawatir sebenarnya Xiao Chen tidak memiliki ketertarikan dalam ilmu bela diri.
Fang An memang meminta Xiao Chen mulai melatih fisiknya beberapa waktu terakhir untuk persiapan Xiao Chen mempelajari bela diri pada usia 8 tahun nanti. Fang An mengira saat dia pergi menjalankan misi, Xiao Chen akan lebih memilih menghabiskan waktunya membaca buku daripada melatih fisiknya.
Nyatanya bukan hanya kekuatan fisik Xiao Chen meningkat pesat tetapi kualitas tulangnya juga meningkat dengan kecepatan yang tidak masuk di akal Fang An.
“Apa sebenarnya Chen’er memiliki bakat yang tinggi sebagai pendekar hanya saja dia membutuhkan lebih banyak latihan untuk mengeluarkan potensinya?” pikir Fang An.
Jika melihat kualitas tulang yang dimiliki Xiao Chen sekarang, tidak ada alasan Fang An untuk menunda latihan bela diri Xiao Chen sampai usia 8 tahun. Dengan posisinya sebagai Tetua Pedang, Fang An bisa mengajukan permohonan agar Xiao Chen dapat berlatih sebelum usia 8 tahun meskipun merupakan murid yang datang dari luar sekte.
Fang An hanya memiliki seorang murid serta memiliki kontribusi besar pada Lembah Seratus Pedang selama beberapa tahun terakhir jadi seharusnya ini bukan permohonan yang sulit dipenuhi mengingat selama ini Fang An tidak pernah meminta apapun seperti ini.
“Chen’er, Jika kau berlatih dengan giat sepertinya ada kemungkinan dirimu menjadi seorang pendekar tingkat ahli sebelum berusia 30 tahun.” Fang An akhirnya berbicara setelah hening lama.
“Pendekar tingkat ahli?” Xiao Chen sebenarnya sudah memahami maksud Fang An namun dia tetap harus bertanya karena seharusnya dia belum mengetahui informasi tersebut.
Fang An mengangguk pelan sebelum mulai menjelaskan bahwa dalam dunia persilatan para pendekar dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan kemampuan mereka.
Seseorang bisa dikatakan sebagai pendekar jika dia menguasai satu jenis bela diri dan memiliki kekuatan yang mampu mengalahkan lima pria dewasa yang sehat. Pendekar seperti ini disebut sebagai Pendekar kelas tiga.
Ketika seorang pendekar menguasai ilmu meringankan tubuh yang membuatnya mampu melompat setinggi lima meter serta memiliki kemampuan berhadapan tiga sampai lima orang pendekar kelas tiga maka dia akan disebut sebagai pendekar kelas dua.
Andai seseorang menguasai beberapa bela diri, memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi serta memiliki tenaga dalam sebanyak sepuluh lingkaran maka dia bisa disebut sebagai Pendekar kelas satu.
Belasan orang yang dulu berusaha menyerang Lin Fan di penginapan adalah gabungan pendekar kelas tiga dan dua.
Pendekar tingkat ahli adalah kelas berikutnya dari pendekar tingkat satu. Ada banyak ketentuan yang membuat seseorang dikatakan sebagai pendekar tingkat ahli, tetapi satu syarat utama adalah seseorang harus memiliki tenaga dalam setidaknya 60 lingkaran untuk menjadi seorang pendekar ahli.
Satu dari seratus pendekar ahli yang ada di dunia persilatan akan dikenal sebagai Pendekar Bergelar, itu artinya mereka adalah pendekar ahli yang diakui kemampuannya di dunia persilatan. Fang An misalnya merupakan salah satu yang termasuk Pendekar Bergelar karena dirinya dikenal sebagai Pendekar Berwajah Giok.
Pada sekte besar seperti Lembah Seratus Pedang yang memiliki sekitar sepuluh ribu pendekar di dalamnya sekalipun hanya kurang dari lima ratus orang yang mencapai kemampuan Pendekar Ahli namun cukup banyak diantara para Pendekar Ahli ini yang menjadi Pendekar Bergelar.
Xiao Chen mengetahui Fang An lahir dengan bakat bela diri yang luar biasa karena Fang An lahir dengan fisik kualitas Tulang Harimau Muda. Ditambah dengan berbagai sumber daya yang dimiliki keluarganya, Fang An berhasil menjadi pendekar ahli pada usia 16 tahun terlepas dari luka dalam yang dimilikinya dan akhirnya menjadi Tetua Pedang di usia 17 tahun.
Bakat seperti Fang An sebenarnya jarang ada di sekte besar sekalipun, hanya saja bakatnya tersembunyi dan luput dari perhatian sosok penting seperti Jiang Kun karena karakter Fang An yang lebih suka merendah dan menyembunyikan kemampuannya.
“Guru, aku lebih suka belajar untuk saat ini. Belum terlambat jika aku mempelajari ilmu bela diri beberapa tahun lagi…”
Xiao Chen tidak ingin buru-buru belajar bela diri lagipula dia masih berlatih ulang beberapa bela diri yang telah dirinya pelajari di kehidupan sebelumnya. Bagi Xiao Chen yang terpenting sekarang adalah meningkatkan kualitas tulangnya agar dia dapat berlatih Kitab Dewa Naga Surgawi dengan maksimal.
Fang An justru menangkap sesuatu yang berbeda dari jawaban Xiao Chen, ketika dia ingin mencoba membujuk Xiao Chen untuk mulai berlatih, seorang anggota sekte mendatangi Vila Pedang Bambu.
“Tetua Fang, Ketua Sekte meminta seluruh Tetua Pedang untuk berkumpul di aula utama sekarang juga.” Kata anggota sekte tersebut dengan terburu-buru, selesai berkata demikian dia segera pamit karena harus mengabari Tetua yang lainnya.
Fang An bisa melihat ada sesuatu yang serius terjadi, “Chen’er, kita akan lanjutkan pembicaraan ini nanti setelah aku kembali.”
Selesai berkata demikian Fang An berangkat menuju aula utama sementara Xiao Chen tetap tinggal di Vila Pedang Bambu.
Raut wajah Xiao Chen sedikit berubah setelah Fang An meninggalkan Vila Pedang Bambu, dia pergi ke ruang rahasia untuk membuka buku catatannya.
“Ternyata benar, pantas saja aku tidak bertemu dengan Ketua Sekte Jiang selama memanen Ginseng Air beberapa waktu terakhir…” Xiao Chen mengerutkan dahinya.
Menurut catatannya, seharusnya pada sekitar waktu ini memang ada sebuah kejadian besar yang terjadi yaitu perebutan tahta antara para pangeran. Perang politik yang terjadi setiap beberapa puluh tahun sekali ini selalu melibatkan penghuni dunia persilatan.
Xiao Chen tidak terlalu mengingat rinci semua yang terjadi karena saat semua ini terjadi di kehidupan sebelumnya, dia belum begitu memahami tentang dunia. Xiao Chen hanya mengingat Fang An pergi ke Ibukota untuk waktu yang cukup lama, meninggalkan Xiao Chen di Paviliun Pedang Muda untuk belajar dibawah bimbingan Yue Lian.
Fang An baru pulang ke Vila Pedang Bambu saat tengah malam, dia berpikir Xiao Chen sudah tidur sehingga tidak memanggilnya untuk melanjutkan pembicaraan mereka. Suara batuk terdengar dari waktu ke waktu, Xiao Chen mengetahui malam itu Fang An tidak tidur karena memikirkan banyak hal.
terus setelah beberapa waktu, Author nya ngejelasin situasi nya.
tapi kebanyakan masih ganas. setelahnya, dia bilang, mau fokus ke hal lain, dan menulis cerita ini cuma untuk sampingan, atau hobi? saya agak kurang ingat, sudah lama.
setelah nya, dia cuman update beberapa waktu aja, dan setelahnya gak ada lagi.
saya kira karena para pembaca, atau karena aplikasinya. tapi dia bilang bakal selesaikan sampai tuntas. dan....pas dengar kabar wafatnya, saya sadar.
itu gak akan pernah ter tuntaskan.