*"Ah ... ampun, Kak. U-udah! Naya ngakuh, Naya salah."*
Masa remaja yang seharusnya dilalui dengan ceria dan bahagia, mungkin tidak akan pernah dialami dengan gadis yang bernama Hanaya Humairah. Gadis cantik yang lemah lembut itu, harus terpaksa menikah dengan Tuan muda dingin nan kejam.
Demi menyelamatkan ibunya dari tuduhan penyebab kematian mama dari sang tuan muda, ia rela mengorbankan kebahagiaannya.
Akankah Gadis itu bisa menjalani hari-harinya yang penuh penderitaan.
Dan akankah ada pelangi yang turun setelah Badai di kehidupannya.
Penasaran ...?
Yuk ikuti kisahnya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggraini 27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Dok ... dok ... dok ...
Buk Ratih memukul meja. Seketika suasananya menjadi tenang kembali.
"Zia, ibu harap. Tolong jaga bicara kamu, ya? Dia ini termaksud siswa berprestasi di sekolahnya. Sebelum mengatai seseorang, lebih baik kamu intropeksi terlebih dahulu." Skatmat dari buk Ratih. Seketika Zia langsung bungkam.
Zia pun langsung melengoskan mukanya, dengan mencebikkan bibir.
"Nak, kamu gapapa 'kan?" tanya buk Ratih memegang bahu Naya.
Naya menanggapi dengan senyuman. "Naya gapapa kok, Buk."
"Ya sudah, kalo gitu. Silahkan perkenalkan diri kamu, ya?" Naya pun mengangguk.
Sebelum berkata, Naya menarik nafasnya terlebih dahulu.
"Hai, semua. Nama saya Hanaya Humairah. Bisa di panggil Naya. Saya pindahan dari kota B," ucap Naya memperkenalkan diri.
Saat Naya memperkenalkan diri. Tidak ada yang mau mendengar apalagi melihat ke arah dia. Kecuali, ada sepasang mahluk yang berkaca mata, dan satunya melambaikan tangan kepada Naya, menyuruh Naya untuk duduk dengannya.
"Bau, lo pindah ke belakang, gi! Biar tu cewek duduk sama gue," usir Lili menyuruh temanya pindah.
"Bayu, ogeb. Sekate-kate ganti nama, gue," protes Bayu.
"Iya, iya. Udah sana!" Bayu pun langsung pindah duduk, ke bangku belakang.
"Naya, sekarang kamu boleh duduk ke bangku yang masih kosong, ya!" ujar buk Ratih.
"Iya, Buk. Makasih." Naya menganggukkan kepalanya. Kemudian berjalan ke arah Lili.
" Baiklah, anak-anak. Sambil menunggu guru mapel kalian. Kalian buka dulu buku kalian, ya? Ibu keluar dulu. Selamat belajar." Setelah mengucapkan itu. Buk Ratih pun keluar dari kelasnya.
"Sini-sini. Duduk sampingku aja," ajak Lili.
Naya pun mengangguk, kemudian duduk di samping Lili.
"Kenalkan! Nama gue Tri Lili. Panggil aja Lili," ucap Lili yang mengulurkan tanganya ke depan Naya.
"Naya." Naya pun menyambut uluran tangan Lili.
"Dan yang di belakang kita, Nama Bau," lanjut Lili lagi.
Tak!
Bayu memukul kepala Lili dengan pulpenya.
"Ih ... sakit, Ogeb!" sungut Lili yang memegang kepalanya.
"Rasain tu! Eh, Nay. Jangan dengarkan dia ya? Nama gue tu Bayu sadewa. Panggil aja Bayu." Bayu pun mengulurkan tangannya juga, dengan senyum yang merekah.
"Naya," balas Naya, yang tersenyum geli melihat sepasang mahkluk yang berada dengannya.
"Eh, kalian berdua pasangan, ya. Kok serasi banget?" tanya Naya sambil tersenyum melihat mereka berdua.
"Kami ... ogah!" seru mereka bersamaan.
"Ih, gue yang ogah sama lo, Cupu!" ungkap Lili.
"Lah, lo juga cupu, ogeb!" sungut Bayu.
"Eh, eh ... udah, dong. Sesama cupu gak boleh berantem," lerai Naya. Yang menahan senyum gelinya. Setidaknya beban yang ada didirinya, bisa terlupakan sebentar.
"Nah ... benar, tu! Eh ...." Lili menutup mulutnya. Bahwasannya dia juga membenarkan kalau dia cupu.
"Hahaha ...." Seketika mereka bertiga pun tertawa.
***
Waktu istirahat pun sudah tiba. Semua siswa pun pergi ke kantin, untuk mengisi perut mereka yang sudah kelaparan.
"Nay, kekantin yuk! Laper, ni," ajak Lili yang sudah berdiri dengan Bayu.
"Kalian aja, deh. Aku gak laper kok," tutur Naya menolak dengan halus.
"Yee, Nay. Makan gak mesti nunggu laper kali. Gue traktir deh kalo gitu," sambung Bayu.
"Enggak usah, makasih. Lain kali aja ya. Aku beneran gak laper kok. Udah! Kalian berdua aja, ya." Naya pun tersenyum meyakinkan teman barunya itu.
"Yaudah deh, Nay. Kita ke kantin dulu ya. Yuk, Bau ...." Lili menarik Bayu keluar kelas. Sedangkan Naya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tersenyum geli. Melihat dua sejoli itu.
Di dalam kantin. Sudah banyak manusia di sana. Yang sudah duduk dan memakan makanannya masing-masing.
Begitu juga geng Zz. Dengan Zia yang sudah mengaduh kepada kakak sepupunya, Zenifer.
"Kak Zen, ih ... tau gak? Aku lagi sebel banget ni," aduh Zia yang merengek seperti anak kecil.
"Kenapa lagi sih, lo?" tanya Zeni yang melahap baksonya.
"Tadi pagi itu, tau gak? Ada anak baru cupu yang masuk ke kelas gue. Tadinya gue mau maluin dia. Eh, taunya buk Ratih malah balik ngatain gue. Gimana gak sebel, coba!" terang Zia, kemudian langsung meminum jus milik Zahra.
"Ah, elo Zia! Itu minum gue!" sungut Zahra, yang mengambil jusnya yang berada di tangan Zia.
"Yaelah, beli lagi entar. Haus, gue."
"Jadi, gimana menurut lo, Kak. Apa mesti kita buat perhitungan ama tu anak," lanjut Zia bertanya dengan kakaknya.
"Oke, lo yang atur," balas Zeni, tanpa mengalihkan pandangannya dari mangkok baksonya.
"Oke, entar pulang sekolah ya?" ucap Zia, dan di anggukan kakaknya.
'Hm, mulai deh bullying orang,' batin Zahra yang memutar bola matanya malas.
Sedangkan di sudut meja sana. Malik pun mendengar percakapan geng Zz itu. Yang akan membully seseorang.
'Siapa yang dimaksud mereka. Apakah Naya? Ah ... apa perduli gue,' batin Malik tanpa mau mencari tau.
Bersambung ...
Hayo... penasaran gak?
ikutin terus ceritanya, karena ceritanya pastinya makin seru!!