Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan ayah dari sahabatnya sendiri karena sebuah kesalahpahaman. Apakah dirinya dapat menjalani kehidupannya seperti biasanya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagal
Drrt drrt drrt
Ponsel papa Damian bergetar.
[Assalamu'alaikum,,]
[Wa'alaikumsalam,, Damian, bisakah kamu membantuku?] Ucap seseorang diseberang sana.
[Membantu apa, pak?]
[Aku saat ini sedang bertemu dengan klien, klien itu mau menyetujui kerja sama denganku kalau ada kamu disini. Apa kamu bisa ke sini di Hotel X?]
[Kenapa bisa begitu, pak?] Jawab papa Damian dengan sedikit heran.
[Dia tak memberikan alasan apapun. Jadi, apakah kamu bisa membantuku?]
[Saya usahakan, pak.]
[Baik, saya tunggu di kamar 112.]
Tut tut tut
Telepon dimatikan sepihak.
*Kenapa tiba-tiba pak Johan menghubungi dan meminta bantuanku? Kenapa pula harus bertemu klien di Hotel? Perasaanku kenapa jadi tak enak begini!! Ah, positif saja.* Papa Damian dengan segala pikirannya.
Papa Damian saat ini masih berada di kantornya. Karena perasaannya tidak enak, dia langsung menghubungi mertua dan mengirim pesan pada istrinya.
[Hallo, Assalamu'alaikum] Ucap orang diseberang sana.
[Wa'alaikumussalam wa rahmatullah,. Ayah mertua bisakah aku bertanya?]
[Adakah hal serius sampai-sampai kau menghubungiku secara mendadak begini? Jadi, pertanyaan apa yang mau kau tanyakan mantu?haha] Ucap ayah Leo.
[Apakah Pak Johan berada di kantor sekarang?] Tanya papa Damian.
[Kenapa kamu menanyakan pak Johan? Pak Johan kini sedang aku tugaskan ke kota X selama 4 hari untuk meninjau pembangunan cabang baru dan masih ada 2 hari ini dia di sana. Jadi, sekarang dia tak ada di kantor.] Jelas ayah Leo.
[Ah, begitu. Baiklah. Kalau begitu saya tutup dulu teleponnya, mungkin lain kali saja. Assalamu'alaikum,] papa Damian cukup jelas dengan jawaban mertuanya.
[Wa'alaikumussalam wa rahmatullah,]
*Ayah mertua tak mungkin membohongiku. Tapi, kenapa pak Johan sekarang ada di Hotel X? Ini benar-benar tak masuk akal. Aku harus hati-hati.* Batin papa Damian
[Dek, tolong sekarang kamu ke Hotel X kamar 112. Mas tunggu.]
Papa Damian mengirimkan pesan singkat kepada istrinya. Dia tak mau menjelaskannya kenapa.
Akhirnya papa Damian kini menuju ke Hotel X untuk memenuhi permintaan pak Johan.
Sedang di dalam kamar no 112 di sana sudah ada Pak Johan dan Sinta. Yah, mereka akan melakukan rencananya sekarang. Dengan alasan bertemu dengan klien.
"Kamu tunggu aja sayang, Damian sebentar lagi akan sampai. Ingat, kamu harus melakukan tugasmu dengan baik. Ayah gak mau nanti dengan semua apa yang kita rencanakan jadi gagal total." Ucap pak Johan.
"Ayah tenang aja, ku pastikan nanti dia akan masuk kedalam perangkap kita. Dan dia akan jatuh kedalam pelukan Sinta." Jawab Sinta dengan senyum liciknya.
"Ayah gak sabar ingin menjadi orang kaya dan menempati jabatannya." Ucap pak Johan yang sebenarnya gila harta.
"Sinta pun begitu. Nanti kalau Sinta udah jadi istri Damian, pasti Sinta akan menjadi wanita yang beruntung." Ucap Sinta yang kini sedang membayangkan enaknya jadi istri papa Damian.
Mereka masih membahas rencana dan angan-angan mereka.
Sedang di Mall, Azalea sekarang masih berada di Butik Baby. Karena dia sudah memilih barang yang dia inginkan, dia gegas menuju kasir untuk membayar barang yang dia inginkan tadi. Selesai membayar dia hendak mengajak keluar Dina untuk makan. Tapi, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Terdapat notif pesan dari suaminya. Azalea pun gegas membuka dan membacanya. Azalea mengerutkan keningnya.
"Din, kita pending dulu makan siangnya. Kita ke hotel dulu." Ucap azalea.
"Ngapain ke hotel? Kamu ada janji? Sama siapa?" Dina bertanya karena bingung.
"Ini papamu ngirim pesan. Nyuruh aku datang ke Hotel X sekarang. Mana gak memberi alasan sama sekali. Ayo kita langsung aja kesana." Ucap Azalea.
Azalea dan Dina pun gegas menuju Hotel.
Papa Damian sendiri sudah berada di lobi hotel. Dia berjalan menuju lift dan naik keatas dimana kamar no 112 berada.
Sampainya di depan pintu no 112. Papa Damian mengetuk pintu.
Tok tok tok
Tak lama pintu pun terbuka. Pak Johan pun menyambut papa Damian dengan senyum sumringahnya. Lalu pak Johan mempersilahkan papa Damian untuk masuk ke dalam. Papa Damian pun mengikutinya dan matanya memindai keseluruh ruangan.
"Damian, kamu duduk dulu di sana. Klienku baru ijin keluar sebentar." Ucap pak Johan, lalu dia mengambilkan segelas air untuk papa Damian.
"Ini kamu minum dulu, tadi klienku yang sudah memesankannya." Sambung pak Johan.
"Kalau boleh saya tahu, klien bapak siapa? kenapa harus ada saya?" Tanya papa Damian yang mulai penasaran dengan apa yang akan pak Johan rencanakan.
"Nanti kamu akan tahu. Minumlah dulu." Ucap oak Johan.
Papa Damian pun mengangguk. Dan mengambil gelas yang diberikan oleh pak Johan tadi.
Papa Damian melihat sorot mata pak Johan, dia akan berpura-pura meminum air itu. Karena sedari tadi hatinya tak tenang. Apalagi pak Johan dari tadi memperhatikannya. Dan benar saja, setelah papa Damian terlihat menyeruput minuman itu, pak Johan terlihat tersenyum, meski itu terlihat tipis namun, papa Damian mengetahuinya.
"Aku ke toilet dulu ya, mungkin sebentar lagi klienku akan datang." Ucap pak Johan setelah melihat Damian meminum minuman yang telah dia siapkan. Pak Johan pun menuju ke toilet guna mengabari anaknya untuk segera masuk ke kamar.
Tak lama pintu terbuka, papa Damian yang sadar betul mengenal siapa yang datang. Ya, Sinta anaknya pak Johan.
*Oh, ini yang Anda maksud klien.* Batin papa Damian.
Papa Damian pun menjalankan aktingnya. Berpura-pura terlihat seperti sedang kecacingan yang haus akan bel*ian.
Sinta yang melihatnya pun tersenyum puas. Merasa rencananya akan berhasil. Pak Johan yang tadi berada di dalam toilet pun keluar. Berencana akan merekam semua kegiatan yang akan mereka lakukan.
Sungguh menjijikkan bukan?
Sinta pun mendekati papa Damian.
"Damian sayang, apakah kamu sudah tak tahan? Aku janji akan memuaskanmu dan kamu tak akan pernah melupakan itu." Ucap Sinta dengan sedikit mendesah. Lalu dia pun membuka pakaian dan menyisakan dalaman saja.
Sebenarnya papa Damian melihatnya jijik namun, demi rencananya dia akan berpura-pura seperti lelaki yang tak tahan dengan godaan.
*Sebegitu murahnya wanita ini hingga rela melakukan apapun demi mendapatkan hal yang dia mau. Azalea sayang, cepatlah datang.* Batin papa Damian berharap istrinya segera datang menolongnya.
Tepatnya sih menolong dari aktingnya.
Dan sepertinya Tuhan mengabulkan doa papa Damian. Di waktu yang sama, Azalea dan Dina sudah berada di Hotel dan kini sedang menaiki lift. Setelah mereka sampai diatas, mereka mencari kamar dengan nomor yang dimaksud papa Damian.
"Nah, ketemu. Ayo kita langsung masuk aja." Ucap Azalea.
"Eh, apa gak ngetuk pintu dulu, Zaa?" Ucap Dina yang takut kalau di dalam tak hanya ada papanya.
"Ih, kan mas Damian sendiri yang menyuruh langsung ke kamar tadi. Udah yuk." Ucap Azalea yang tanpa permisi langsung membuka pintu.
"Yaudah aku aja yang buka." Ucap Dina dan dibalas anggukan oleh Azalea.
Dina pun membuka pintu tanpa permisi terlebih dahulu.
Degh.
Dina yang melihat papanya berada di dalam bersama wanita dengan posisi wanita mengalungkan tangannya dileher papanya langsung tercengang. Mana Wanitanya hanya memakai dalaman doang.
Papa Damian yang menyadari anaknya datang pun langsung mendorong Sinta dengan kasar.
"Din, ayo masuk. Kok malah diem aja. Mana masuk cuma separo badan." Ucap Azalea sedikit kesal dengan anaknya itu karena tak langsung saja masuk malah berhenti seperti patung. Azalea langsung menyerobot masuk ke dalam.
"Eh, Zaa," Ucap Dina terpotong begitu saja. Niat mau mencegah mamanya masuk agar tak melihat hal yang ada di dalam sana, mamanya malah langsung menerobos dirinya begitu saja.
Degh.
"Mas,"
"Ap-pa yang mas lakukan?" Ucap Azalea yang tak mengerti maupun percaya dengan apa yang dia lihat.
Azalea pun diam mematung, matanya berkaca-kaca, dadanya terasa sakit, dan nafasnya terasa berat dan sesak. Tiba-tiba dia merasa kepalanya berputar.
"Mas, ak-" Belum sempat papa Damian meneruskan ucapannya, Azalea tiba-tiba ambruk.
Papa Damian langsung menghampiri istrinya.
"Dek, kamu kenapa dek? Dek?" Panggil papa Damian sambil mengusap pipi istrinya.
Dina melihat ada darah dibawah Azalea. Dina pun terlihat sangat panik.
"Pap-pa, it-tu darah apa, pa? Ayo kita bawa mama ke Rumah Sakit sekarang. Cepat, pa." Ucap Dina.
"I-iya." Seketika papa Damian menjadi gagap saat melihat darah yang dimaksud anaknya itu.
"Awas kalian, tak akan aku biarkan kalian lolos begitu saja karena sudah berani menjebakku." Ucap lantang papa Damian pada kedua manusia yang sudah berani bermain-main dengannya.
Papa Damian pun langsung menggendong istrinya untuk segera dibawa ke Rumah Sakit.
Sementara Pak Johan dan Sinta panik.
"Gimana ini, yah? Ucap Sinta yang takut Damian akan membencinya.
"Entah, ayah yakin setelah ini hidup kita akan sulit." Pikiran pak Johan pun tak kalah kacau.
Arrgghhh.....
Gagal sudah rencana mereka.