NovelToon NovelToon
Rawon Kesukaan Mas Kai

Rawon Kesukaan Mas Kai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Beda Usia / Keluarga / Karir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:970
Nilai: 5
Nama Author: Bastiankers

Shana dan Kaivan, pasutri yang baru saja menikah lima bulan lalu. Sikap Kaivan yang terlalu perfeksionis kadang menyulitkan Shana yang serba nanti-nanti. Perbedaan sikap keduanya kadang menimbulkan konflik. Shana kadang berpikir untuk mengakhiri semuanya. Permasalahan di pekerjaan Kaivan, membuatnya selalu pulang di rumah dengan amarah, meluapkan segalanya pada Shana. Meski begitu, Kaivan sangat mencintai Shana, dia tidak akan membiarkan Shana pergi dari hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bastiankers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

Siang itu, Shana baru saja selesai berbelanja kebutuhannya di minimarket terdekat. Mumpung dekat dan belanjaannya tidak banyak. Jadi, Shana memutuskan untuk pulang berjalan kaki saja.

Tidak terpikirkan bahwa dia harus bertemu dengan tiga orang tetangga rempong yang dulu sering berisik di teras rumahnya. Biasanya jika mendadak bertemu seperti ini, mereka akan saling berbisik, dan menyindirnya dengan perkataan pedas. Namun, kali ini tidak.

Bahkan, ketika langkah mereka sudah berpapasan dengan Shana. Tidak ada tanda-tanda mereka akan menyindirnya lagi. Shana hanya mengernyit saat melihat wajah-wajah tampak kaku yang baru saja melewatinya itu. 

Aneh sekali. Tidak biasanya mereka seperti itu. Apa yang terjadi sampai mulut seperti tong kosong nyaring bunyinya itu sekarang menjadi berbeda? Atau mungkin sudah berubah karena akan menjadi lebih parah? Mungkin jadi knalpot rusak?

Astaga. Shana menggeleng. Tidak habis pikir dengan pemikirannya sendiri. Sampai-sampai dia tidak sadar kehadiran seseorang yang menunggunya di depan teras. 

Satu tetangga rempong yang lain muncul saat Shana hendak memijaki teras. Pandangannya teralihkan saat Bu Siti tengah mengangguk sopan. Bukan padanya. Melainkan, pada seseorang yang tengah berdiri dengan dagunya yang sedikit terangkat. “Mari, Bu,”sapa Bu Siti bergegas pergi dari sana. 

Kening Shana mengernyit, “Ibu, mengenal mereka?” Oh, tentu saja tidak. Seharusnya bukan pertanyaan seperti itu yang Shana utarakan karena dia tahu betul ibunya enggan mengurusi manusia-manusia seperti mereka.

Namun, “Mereka masih mengganggu kamu?”

Bagaikan terkena lem tembak mendadak, seketika mulut Shana hanya membuka, tanpa sepatah katapun. Dia nge-lag untuk beberapa saat. 

Sampai Ibunya harus meneleng dan memperhatikan wajah anaknya dengan teliti. “Apa mereka masih mengganggu kamu?”ulangnya.

Shana menggeleng lemah, “Ng ... nggak,”jawabnya, “Bagaimana ibu bisa tahu kalau mereka selama ini menggangguku?”

Ibu melengos, membuang nafas kasar. Lalu, melirik ke arah daun pintu yang masih tertutup. “Bisa kita masuk ke dalam untuk membahasnya? Ibu dari tadi nungguin kamu.”

Tangan Shana terulur untuk membuka pintu, tentu saja dia mengulum senyum saat melihat ibunya menggerutu. Dia masuk terlebih dahulu dan meletakkan barang belanjaannya ke dapur. Kali ini dia tidak bergegas untuk menempatkan semua barang belanjaan di tempatnya masing-masing, karena dia tengah penasaran.

Maka, setelah meletakkan segelas air minum di meja kecil depan sofa. Shana segera duduk di sofa seberang. “Bagaimana ibu tahu kalau mereka menggangguku?”

Ibu menaikkan alisnya satu sesaat setelah meneguk minuman yang diberikan Shana. “Bagaimana kalau ibu bilang bahwa ‘ibu sudah membayar mulut mereka untuk berhenti mengusik hidupmu’, apa kamu percaya?” Dia menyunggingkan senyum saat mulut Shana menganga tak percaya. “Ibu tidak tega melihat putri ibu harus disakiti oleh mereka.”

Kecuali, ibu yang boleh mengusik?

Mata Shana menyipit, mencari kejujuran di mata ibunya. Dia harap tidak ada balas budi yang harus dia bayar. Jadi, “Apa ini berkaitan dengan tawaran ibu yang lalu? Kalau benar, maka aku nggak segan-segan untuk kembali mengatakannya. Aku nggak akan menerima apapun itu,”tegas Shana. Rahangnya tampak mengeras dengan nafas pendek-pendek. 

Ibu mengedikkan bahu, seolah-olah meremehkan ucapan anak perempuannya. “Ternyata … sulit sekali kebaikan ibu kamu terima. Padahal, ibu murni melakukannya karena naluriah seorang ibu yang menyayangi anaknya.”

Benarkah? Lalu, bagaimana dengan tamparan keras yang dia layangkan pada Shana ketika tahu perempuan itu hamil dan membela suaminya secara terang-terangan?

“Sebenarnya … ibu juga berharap kamu bisa datang ke outlet yang berada di Kemang, mengisi waktu luang kamu. Apalagi Kaivan sering meninggalkan kamu sendirian. Ibu akan sering-sering ke sana. Di sana juga banyak pekerja. Oh, ya, ayah tirimu jarang ke sana. Dia sibuk untuk outlet induk,”jelasnya. “Ibu juga sudah menyampaikannya pada Kaivan, namun Kaivan tetap memberikan semuanya pada kamu. Jadi?”

Apakah maksudnya bahwa hubungan antara mertua dan menantu itu sudah membaik? Atau … ini masih perencanaan ibunya?

“Shana? Kenapa diam terus?”

Shana menggeleng lemah, entah kenapa dia belum bisa menjelaskan alasannya secara gamblang. Karena yang dia tahu, ibunya tidak akan ada di pihaknya jika masalah itu kembali menimpanya.

“Nanti Shana pikirkan,”jawabnya.

Shana masih di sana. Masih menyender di sofa bludru itu semenjak ibunya pergi. Dia merenung lama. Memikirkan semuanya dengan baik. Tentang permintaan ibunya, tentang Kaivan, tentang semuanya. Kenapa semuanya menjadi rumit begini? 

Bahkan sampai malam menyentuh pukul sebelas malam, Shana belum beranjak dari posisinya. Dia hanya bergerak untuk meneguk air yang sudah dia siapkan dari siang tadi. 

Apa sebaiknya dia menerima tawaran itu?

Lalu, bagaimana jika kejadian itu terulang kembali?

“Sayang~” 

Hampir saja gelas yang digenggamnya terjatuh, suara bernada itu tiba-tiba saja menggelegar saat lamunannya sudah memenuhi. Shana bangkit dari duduknya, mengalungkan kedua tangannya di leher Kaivan. 

Kekehan Kaivan terdengar, namun sebelum melakukan hal lain, dia memilih untuk memberikan ciuman hangat. Lalu, “Kamu sudah makan?”tanyanya, sambil melirik ke arah meja makan yang kosong. 

“Sudah.” Bohong. Padahal dia belum mengisi apapun semenjak ibunya datang. “Mas?”

“Hm?” Kaivan segera berjalan ke arah dapur dan mengambil air dari water dispenser. “Bentar, ya,”ucapnya saat tahu Shana ingin mengutarakan sesuatu. Setelah selesai menghilangkan dahaganya. Dia menghampiri Shana yang masih menunggunya di ruang tengah. Dia duduk di sebelah perempuan itu. “Ada apa?”

“Tadi ibu datang ke sini.”

Kaivan mengangguk, tangannya mulai melepaskan kancing kemeja di pergelangan tangannya. “Semua terserah kamu, Shan. Aku juga nggak maksa kok. Kalau kamu memang nggak mau, ya udah,”jawabnya tanpa menoleh, “Nggak usah dipikirin.”

Harusnya saat mendengar itu, Shana bisa tenang. Namun, ternyata tidak. Dia bertambah gusar. Dan saat mengingat kejadian lampau, tangannya berubah menjadi dingin. Dia tidak menyadarinya. Hanya Kaivan yang meneleng untuk meneliti wajahnya yang pucat pasi. 

“Shan? Kamu sakit?”tanya Kaivan. Tangannya mengusap keringat dingin yang entah kapan memijaki pelipis Shana. 

Shana tiba-tiba gugup, “Ng … nggak. Memangnya kenapa?” Dia menyentuh wajahnya panik, takut Kaivan bisa membaca pikirannya. 

Embusan nafas Kaivan terdengar berat. Dia mengusap kepala Shana. Memeluknya dari samping. Mengecup pundak perempuan itu. “Sayang, kamu jangan terlalu pikiran. Nanti ada apa-apa sama janin kamu. Ya?” 

Shana tersenyum. Suara lembut itu menyapa indra pendengarannya dengan baik. Dia menoleh dan saat itu Kaivan segera mencium bibirnya. Menekannya. Melumatnya dengan gerakan liar. Sesekali menggigit bibir bawahnya. Sampai terdengar erangan kecil dari mulut Shana. Bukan sekali dua kali, Kaivan terus melakukannya. Sampai saat kemejanya dilucuti, dia menggumam, “Mumpung aku belum mandi. Biar sekalian mandi bareng.”

Dan, kekehan Shana terdengar. Setelahnya, tangan Kaivan segera mengambil remote tv dan menyalakannya. Terdengar suara erangan kecil di saat sofa mulai bergerak. Untungnya suara dari acara yang sedang disiarkan itu bisa menyamarkan suara mereka.

1
kanaikocho
Alur yang brilian
Bastiankers
terima kasih sudah berkunjung
Kiran Kiran
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!