Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28.
Pesta pun selesai, para tamu juga sudah mulai pulang ke rumah masing-masing. Hanya beberapa tamu penting yang masih berada di sana. Salah satunya, Kendra sekeluarga.
"Maafkan kami, ya Tuan Kendra. Karena selama di pesta tadi, kami tidak bisa menemani Anda sekeluarga," ucap Aditya.
"Tidak apa-apa, kami bisa mengerti," sahut Kendra tenang.
Aditya mengangguk, keduanya kemudian bersalaman.
"Dad, mobil sudah siap," ucap Kiano yang datang bersama keluarganya.
"Lho, bukannya Daddy ikut kita?" sela Kirana heran.
"Gak, siapa bilang?" sahut Kiano terkejut.
"Tadi, kan Daddy udah bilang ke Kak Fachri. Kalau malam ini, sampai beberapa waktu. Daddy akan menginap di rumah," jelas Kirana.
"Gak! Daddy gak ada bilang," tolak Kiano.
"Lu, jangan gitu, Kak! Kan, sekarang giliran gue," protes Kirana.
"Giliran, lu gimana? Kan, masih besok," sahut Kiano tak mau kalah.
"Besok atau sekarang tuh, sama aja. Toh, besoknya Daddy juga lu anterin ke rumah, kan? Mending sekarang, lu jadi gak perlu repot lagi," rungut Kirana.
"Siapa bilang gue repot? Gue gak akan merasa repot, ketiban nganterin Daddy ke rumah lu, Nana," timpal Kiano lagi.
"Sudahlah, Mas! Malu, kita diliatin orang tuh!" kata Zavira menengahi.
"Tau, lu!" sembur Kirana.
"Kok, gue? Lu, tuh!" timpal Kiano tidak mau kalah.
Kendra hanya tersenyum ke arah sang tuan rumah.
"Maaf, beginilah keluarga kami," ucap Kendra.
"Tidak apa-apa, Tuan. Saya mengerti, malahan saya merasa iri dengan kedekatan keluarga kalian," sahut Aditya.
Kembali Aditya memperhatikan satu-persatu anggota keluarga calon keluarga besannya itu.
"Kok, saya rasa ada yang kurang, ya? Tapi, apa?" ucap Aditya tiba-tiba.
Baik Kendra maupun yang lainnya, saling melemparkan pandangan bingung.
"Ah, ya! Dimana, cucu perempuan Anda Tuan?" tanya Aditya lagi.
"Oh, Zakira?" tebak Kiano.
Pria paruh baya itu, menjawab dengan anggukan kepala.
"Dia di rumah, lagi gak enak badan," jawab Kiano.
"Dia sakit? Sakit apa?" tanya Aditya, dengan ekspresi terkejut.
"Hanya flu biasa, Om!" sahut Zaki.
"Iya, kemaren gak sengaja pulang kehujanan, sama Kakaknya," timpal Zavira.
Aditya menarik nafas lega.
"Baiklah! Kalau begitu, kami permisi dulu," pamit Kendra pada Aditya.
"Hati-hati, di jalan," sahut Aditya.
"Terima kasih," ucap Kendra.
"Oh, ya! Titip salam untuk putri Anda Pak Kiano, bilang padanya. Semoga lekas sembuh," kata Aditya.
"Baiklah, terimakasih!" Kiano segera masuk kedalam mobil.
Setelah memastikan tamunya pulang, Aditya melangkah kembali ke dalam hotel. Tanpa sengaja, ia bertemu sang istri.
"Mama, masih di sini?" tanya Aditya.
"Papa itu dari mana aja, sih?" balas Yulia.
"Nganterin salah satu tamu kita," jawab Aditya.
"Siapa?" tanya Yulia lagi.
"Keluarga bakal calon besan kita," jawab Aditya sarkas.
"Tuan Kendra dan anaknya?" sambung Yulia.
Sang suami mengangguk mengiyakan.
"Mama sendiri, kok masih di sini? Katanya pulang sama Gio?" Aditya melemparkan pertanyaan pada sang istri.
"Si Gio nya aja, entah ke mana?" rungut Yulia.
Aditya pun memutuskan untuk meninggalkan hotel dan kembali ke rumah mereka.
*****
Di tempat berbeda, tampak beberapa orang sedang menggotong seseorang.
"Sini... masuk sini!" perintah Sukma, pada dua orang suruhannya.
Kedua orang itu pun meletakkan Fathan yang tak sadarkan diri, di atas ranjang.
"Ini! Upah kalian." Sukma memberikan dua buah amplop coklat tebal pada orang suruhannya. Keduanya menerima amplop itu, dengan senyum lebar.
"Terimakasih, Nyonya!" ucap keduanya serempak.
"Ingat! Jika sampai ada yang tahu masalah ini, jangan sesekali kalian menyebut nama kami. Terutama, saya," ucap Sukma, kembali memperingati keduanya.
"Beres, Nyonya!" sahut salah satu dari mereka. Setelah urusan selesai, mereka pun membubarkan diri.
"Bila!" panggil Sukma.
Nabila yang sejak tadi sudah menunggu di luar, segera masuk menghampiri.
"Gimana, Oma?" tanya Nabila.
"Beres!" jawab Sukma, mengacungkan kedua jempolnya.
Nabila tersenyum senang, pandangannya beralih ke arah sosok yang berasa di atas ranjang.
"Sekarang, giliran kamu. Sebaiknya, kamu lakukan sekarang. Takutnya, nanti dia keburu bangun," ucap Sukma.
Nabila mengangguk, ia segera mendekati ranjang dan duduk di samping Fathan. Ia tersenyum puas, tinggal selangkah lagi, ia akan menjadikan pria yang ada di hadapannya ini jadi miliknya. Setelahnya, tidak akan ada lagi alasan Fathan untuk menolaknya.
Perlahan Nabila mengangkat tangannya, untuk mengusap wajah pemuda yang menjadi impiannya sejak lama. Melihat hal itu, Sukma tersenyum puas. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu dan menyerahkan semuanya pada Nabila.
Nabila pun tanpa rasa malu memulai aksinya. Hal pertama yang ia lakukan adalah, ia mulai melepas jas yang digunakan Fathan. Selanjutnya, Nabila melepas blazers yang ia gunakan dan hanya menyisakan tank top yang melekat di tubuhnya.
Gadis itu juga, melepas dasi dan kancing kemeja yang digunakan Fathan. Dengan penuh senyum kemenangan dan merasa rencananya berjalan seusai keinginan.
"Jika saja, kamu mau menerimaku. Mungkin, aku tidak perlu melakukan hal seperti ini. Aku tau ini salah, hanya saja aku sudah tidak tau lagi. Bagaimana caranya, untuk memenangkan hatimu." Nabila tersenyum, sembari melanjutkan tugasnya.
"Sekarang, aku akan buktikan pada semuanya. Terutama pada Zakira, gadis yang selama ini menjadi penghambat hubungan kita. Akan aku tunjukkan, kalau Fathan hanya untuk Nabila. Setelah ini, aku yakin dia akan menghilang dari hidup kita." Nabila tersenyum jahat.
Mata Nabila masih, menatap Fathan penuh cinta. Saat Nabila akan membelai wajah Fathan lagi. Tiba-tiba saja, pemuda itu membuka matanya. Nabila terperanjat dan seketika berdiri dengan wajah terkejut.
Fathan... kamu?" ucap Nabila terbata.
Pria itu bangkit dari tidurnya dan berjalan mendekati Nabila.
"Ka... kamu, kenapa bangun?" kata dengan Nabila.
"Kenapa? Apa kamu terkejut, melihat aku bisa bangun dan berdiri di hadapanmu?" tanya Fathan.
Nabila menelan liurnya, kelat. Ia mundur perlahan, tatkala Fathan terus saja melangkah mendekatinya.
"Aku masih punya satu kejutan, untukmu," ucap Fathan lagi.
Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu.
"Masuklah!" Fathan berucap dengan tegas.
"Lepaskan... akan saya adukan kalian pada bos kalian. Kalian tidak tau, kan siapa saya?" Terdengar suara yang sangat Nabila hapal.
"Oma," ucap Nabila pelan.
Sontak Sukma terkesiap, ia terkejut melihat siapa yang berdiri dihadapannya. Otak Sukma segera bekerja, dengan cepat ia kembali memainkan permainannya.
"Nabila! Fathan, ngapain kalian di sini? Dan, apa ini?" tanya Sukma yang langsung memainkan aktingnya.
Fathan menarik senyum sarkas, sembari menggeleng pelan.
"Nabila, jawab pertanyaan, Oma! Apa yang kalian lakukan? Ini, kenapa kamu berpakaian seperti ini? Memalukan!" ucap Sukma dengan nada geram.
"Memalukan? Anda bilang memalukan? Memangnya, Anda tau apa yang kami lakukan?" tanya Fathan dengan nada mengejek.
"Apa lagi, yang bisa dilakukan pasangan laki-laki dan perempuan di salam satu ruangan dengan kondisi seperti ini? Semua juga bisa menebaknya," jawab Sukma sinis.
Fathan kembali tersenyum sarkas, sembari menoleh ke arah Nabila yang mulai pucat.
"Bisa kau jelaskan padanya? Atau, harus aku yang menjelaskan?" tanya Fathan dengan nada pelan, tapi penuh penekanan dan menatap tajam ke arah Nabila.
Gadis itu semakin gemetar, mendapat tatapan tajam dari pemuda itu.
"Katakan, Bila? Apa yang terjadi?" tanya Sukma.
"Oma, sebenarnya...." Nabila mulai buka suara dengan terbata-bata.
"Ada apa, Bila? Katakan, apa yang ingin kamu katakan. Jangan takut, ada Oma di sini. Oma akan lindungin kamu," kata Sukma meyakinkan Nabila dengan percaya diri.
Nabila menarik napas dalam dan mencoba untuk menjelaskan pada Sukma.
"Oma, semuanya tidak seperti yang Oma bayangkan," jawab Nabila.
"Maksudnya?" Sukma menatap lekat Nabila.
Gadis itu menggeleng pelan. Sukma masih belum mengerti dengan, apa yang Nabila katakan.
"Sudah! Sebaiknya, kalian pulang sekarang dan jangan lupa jelaskan pada wanita ini keadaan yang sebenarnya," tegas Fathan.
"Tidak bisa begitu, saya ingin penjelasannya sekarang," ucap Sukma tegas.
"Sudah, Oma! Kita pulang, ya!" ajak Nabila, kali ini ia sudah tidak lagi bisa menahan air yang menganak di pelupuk matanya.
"Tapi, Bila!" protes Sukma.
Kali ini, Nabila terpaksa menarik kuat lengan wanita tua itu dan membawanya keluar dari ruangan. Sebelumnya, tampak Nabila menatap lirih ke arah Fathan. Akan tetapi, pemuda itu terlihat mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela.