Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
"Brengs3k, sial banget gue. Dimana gue bisa dapetin uang sebanyak itu? Lagian kenapa gue bisa secepat ini ketahuan. Anj1m."
Randi sedang mengamuk di kamarnya. Dia membanting apa saja yang ada di kamarnya.
"Ohh, gue ambil lagi aja apartemen dan mobil Dina, kurangnya gue jual aja tanah yang Sisil punya waktu itu. Tanahnya luas pasti harga jualnya laku banyak. Lagian dia jadi cewek beg0 banget. Mau-maunya ditipu."
Randi yang tadinya buntu. Terlintas sebuah ide brilian. Randi langsung merogoh HPnya yang berada di saku celananya. Dia berniat menghubungi temannya yang suka jual beli tanah dan bangunan.
Tuutt, tuutt.
[Hallo]
"Hai bro. Gue ada barang? Lo mau beli gak?"
[Kita ketemu ditempat biasa. Jangan lupa bawa suratnya.]
"Oke"
Lalu Randi mematikan sambungan teleponnya. Randi mengambil sertifikat tanah milik Sisil dan membawanya pergi ke tempat biasa dia dan temannya bertemu. Randi bukan sekali ini saja menipu banyak wanita. Sudah banyak yang menjadi korbannya. Hanya memang Randi sudah pintar dalam hal begini. Jadi tak ada yang bisa menuntutnya. Apesnya ya sekarang, mau-maunya membelikan Dina apartemen dan mobil.
*****
Di kantor Ayu sedang disibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk. Meskipun dia kini istri dari seorang CEO tapi, dia tetap bertanggungjawab atas pekerjaannya.
"Ay, Ayu." Panggil Desi.
"Hmm, ada apa, Des?"
"Ay, sibuk banget sih? Aku mau tanya nih?"
"Soal?"
Ayu menghentikan pekerjaannya sebentar. Lalu berfokus pada Desi.
"Soal bulan madumu dengan si bos."
"Astaga Desi. Itu bisa nanti, sekarang aku masih sibuk. Nanti ya. Lagian ini masih jam kerja Desi."
Ayu kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Hm, iya deh."
Desi langsung kembali ke mejanya dengan lesu dan melanjutkan pekerjaan yang sempat dia tinggal.
Ayy sempat tersenyum dengan ekspresi Desi. Tapi, karena pekerjaan yang menumpuk kali ini Ayu mengabaikan Desi.
Ting!
HP Ayu menyala karena sebuah notifikasi.
Dilihatnya layar yang menyala. 1 pesan diterima.
Ayu langsung mengambil dan membuka pesan tersebut. Dibacanya suaminya mengirim pesan mengajak makan siang diluar.
Ayu membalas dengan emoticon oke. Lalu Ayu menaruh HPnya kembali.
Singkat waktu kini jam makan siang. Ayy bilang kepada Desi jika makan siang ini tak bisa bersamanya karena suaminya sudah mengajaknya untuk makan di luar. Desi pun mengerti, Ayy langsung turun ke bawah menunggu suaminya di lobi. Tapi, ketika Ayu menunggu sendirian disana, Doni tiba-tiba datang mengagetkannya.
"Ayu, akhirnya aku bisa bertemu denganmu." Ucap Doni dari arah belakang.
"Ada apa ya?" Tanya Ayu.
"Ayu, aku rindu denganmu. Aku pengen bicara sesuatu sama kamu." Ucap Doni.
"Maaf, kita sudah tak ada hubungan apa-apa lagi. Dan, ini di kantor. Lagian kamu kan sudah menikah dengan kakakku Dina. Jadi, sepertinya sudah tak ada yang perlu kita bicarakan."
"Tapi, Ay."
"Ada apa sayang?" Ucap David yang tiba-tiba datang.
Doni langsung diam dan menundukkan kepalanya.
David menatap Doni.
"Enggak, Mas. Yuk"
David pun menurut pada istrinya dan berlalu pergi meninggalkan Doni. Untung keadaan di lobi sepi, kalau tidak bakalan jadi bahan gosip oleh karyawan.
Doni yang ditinggal begitu saja meninju udara.
"Sebegitu cepatnya kamu berubah, Ay!"
Doni seperti tak ada artinya lagi.
****
Kini David dan Ayu sudah sampai di restoran. Seorang waiters menghampiri mereka dan memberikan buku menu.
"Selamat siang, silahkan ini buku menunya." Ucapnya.
Lalu Ayu menerima buku menu dan membukanya.
"Mbak, saya pesan steak barbekyu tingkat kematangan 3 dan jus jeruk. Kamu apa sayang?"
"Samakan saja sayang. Tapi, minumnya jus lemon ya, Mas."Jawab David.
Waiters pun mencatat pesanan mereka.
"Saya ulangi ya, pesanannya steak barbekyu dan minumnya jus jeruk dan lemon." Ucap waiters.
Keduanya mengangguk.
"Baik, tunggu sebentar ya." Ucap waiters.
Lalu pergi kebelakang meninggalkan David dan Ayu.
"Ehm, tadi laki-laki itu ngapain?" Tanya David.
"Siapa? Oh Doni?"
"Iya, siapa lagi."
"Ih, biasa aja kali Mas, tanyanya. Gak usah judes-judes gitu."
"Hmm."
"Tadi dia ngomong mau bicara sesuatu."
"Doang?"
"Em.. katanya dia rindu denganku." Jawab Ayu melirik suaminya.
"Hm."
"Doang? Ah, rugi dong aku jawabnya."
"Nyesel udah jawab pertanyaan dariku?"
"Enggak, cuma heran aja. Hayoo, jangan-jangan, Mas David mulai merasa cemburu ya? Ngaku?" Ayy menggoda David.
"Enggak, emang kelihatan begitu?"
"Banget."
Pembicaraan mereka terhenti ketika waiters datang membawa pesanan mereka.
"Silahkan" Ucap waiters.
"Terima kasih." Jawab Ayu.
Lalu mereka berdua menikmati makan siang.
*****
Dari waktu makan siang sampai malam hari. David sedikit dingin dengan Ayu. Ayu yang merasa dicuekin terus menggoda suaminya. Mereka saat ini sedang berada di kamar mereka.
"Mas. Mas David. Ya ellah, betah amat nih nyuekin aku."
Ayu mendekati suaminya yang sedang berbaring di kasur.
"Mas. Mas jangan pura-pura tidur ya. Aku tau kok kalau Mas David belum tidur."
Ayu mentoel-toel hidung David. Lalu mencubit pipi David. Masih tak ada reaksi apapun dari David.
"Mas. Ih Mas David diemin aku. Emang aku salah apa sih? Kuat banget diem terus."
Lalu Ayu mencoba mendekati telinga David dan membisikkan sesuatu.
"Mas, yakin mau diem aja? Aku lagi pengen nih. Mas enggak ya?"
Seketika David membuka matanya dan merangkul istrinya. Dibawanya Ayu kedalam pelukannya.
"Coba, tadi bilang apa?" Tanya David.
"Bilang apa emang? Aku gak bilang apa-apa." Jawab Ayu.
"Ayo bilang sekali lagi."
"Gak jadi, kan Mas David diemin aku."
"Kan sekarang enggak sayang. Ayo dong bilang apa tadi?"
"Mendadak aku amnesia, Mas."
"Oh, jadi begitu."
David lalu menggelitik perut Ayu. Ayu yang merasa geli minta ampun.
"Ampun, Mas. Iya iya, aku akan bilang lagi."
"Hmm"
"Aku pengen Mas."
"Pengen apa?"
"Pengen itu."
"Itu apa?"
"Ih, Mas David. Tauk ah. Mas David aja tadi di-" Belum sampai Ayu menyelesaikan perkataannya. David sudah membekap mulutnya dengan bibirnya.
"Emh"
Ayu mulai kehabisan nafas. David yang sadar memberikan waktu untuk istrinya meraup udara sebanyak-banyaknya. Lalu David kembali mendaratkan bibirnya. Ayu yang sudah mulai lihai pun membalas serangan dari David. David tak hanya diam, tangannya mulai bergerilya kemana-mana. Menyusup ke dalam baju piyama istrinya.
Ciuman David mulai turun ke leher.
"Ehh," Ayu mendes4h karena geli nikmat.
David merasa tubuhnya mulai panas. David menc*mbui Ayu dan mulai membuka satu persatu kancing baju Ayu. Ayu yang terbuai tak menolaknya sama sekali. Justru kini Ayu yang seakan meminta lebih.
"Sayang, aku menginginkannya." Bisik David pada Ayu.
"Lakukanlah, Mas. Aku juga menginginkannya." Balas Ayu membisikkannya ke telinga David.
David yang sudah tak tahan menahan langsung menyerang Ayu. Apalagi Ayu yang juga sudah siap bertarung membalas setiap pergerakan yang David lakukan. Mereka berdua malam ini menghabiskan beberapa ronde pertempuran.