Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9_Ranjang Penyelesaian
Irama musik memekakkan telinga. Orang-orang dalam ruangan sibuk mengikuti alunan musik yang terdengar menyenangkan para peminat.
Terlihat seorang wanita membawa nampan ke sebuah ruangan VIP.
Setibanya wanita itu. Ia segera menyajikan semua pesanan pelanggan yang berada di ruangan tersebut.
Ketiga pria pelanggan VIP, ada salah satu diantaranya sedang menatap wanita yang sedang menyajikan pesanan mereka.
"Seila mana?" Salah satu dari pelanggan bertanya pada wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Aulia.
Mencari seorang wanita yang biasa melayani mereka saat berkunjung ke bar itu.
"Saila tidak bekerja hari ini. Mungkin dia akan masuk besok, atau lusa. Kalau ada yang anda butuhkan, saya akan membantu, Tuan," Jawab Aulia sopan.
Iya, Aulia memilih kerja di sebuah bar setelah putrinya keluar dari rumah sakit beberapa hari lalu. Asya kembali ia titipkan dengan Zivia teman baiknya yang pernah menjaga Asya sewaktu bayi.
"Kau pelayan baru disini?" Tanya laki-laki biasa di sapa Vegam.
"Iya, Tuan."
"Oh, pantas kami seperti baru melihat mu," timpal Zavian.
"Masih ada yang tuan-tuan butuhkan?" Tanya Aulia pada ketiga pria itu.
"Biasanya waiters Saila yang melayani kami akan tetap di sini sampai kami pergi," sahut Vegam.
Sementara salah satunya masih tetap bungkam dengan mata tanpa memindai wajah Aulia.
"Maaf, saya tidak tahu." Jawab Aulia.
"Tuang minumannya untuk kami." Perintah Zavian.
"Baik, Tuan." Aulia patuh menuangkan minuman beralkohol ke dalam cangkir milik ketiga pria itu.
"Siapa namamu?" Tanya Vegam meneguk alkohol.
"Aulia." Singkat Aulia masih berdiri sopan.
"Cantik. Seperti orangnya." Ujar Zavian tersenyum.
Aulia tidak menanggapinya. Mendengar laki-laki memanggil atau memujinya cantik, itu sudah menjadi kebiasaan bagi siapa saja yang melihatnya.
"Duduk di sini." Ujar pria yang dari tadi hanya diam meminta Aulia duduk di sebelahnya dengan menepuk-nepuk sofa ia tempati.
"Tidak usah, Tuan. Saya berdiri saja," tolak Aulia halus.
"Pastikan kau tetap berdiri di situ sampai kami pergi." Ucap Dave tegas mendengar penolakan Aulia sembari meminta minumannya.
Ternyata dia Dave yang dari tadi hanya diam melihat Aulia adik tiri istrinya.
"Duduklah, Aulia. Karena kami akan berada di sini sampai beberapa jam kedepan." Ucap Zavian.
Aulia mengangguk duduk di sebelah Dave.
"Barapa usiamu?" Tanya Zavian terpaling kepo.
"22 tahun, Tuan."
"Kau sudah menikah?" Kali ini Vegam yang bertanya.
Aulia terdiam. Karena sejatinya dia belum pernah menikah.
"Kalian berdua datang kemari untuk bersenang-senang, atau mencari seorang istri? Setiap orang punya privasi. Dan tidak harus di beritahukan pada kalian berdua," Timpal Dave menyadari Aulia tidak nyaman dengan pertanyaan teman-temannya.
"Kalau mau jadi istri juga tidak apa-apa. Aku rasa itu tidak buruk," ucap Vegam terdengar menyeramkan di telinga Aulia dengan mata menatapnya dalam.
Aulia tetap berusaha terlihat seolah tidak terusik sama sekali dengan gerakan tangan sesekali menuangkan alkohol ke dalam cangkir ketiga pria itu yang sudah habis.
"Cih! Potong jalan saja. Mana ada wanita mau jadi istri mu. Hidup mu saja menyeramkan. Palingan orang gila saja yang mau sama kamu." Umpat Zavian.
"Kau yakin? Bukankah semua wanita mencintai uang? Apa bedanya dengannya? Cantik-cantik juga pasti dia sudah bocor. Buktinya dia mau bekerja di bar," ucap Vegam tersenyum miring sembari menghembus asap rokok ke arah Aulia.
Aulia masih tetap diam. Kedatangannya kesana punya tujuan. Dan tidak akan goyah hanya karena kata-kata hinaan Vegam.