NovelToon NovelToon
Unexpected Love

Unexpected Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Konflik etika / Cinta Seiring Waktu / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menyembunyikan Identitas / Bapak rumah tangga
Popularitas:22.8k
Nilai: 5
Nama Author: dlbtstae_

Berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus tak membuat Mario Ericsson Navio kewalahan. Istrinya pergi meninggalkan dirinya dengan bayi yang baru saja dilahirkan. Bayi mereka ditinggalkan sendirian di ruang rawat istrinya hingga membuat putrinya yang baru lahir mengalami kesulitan bernapas karena alergi dingin.

Tidak ada tabungan, tidak ada pilihan lain, Mario memutuskan pilihannya dengan menjual rumah tempat tinggal dia dan istrinya, lalu menggunakan uang hasil penjualan untuk memulai kehidupan baru bersama putri semata wayang dan kedua orang tuanya.

Tak disangka, perjalanannya dalam mengasuh putri semata wayangnya membuat Mario bertemu dengan Marsha, wanita yang memilih keluar dari rumah karena dipaksa menikah oleh papinya.

“ Putrimu sangat cantik, rugi sekali pabriknya menghilang tanpa jejak. Limited edition ini,” - Marsha.

“Kamu mau jadi pengganti pabrik yang hilang?”

Cinta tak terduga ! Jangan lupa mampir !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sekolah baru

Ruang makan terlihat hening dan canggung terutama Melati. Dia tak berani mengangkat wajahnya, rona merah di kedua pipinya membuat Kai merasa gemas. Dia juga baru menyadari, kedua mata Melati membengkak apa gadis itu menangis semalam ? Dia hanya mengungkapkan perasaannya, apakah pengungkapannya salah sehingga membuat Melati menangis.

“Ayo, dimakan !”.

“ Ayah, dedek nanti belangkat cekolah di antelin ayah kan ?” tanya Maureen disela mereka makan.

“Iya, nanti dedek ayah anterin sekolahnya. Kan dedek murid baru, harus di anterin ayah dong !” jawab Mario.

“Acikkkkk !!! Dedek punya temen balu ya, ayah ?”

“Telus kapan dedek punya bunda balu, ayah ?”

“Uhuk ! Uhuk !” Mario terbatuk mendengar ucapan putrinya. Dia langsung mengambil air disebelahnya dan meneguk habis air tersebut hingga tandas.

“Oh,ya dedek nanti satu sekolahan sama Isabella, Flora,Fiona sama Areondo juga. Gimana dedek senang nggak ?” kata Mario mengalihkan pembicaraan putrinya.

“HUAAAAA CENENG CEKALI ATI DEDEK !! Banyak temannaaaa… pasti selu !”

“Pasti dong, sayang..”

“Telima kacih ayah !”

“Sama-sama sayang,”.

Maureen dan Mario melanjutkan sarapannya. Setelah selesai Melati dan Marsha berniat untuk pamit pulang ke kos untuk menggantikan pakaian mereka, setelah itu keduanya akan ke rumah sakit sebentar sebelum berangkat kerja.

“Biar, Kai yang antar kalian. Gimana Kai, kamu nggak buru-buru kan ?” tanya Narel kepada Kai.

“Ng–Nggak u–sah paman, ki–kita bisa jalan kok, lagian kosnya nggak jauh dari sini. Iya kan Cha “ ujar Melati meminta persetujuan Marsha.

“Jangan sungkan. Sekalian, Kai mau balik ke apartemennya..iyakan, Kai ?” ucap Narel tak mau kalah meminta persetujuan Kai.

“Kalau Kai nggak papa kok, paman. Nggak tahu kalo…”

“Ya sudah kalau begitu anter kami !” putus Marsha.

“Cha…” Melati menatap Marsha memohon.

“Sudah, tenangin dirimu..” bisik Marsha pelan.

“Tapi, Cha ..” Marsha menggenggam tangan Melati. Dia tahu apa yang ditakutkan Melati saat ini.

Kini, Melati dan Marsha sudah berada di dalam mobil milik Kai. Keduanya duduk di kursi penumpang membuat Kai kesal.

“Kalian pikir, saya ini supir kalian. Cepat pindah ke depan !!” titah Kai kesal.

“Dua orang, pak ?” tanya Marsha yang kali ini memanggil Kai dengan sebutan Pak.

“Menurut kamu ?? Kita ini lagi di luar kantor jangan panggil saya dengan panggilan PAK !” tegas Kai yang kurang nyaman dipanggil pak.

“Mel, pindah ke depan sana” suruhnya.

Melati menggelengkan kepalanya. “ Kamu aja,” cicit Melati takut.

“Ck, kamu kan dekat dengannya  kenapa suruh aku yang kedepan,”.

“ Mell… kedepan cepat ! Mau berangkat nggak !!” tegur Kai membuat Melati mengangguk pelan dan mengalah. 

Melati tidak turun melainkan dia melewati sela kursi penumpang depan dan kursi pengemudi. Tingkah Melati membuat Marsha melongo, dia sendiri sudah membuka pintu penumpang untuk Melati.

“Gokil ! Definisi kalau udah terbiasa. Bilang takut dimulut, tapi kelakuannya nggak tahu malu.. Ck!ck!ck! Bravo Mell.. Beda di mulut beda juga di hati..” ucap Marsha dalam hati. Dia sangat speechless dengan kelakuan Melati.

Kai tersenyum dalam hati, untuk pertama kalinya dia dan Melati kembali dalam satu mobil. Dia merindukan masa-masa itu, dimana saat Melati sekolah dialah yang menjemput dan mengantarnya pulang. Dia sangat merindukan masa itu, tapi kenapa sekarang sikap Melati berubah dengannya, hal itu membuat Kai tak terima.

“Sebenarnya kamu kenapa, Mel ? Apa ibuku kembali meng4nc4m kamu dan Bang Morgan ?” bisik Kai dalam hati.

*

*

*

*

Mario dan putrinya kini telah tiba di sekolah baru Maureen. Lihatlah, wajah putrinya itu sangat menggemaskan bukan ?.

“Ayah ini cekolahna dedek yang balu ?” tanya Maureen heboh.

“Iya sayang, ini sekolahnya dedek yang baru. Dedek senang ?” tanya Mario mengusap kepala putrinya dengan sayang.

Maureen mengangguk. Sekolah ini sangat bagus daripada sekolahnya yang lama. Namun, sekolah yang lama dia memiliki teman banyak dan pulang selalu jalan kaki.

“Ya, sudah. Ayo, kita ketemu kepala sekolah dedek yang baru !” ajak Mario.

“Ayo, ayah !”.

Tok ! Tok ! Tok !”

“Masuk !” teriak dari seseorang di dalam ruangan.

“Pagi bu,”. Wanita itu mengangkat kepalanya. Lalu tersenyum lembut.

“ Pagi pak !”.

“Maaf bu, saya ingin mengantar putri saya ke sekolahannya yang baru. Administrasi dan berkas-berkasnya sudah saya berikan tempo hari. Jadi hari ini, putri saya masuk kelas..”

Kepala sekolah itu mengangguk, “ sebentar ya pak, saya akan memanggil wali kelas putri bapak,”.

“Baiklah,” jawab Mario tegas.

‘Ceklek’.

“Ada apa ya bu ?” tanya wanita mudah yang berprofesi sebagai guru TK.

“Bu Winda, ini pak Mario dan putrinya. Maureen ini murid baru di sekolahan kita dan saya menempatkannya di kelas yang Bu Winda ambil..”

Bu Winda mengangguk. Dia menatap Maureen yang terlihat tersenyum kepadanya, Bu Winda membalas senyuman itu dengan senyuman andalannya.

“Hallo, saya Bu Winda wali kelas TK B” kata Bu Winda seraya mengulurkan tangannya ke depan Mario.

“Saya Mario, ayah Maureen..”  balas Mario. Mau tak mau Mario membalas uluran tangan Bu Winda, namun hanya sebentar.

Bu Winda tersenyum kecil. Dia pamit akan membawa Maureen ke kelasnya. “ Dedek jangan nakal, ya. Dengerin apa kata Bu Winda !” ingat Mario.

“Iya ayah..”

Setelah putrinya dibawa Bu Winda menuju kelas, Mario pun berpamitan kepada kepala sekolah untuk pergi bekerja karena hari ini mereka akan pergi ke daerah yang ditempatkan untuk membangun proyek.

“Kukira dia pejabat, ternyata hanya karyawan biasa..” lirih kepsek tersebut setelah Mario menghilang dari pintu ruangannya.

Kepsek itu melihat data Maureen, lagi-lagi kepsek itu menggelengkan kepalanya. “ Dia duda ternyata,”.

Sementara di ruang kelas, Bu Winda mengenalkan Maureen kepada siswa-siswi lain di kelas. Maureen yang mudah akrab sehingga dia dengan mudah berbaur dengan anak-anak di kelasnya. Yang membuat Maureen senang adalah dia satu kelas dengan Fiona, Isabella, Flora dan Reon.

“Waaah, cekelas kita telnyata !” kata Isabella senang.

Maureen mengangguk tak kalah senang, “ Iya tadi ayah bilang kok..”

“Eh nanti jajan yuk, ada yang balu loh !” kata Flora. Seperti biasa gadis kecil itu akan mengajak Maureen dan Isabella membeli jajan.

“Apa itu ?” tanya Maureen dan Isabella heboh.

“Maureen, Isabella ! Tolong hadap ke depan ya, ibu akan mengajak kalian untuk belajar !” tegur Bu Winda.

“Iya bu gulu..”

“Cudah ngoblolna, di tegul lagi nanti kalian !” ucap Fiona datar.

“Ona lagi cakit gigi ya ? Kok dali kemalin nda belubah laut wajah na..” bisik Maureen ngeri.

“Nda tahu, Abel juga nda ngelti. Coba tanya Ola diakan kembalanna Ona..”

“Tapi laut wajah Ola lebih bagus dali pada Ona.. Celemm…” bisik Maureen sesekali dia melirik ke arah Fiona yang menatap dirinya dengan tajam.

“Nda ucah nomongin olang dali depan. “ ketus Fiona membuat Maureen kaget.

“Dedek ngomong na dali depan kok, Ona malah ? Halusna Ona malah kalau dedek ngomongna dali belakang…”.

“Selah kamu lah, Ilen. Ona malas sama kamu,” ketus Fiona dan kembali memperhatikan Bu Winda menjelaskan.

“Telus dedek calahna dimana ?” lirih Maureen bingung.

1
♬☆❃.✮:▹alina◃:✮.❃♬☆
Semangat Kak Author ❤
A R
hedehhhhh
Heni Mulyani
lanjut
Della
Yuhu gess.. bentar lagi bakal masuk ke konflik semoga nyambung ya 😌.. jgn lupa bantu like dan komen..🤗♥︎
♬☆❃.✮:▹alina◃:✮.❃♬☆
Semangat Kak Author ❤
Heni Mulyani
lanjut
A R
🤣🤣🤣
A R
🤣🤣🤣🤣
Della
jangan lupa like dan komen ya teman-teman🤗👐
A R
bisa aee dedek ilenn 🤣🤣🤣😉
Heni Mulyani
lanjut author
Heni Mulyani
lanjut
A R
aduhh nenek ngmg tutup pabrik segala 🤣🤣🤣🤣
A R
mau sedih tp ga jd 😭😭😭😭😭😭
louis
kok ya jadi nenek tledor ditinggal sendirian anak kecil. untung ada Marsha.
DISTYA ANGGRA MELANI
Kok percya aja sih sang opo gak diselidiki dulu...
Heni Mulyani
lanjut
LISA
Ceritanya bagus bangett nih
LISA
Makin seru nih
LISA
Aman Kak..bagus jg ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!