Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8-Masalah kembali terjadi
Sore itu Vivian sedang bersantai dihalaman belakang rumahnya, ia duduk di ayunan. Sambil melamun, ia memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini. Ia harus menjadi ibu muda dan mungkin saja putus sekolah.
Semua terus berputar-putar di kepalanya. Kemudian kejadian-kejadian yang ia alami bersama Aksel terus berputar dikepalanya seperti kaset yang rusak. Hingga seseorang memanggilnya pun tidak ia dengar.
"Vi.." Mariana menepuk pundak Vivian pelan, hingga Vivian terlonjak kaget.
"Astaga... Mama..."Vivian kaget sambil mengelus dadanya karena kaget.
"Kamu itu dipanggilin nggak nyaut, jadi Mama samperin aja kamu. Makanya jangan melamun gak baik, udah hampir gelap yuk masuk ke dalam. Kita makan malam bersama..." Vivian hanya menuruti ibunya saja.
Sehabisnya mereka makan bersama, seperti biasa mereka berbincang dan saling bercerita diruang keluarga. Christian sudah dirasa ini mungkin sudah waktunya ia buka suara akhirnya menanyakan alasan semua ini terjadi pada Vivian.
"Vi..."yang di panggil pun menoleh kearah sumber suara.
"Mungkin ini saatnya kita buka cerita ini, papa harap kamu bisa jujur sama kami, tentang apa yang terjadi sama kamu selama ini..."Christian akhirnya bertanya.
Deegh... Nyeri dan sakit menghantam dadanya itulah yang dirasakan Vivian saat ini. (Akhirnya terbuka kembali) mau tidak mau Vivian jujur kepada keduanya hari ini.
"Baiklah ini saatnya jujur pada Mama dan Papa..." ucapan Vivian sedikit terjeda dengan mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, kemudian ia melanjutkannya.
"Semua bermula saat Aku pacaran dengan Aksel diam-diam tanpa sepengetahuan Papa dan Mama... Aku minta maaf..." dengan lirih Vivian sampaikan.
"Apa! Kamu pacaran juga akhirnya hah... Hebat kamu Vi.. Mama kita kamu dirundung atau apa, ternyata kamu duluan sampah!"tekan Mariana sudah marah mendengar kalimat pertama yang dilontarkan Vivian. Hati Vivian mendengar itu sangat pilu, tapi ia tak ingin melihatkan sisi lemahnya kepada kedua orangtuanya.
"Ma... Tahan dulu emosinya ma, kita dengarkan dulu penjelasan selanjutnya..." sebenarnya Christian sudah marah tapi masih bisa ia kontrol emosinya saat ini.
"Aku pacaran bukan berarti aku menyerahkan diriku semuanya. Aku pacaran hanya ingin merasakan jatuh cinta masa remaja, tapi cinta yang kulabuhkan tersebut pada orang yang salah. Semua sikap baiknya diawal kami pacaran hanya kamuflase belaka. Ternyata dia begitu posesif padaku.... Selain itu banyak korban yang ia perbuat, selama kami menjalin hubungan. Ia tidak memperbolehkan Aku dekat dengan lelaki manapun. Bahkan sekedar melirik saja tidak diperbolehkan, sungguh Aksel sangat gila terhadapku. Pa... Ma..."Penjelasan Vivian sedikit terjeda.
"Hingga saat Aku ingin memutuskan hubunganku dengannya, dengan beraninya dia melakukan kekerasan padaku. Karena aku melawan kehendaknya, aku yang terasa tersiksa dan terikat karenanya tak bisa melawan. Pada akhirnya sekitar dua bulan yang lalu Aksel merenggut kegadisanku. Kesucianku hilang karena cemburu gila padaku. Akhirnya Aku...Akuu..."Vivian sesak nafas tak sanggup lagi melanjutkan penjelasannya.
"Sudah... Sudah cukup Nak... Maafkan Mama yang sudah menghakimi kamu dulu... Kamu tenang... Tarik nafas buang perlahan..." Mariana mencoba menenangkan dan diikuti Vivian, yang awalnya marah menjadi kepanikan luar biasa.
Bruugh... Suara terjatuh disampingnya, siapa lagi kalo bukan Christian jatuh pingsan tak bisa lagi menahan gejolak di dadanya. Mungkin saja penyakit jantungnya kambuh kembali.
"Pa..." "Papa!" teriakan Vivian dan Mariana penuh kepanikan.
"Mang... Tolong bantu saya antarkan Bapak ke Rumah Sakit. Cepat!" teriak Mariana dengan panik.
"Astaga Tuan.... Ba-baik Nyonya..." Mang Tono yang merupakan sopir pribadi dirumah itu, yang hanya diperlukan disaat tertentu saja termasuk perjalanan bisnis. Mang Tono sigap memapah Christian ke arah mobil.
Vivian yang awalnya merasakan trauma seketika hilang dengan kejadian ini. Sekejab Vivian ikut andil membantu sang Ibu yang histeris dan penuh kepanikan tersebut. Kini berbanding terbalik, ialah yang mencoba menenangkan sang Ibu.
Dalam perjalanan Mariana tidak tenang terus menangis histeris, Vivian memang merasa sakit tapi hal lebih penting membawa dirinya agar selalu waras dan sadar.
"Ma... Udah kita doakan papa baik-baik saja ya..."Vivian memeluk sang Ibu erat tak ingin siapapun memisahkan mereka.
Sesampainya di Rumah Sakit, tim medis dengan sigap menangani Christian. Akhirnya berakhir di ruang UGD.
Sembari menunggu kabar mereka selalu merapatkan doa-doa bahwa semuanya akan baik-baik saja.
(Ya tuhan, jangan kau buat kami menderita lagi. Cukup cobaan ini menjadi pembelajaran bagi kami. Jangan kau tambah lagi, kami tidak sanggup lagi) ucap Vivian dalam hati.
Hingga pintu itu terbuka, keluarlah dokter kemudian menjelaskan apa yang terjadi.
"Syukurlah pasien bisa melewati masa kritisnya, ini semua berkat pertolongan pertama yang diberikan pada pasien. Kini pasien bisa dirawat, untuk sementara waktu pasien istirahat total. Akibat guncangan emosi menyebabkan dirinya henti jantung. Efek pasca operasinya, membuat alat bantu di jantungnya menjadi terganggu. Itu saja, nanti yang lainnya saja akan pantau pasien jika sewaktu-waktu terjadi komplikasi. Permisi..." penjelasan Dokter tersebut dan pamit undur diri.
Terlihat Christian seperti tertidur dira jang pasien, yang didorong oleh perawat ke ruang rawat inapnya. Setelah sampai di ruangan itu, para perawat pamit undur diri meninggalkan semua dalam keadaan baik-baik saja.
"Pa... Bangun... Mama nggak mau Papa seperti ini..."ucap Mariana yang sudah duduk di tepi ranjang sambil memeluk erat tangan suaminya itu.
"Ma... Udah ya, Mama harus istirahat juga. Nanti kalo papa bangun dan Mama sakit gimana? Papa hanya tidur karena efek obat yang diberikan dokter tadi Ma.."ucap Vivian lembut pada sang Ibu.
"In-ini beneran begitukan?"Vivian menggangguk saja. Kemudian menuntun Mariana ke ranjang khusus tamu sebelah ranjang pasien tersebut.
"Mama tidur dulu ya... Kita gantian nanti ya..."Vivian meyakinkan sang Ibu dan beruntung Mariana menurut saja.
Setelah dirasa aman, Vivian mengambil posisi dirinya untuk duduk nyaman. Karena perutnya terasa kram, yang sedari tadi dia sangat sibuk dengan apa yang terjadi saat ini. Vivian mengusap lembut perut sambil berkata dalam hati (Dek... Kamu yang kuat ya, supaya kita bisa meraih masa depan yang cerah) Vivian terus mengusap perutnya hingga kram tersebut reda.
(Aksel, Gue harus buat perhitungan sama lo. Gue pastikan Lo nggak bakalan bisa dapatin Gue dan Lo nggak bakalan tau tentang keberadaan bayi ini. Dia hanya anak Gue!) tekad Vivian penuh dendam. (Tapi apa gue bilang aja ke dia, tapi jika harus nikah sama dia gue nggak mau dan gue nggak mau lagi hidup dengannya. Hidup dengannya sama aja hidup di neraka dunia. Gue bilang ke dia hanya cukup untuk memberikan biaya untuk hidup bayi Gue. Baiklah gue harus coba itu.) setelah berbicara dengan pikirannnya sendiri akhirnya Vivian tertidur disofa yang ada diruangan itu.
tanpa tanda koma. tanda koma sbg penghubung dua kalimat biasanya pada kata penghubung akan tetapi, meskipun, walaupun, melainkan, sedangkan dll.
harus tau penggunaan kata 'di' sbg penunjuk dan sbg kata kerja