Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon almaadityaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. SMDH
Wah kue cookies buatan Kayesha enak ya, sayang.
Kayesha tersipu malu mendengar pujian dari Zila yang mencoba kue cookies yang sebelumnya telah ia buat sendiri, ia merasa mendapat penghargaan tanpa sertifikat.
"Iya, enak banget ini, buat Abi yang giginya udah mau copot, ini gampang buat di gigit," Kayesha terkekeh mendengar ucapan Osman.
"Makasih banget lho Umi, Abi, padahal aku tadi bikinnya asal-asalan mana butternya kurang tapi alhamdulillah kalo Umi sama Abi suka," kata Kayesha.
"Buat saya ini enak, ga cuman Abi sama Umi," cetus Azzam tiba-tiba.
Osman dan Desi hanya bisa cie cie karena mereka juga merasa lebih senang dengan kedekatan Azzam dan Kayesha, jadi mereka tidak selalu di hantui rasa bersalah karena telah menjodohkan dua sejoli itu.
"Tuh kata Azzam aja enak, kamu ngga ada kepikiran mau buka usaha kah, nak? Ini enak lho, sayang kalau cuman buat dimakan sama kita-kita aja, mending jualan," saran Latif.
"Iya bener tuh kata Abi, kalau mau gapapa kok malahan Abi Umi seneng banget, nanti biar kami yang modalin kamu sayang," tambah Zila.
"Aduh Mi, Bi. Sebenarnya mau tapi nanti aja kapan-kapan habis lulus sekolah juga bisa, soalnya aku mau fokus sekolah dulu."
"Iya ya, Umi lupa kamu masih sekolah haha pantesan masih keliatan muda banget. Kapan lulusan?"
"Katanya bulan Mei si, Mi."
"Wah masih lama juga ya, kalau ujian tanggal berapa nak?"
"Kalo ga salah bulan maret, Bi."
Mereka pun lanjut berbincang-bincang hangat kecuali Azzam yang seakan lupa dianggap anak mereka, lelaki itu juga daritadi hanya fokus bermain game di sebelah Kayesha.
Hampir se jam lebih mereka berkumpul di ruang tamu sambil menikmati televisi, mereka pun masing-masing memutuskan untuk beristirahat ke kamar, Osman dan Zila di kamar Kayesha, sedangkan Kayesha ikut Azzam ke kamar pria itu.
Sesampainya di kamar Azzam, Azzam mengambil springbed dari lemarinya yang cukup tebal lalu meletakkannya di lantai sebelah kasur, tak lupa juga menaruh bantal guling. Kayesha? Kayesha di suruh Azzam untuk tidur di kasurnya.
Groomm gromm gromm!
Tak lama dari bunyi petir yang sangat nyaring itu turun lah hujan deras yang sangat terdengar dan berisik. Jujur Kayesha sedikit takut sendirian tidur diatas meski pun Azzam dibawah, mungkin karena efek nonton film horror.
"Lampunya saya matiin ya?" Kayesha hanya mengangguk saja.
Azzam mematikan lampu kamarnya, lalu menyalakan lampu yang cukup kecil agar masih ada cahaya meski pun redup-redup.
"Mas Azzam mau tidur?"
Azzam mengangguk, Kayesha hanya ber oh-ria.
"Kenapa?"
"Gapapa."
Azzam melepaskan bajunya seperti biasa, dan hanya menyisakan sarung yang terlilit di pinggangnya. Kayesha melihat pemandangan itu mengalihkan pandangannya cepat-cepat.
"Kalau ada apa-apa nanti bangunin aja," Kayesha hanya mengangguk.
Waktu terus berlalu, sudah beberapa puluh menit mata Kayesha belum juga tertutup, ia sudah mengedipkan matanya berkali-kali agar matanya lelah dan cepat tertidur, namun tetap saja tidak karena pikirannya terus saja kesana-kemari. Azzam yang dibawah saja sudah tertidur pulas.
23.00
Ya Allah pengen bobo aja cepet-cepet biar besok pagi aja udah batin Kayesha memohon-mohon.
Ia teringat scene Munafik dimana tokoh bernama Adam yang sangat frustasi dengan anaknya karena sang anak terus menganggap ibunya masih ada, di dalam adegan itu Adam membongkar makan istrinya yang jenazahnya sudah cukup hancur dengan tanah lalu membawanya ke hadapan anaknya.
Kok ke ingat itu si ya Allah...
Kayesha teringat lagi scene sekaligus seperti jumscare ketika Maria yang di ruqyah oleh ustadz Adam itu merangkak naik dan terbang ke tembok, yang paling merinding dan terngiang-ngiang ketika Maria berteriak mengucapkan kata "Dajjal". (Bagi yang belum pernah nonton, atau ga paham bisa langsung nonton aja film munafik 1.)
Grom! Grom!
Ya Allah, gumam Kayesha.
Bahkan gadis itu sempat tersentak kaget sambil memegangi jantungnya yang dag dig dug tak karuan. Kayesha tak peduli lagi dengan semuanya, ia melawan gengsi nya, ia bangun dari kasur lalu menuju ke Azzam yang tidur itu.
Mas Azzam, mas, —— Mas Azzam...
Kayesha menggoyangkan sedikit lengan Azzam, dan lelaki itu langsung terbangun.
"Mas temenin Kayesha tidur di atas, aku takut mau bobo tapi ga bisa, keingatan film Munafik tadi, mana ada petir nyaring banget bunyinya. Temenin aku ya?" Pinta Kayesha sedikit memohon.
"Hoam—— hmm, kamu naik aja dulu ke kasur," Kayesha mengangguk, ia pun naik ke kasur dan membaringkan tubuhnya lagi.
Azzam membiarkan springbed nya dilantai, ia pun menaruh bantal di sebelah bantal Kayesha, Azzam ikut berbaring di sebelah Kayesha. Boleh jujur lagi, Kayesha justru lebih nervous berkali-kali lipat ketika melihat Azzam berbaring disebelahnya.
"Lampunya nyalain aja kah? Biar kamu ga takut?" Tanya Azzam dengan suara seraknya sambil menggosok sebelah matanya.
Suaranya lembut banget ya Allah, jadi melting.
"Gausah, yang ada nanti aku lebih susah bobo."
"Yaudah sana bobo, sekarang udah ga takut lagi kan?"
Kayesha menggeleng, "masih takut, takutnya nanti ada setan di belakang aku atau ditengah-tengah ada pocong."
Azzam terkekeh.
"Yaudah bawa merem, nanti juga tidur," Kayesha mengangguk.
Beberapa menit kemudian, sama, Kayesha belum juga tertidur karena masih terngiang-ngiang film yang ia tonton tadi siang, ditambah lagi bunyi petir dimana-mana yang nyaring seperti sedang bersautan.
Kata Bunda, kalau bunyi petirnya nyaring, pasti ada orang yang tersambar petir, duh kok makin serem sih...
Kayesha menoleh ke Azzam, Azzam sudah kembali tertidur nampaknya. Meski takut, ia juga merasa salah tingkah dan senang juga ketika Azzam di sebelahnya.
Gromm! Gromm!
Allahuakbar! Gumam Kayesha sedikit kaget.
Azzam yang mendengar itu menjadi terbangun juga, ia melihat Kayesha yang nampaknya sedang ketakutan.
"Belum bobo juga?"
Kayesha melihat Azzam yang ternyata terbangun, "iya Mas, takut, petir juga gede banget suaranya."
Azzam lagi dan lagi hanya bisa terkekeh.
Tangan Azzam yang besar dan berurat itu menarik pinggang Kayesha hingga gadis itu terdorong ke dekapannya, Azzam pun melilitkan sebelah tangannya di pinggang Kayesha.
H-hah? Batin Kayesha.
Kayesha jujur tak bisa berkutit sama sekali, semua rasa takut, senang, bahagia, gugup bercampur menjadi satu. Jantungnya juga semakin berdetak tak normal yang lebih cepat, bahkan bisa dirasakan oleh Azzam.
"Kamu deg-deg an, ya?" Kayesha hanya mengangguk saja.
"Hahaha, sama saya juga sih. Yaudah kamu tidur, sekarang udah ga takut lagi kan?" Kayesha menggeleng.
Tangan Azzam mengelus punggung Kayesha, niatnya untuk menenangkan gadis itu, tapi membuat bulu kuduk Kayesha berdiri seketika. Kayesha hanya bisa diam saja, antara gugup tapi menikmati.
Tangan Kayesha ragu-ragu dan pelan-pelan mulai membalas pelukan Azzam, tapi Kayesha menenggelamkan wajahnya di dada bidang lelaki itu tapi masih sambil memeluk Azzam juga.
Alhamdulillah ya Allah batin Azzam.
Azzam tersenyum lebar tanpa Kayesha ketahui, Azzam juga menahan rasa salah tingkahnya itu, ia pun semakin memeluk Kayesha erat.
"Mas Azzam," panggil Kayesha pelan.
"Hm?"
"Mas Azzam badannya wangi," kata Kayesha antara sadar dan tidak sadar.
"Kamu suka?" Azzam merasakan kepala Kayesha mengangguk kecil.
"Mas Azzam —— Mas Azzam emang ga takut setan ya?"
"Ngapain takut, manusia sama setan beda derajatnya."
"Oalah gitu, emang kalau Mas Azzam nanti diperlihatkan setan, Mas Azzam bakal takut ga?"
"Ngga, hampir setiap hari saya ketemu setan di rumah sakit, udah terbiasa jadinya."
"Oh iya? Kok bisa, Mas?"
"Iya pasti ada kan dari korban-korban apa gitu yang jadi pasien, atau nyawa nya ga selamat."
"Hih, serem."
"Udah sana bobo, makin takut kan kamu—— udah sana merem, gausah ngomong lagi."
"Iya, Mas, dadah assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam-" balas Azzam.
Sayang" Lanjut Azzam dalam hati.