NovelToon NovelToon
Laila

Laila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Janda / Anak Yatim Piatu / Keluarga
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kuswara

Di usianya yang baru menginjak 17 tahun Laila sudah harus menjadi janda dengan dua orang anak perempuan. Salah satu dari anak perempuan itu memiliki kekurangan (Kalau kata orang kampung mah kurang se-ons).

Bagaimana hidup berat yang harus dijalani Laila dengan status janda dan anak perempuan yang kurang se-ons itu?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

"Heh! Anak gila!" dengan begitu cepat Ibu itu menghampiri Salwa lalu mendorongnya hingga jatuh.

Ibu Laila pun berlari menghampiri putrinya yang mengaduh kesakitan, tapi tidak sampai menangis.

Salwa segera memeluknya, berlindung di balik tubuh mungil Ibunya.

"Aku tidak apa-apa, Bu." Salwa tersenyum, memperlihatkan dirinya yang baik-baik saja di depan Ibu yang sangat disayanginya..

"Dasar anak gila!" serang Ibu yang anaknya benjol. Tangannya sudah maju ke depan guna memukul wajah Salwa namun tidak sampai mengenai. Keburu Ibu Laila memasang punggungnya, menutupi wajah polos anaknya.

Bugh

Alhasil tamparan itu mengenai punggung Ibu Laila cukup kencang.

"Punggung Ibu sakit?" tanyanya polos.

Ibu Laila menunduk seraya menggeleng, menatap wajah khawatir Salwa.

Pemilik rumah pun datang mengakhiri amukan Ibu yang tadi. Memberikan sejumlah uang untuk mengobati anaknya yang kepalanya benjol. Karena tidak ingin membuatnya malu di depan tamu yang mulai memenuhi rumahnya. Pun dengan Laila yang pulang bersama kedua anaknya.

"Ibu, aku mandi sendiri, ya?."

"Iya, tapi yang bersih ya mandinya."

"Iya, Bu."

Ibu Laila menyiapkan pakaian untuk Salwa.

"Aku nanti saja makannya, Bu" Salwa yang sudah berpakaian langsung berbaring di atas bale-bale yang dialasi kasur busa yang sudah tipis.

"Tidak makan dulu?." Ibu Laila menghampiri Salwa yang membelakanginya.

Anak perempuan itu menggelengkan kepalanya.

Ibu Laila pun beranjak meninggalkan Salwa, perempuan itu ke dapur. Menata makanan yang diberikan Ibu Desi sebelum dirinya pulang. Halwa pun meminta makan karena tergiur dengan daging ayam.

Sore pun datang, dari kamar Ibu Laila mendengar suara rintihan. Ibu Laila segera melepas mukena yang masih menutupi tubuhnya. Mendatangi sumber rintihan tersebut. Di ruangan tengah, terlihat Halwa sedang mengompres Salwa.

"Kenapa Kak Salwa?."

"Demam."

Ibu Laila menaruh telapak tangannya di atas kening Salwa dan ternyata sangat panas.

"Tadi tidak kenapa-kenapa."

Kemudian mata Ibu Laila mengikuti pergerakan tangan Halwa yang menarik ke atas celana kulot yang dipakai Salwa.

"Luka kenapa ini, Hal?." Laila menyentuh luka biru keunguan.

"Sebenarnya tadi kenapa Kak Salwa mendorong anak Ibu itu, karena Kak Salwa didorong duluan dan kakinya kena ujung teras."

Sesaat Ibu Laila menatap wajah Halwa. "Besok-besok katakan saja semuanya sama Ibu. Supaya Ibu bisa lebih mengantisipasi kalau ada luka seperti ini."

"Baik, Bu. Maaf, ya."

"Tidak apa-apa."

"Ibu bawa ke Bidan saja."

"Aku ikut, Bu."

"Iya."

Karena tidak ada ojek saat menjelang malam, Ibu Laila pun menggendong Halwa di atas punggungnya dengan mengikatkan kain. Tangan kanannya memegangi tangan kecil Halwa. Untung saja jaraknya tidak terlalu jauh jadi cukup menempuh waktu tiga puluh menit saja untuk sampai di sana.

"Bagaimana keadaan Salwa, Bu Bidan?." Tanya Laila setelah Bidan memeriksa Salwa.

"Demam tinggi."

"Apa demamnya karena luka pada kakinya?."

"Bisa jadi. Karena lukanya cukup dalam."

"Iya."

"Nanti ada obat minum dan salep juga."

"Iya, Bu Bidan."

Obat sudah di tangan Halwa, mereka pun pulang.

"Aku jalan saja, Bu."

"Tidak, kaki kamu pasti sangat sakit." Ibu Laila sudah dalam posisi siap menggendong Salwa.

"Bisa aku tahan, Bu." Salwa bersikukuh untuk tetap jalan.

"Cepat naik ke punggung, Ibu." Seraya mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes.

Salwa langsung menurutinya, Ibu Laila dan Halwa mulai menempuh perjalanan. Menerobos gelapnya malam karena minim pencahayaan.

*****

Pagi-pagi sekali Laila sudah harus ke sawah, mengais rezeki di sana. Untung saja itu juga ada yang menyuruhnya kerja di sana. Hanya karena demi mengisi perutnya dan anak-anaknya. Walaupun itu dikerjakannya untuk pertama kali.

"Aku mau ikut" rengek Salwa.

"Kaki kamu belum sepenuhnya sembuh."

"Sudah tidak sakit lagi, Bu."

"Ada Halwa di rumah."

Salwa menggeleng dengan wajah memelas.

Ibu Laila pun tersenyum sambil mengangguk. Mengalah pada putrinya.

Halwa dan Salwa duduk menunggu di saung.

"Kalau kalian lapar dan haus ada nasi dan minumnya di sini." Ibu Laila menaruh kantung plastik di dekat Halwa.

"Iya, Bu." Jawab keduanya.

"Ibu kerja di sana." Tunjuk Ibu Laila pada sawah yang ada di depannya. Di sana juga sudah ada bebarapa orang yang bersiap akan memulai pekerjaannya.

"Iya, Bu." Keduanya mengangguk.

Kemudian Laila turun ke sawah bergabung dengan yang lainnya. Bebarapa dari orang itu pun mulai bicara menyindir Laila.

"Cantik, pembawa sial, tidak sekolah ya ke sawah-sawah juga turunnya."

"Iya, nasibnya kurang baik."

"Tahu nih sekarang masih ada yang mau apa tidak pada janda dua orang anak itu."

"Sepertinya sudah tidak ada."

"Kalau pun ada mungkin Kakek tua miskin yang sudah bau tanah."

Mereka pun tertawa menatap Laila yang hanya diam saja. Perempuan itu tetap fokus pada pekerjaannya.

Suara azan zuhur telah berkumandang, Laila dan beberapa orang telah menerima upah dari pemilik sawah. Dan mereka langsung pulang.

Dalam diamnya Salwa selalu memperhatikan Ibu sambungnya. Pakaian dan kulit putih Ibunya telah terkotori oleh tanah sawah yang baunya pun kurang sedap menusuk hidung.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja Salwa memeluk Ibunya. Menahan langkah kedua kaki Ibu Laila. Tidak lagi menghiraukan bau dan betapa kotornya tanah sawah.

"Kenapa?" tanya Laila lembut.

"Maaf, aku menyusahkan Ibu."

Ibu Laila diam terpaku. Anak yang selalu dikatakan gila, kurang se-ons, tidak bisa apa-apa oleh orang-orang. Nyatanya bisa mengucapkan kata yang begitu menyentuh. Ibu Laila pun berjuang menahan air matanya dengan menarik kedua sudut bibirnya setinggi mungkin.

"Tidak, Kak. Kakak dan Halwa tidak menyusahkan Ibu sama sekali. Jutsru Ibu sangat bersyukur memiliki kalian berdua."

Halwa ikut memeluknya dari sisi kanan. "Untuk kami Ibu harus bekerja berat seperti ini."

"Tidak, Halwa."

"Coba saja Mama sama Baba masih ada, Ibu tidak akan kerja keras seperti ini." Sambung Salwa sambil berurai air mata.

Laila pun tidak sanggup lagi membendung air matanya. Ketiga perempuan beda usia itu menangis bersama. Namun itu tidak langsung lama karena Ibu Laila segera membuat suasana kembali ceria.

"Ayo kita pulang, Ibu sudah kebelet pipis."

"Iya, Bu."

"Tahan dulu ya, Bu."

"Makanya ayo, cepat!. Jangan sampai Ibu pipis di celana."

Ketiga pun tertawa sembari berjalan cepat.

Halwa yang kelelahan sudah tidur di kamar Laila, sedangkan Laila sendiri baru selesai mengobati luka Salwa. Anak berusia 7 tahun itu pun ikut tidur di samping Adiknya.

Laila sendiri menatap uang pecahan lima puluh ribu dan dua puluh ribu, masing-masing satu lembar. Itu untuk upahnya dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang.

Memang janda dua anak itu tidak memiliki keahlian apapun selain hanya belajar karena keterpaksaan dan keadaan. Sekarang pun dirinya harus belajar memutar otak untuk kelangsungan hidupnya.

Laila pun berencana membuat cemilan kesukaan kedua anaknya. Cemilan yang biasa dibuat almarhumah Teh Nini.

Bersambung.....

1
Watini Salma
jadi penasaran kelanjutannya Laila sama Arman apa berjodoh ya
La Rue
semoga ikhtiar Laila berhasil demi kebaikan anak-anaknya
La Rue
Laila tetaplah kuat buat kedua anakmu
Sadiah Suharti
lanjut thor
Watini Salma
cerita nya ringan enak dibaca nya mudah dipahami menarik dan menginspirasi, lanjut kakak /Good//Pray/
Watini Salma
Alhamdulillah up lagi, semoga Laila jadi orang sukses dan bahagia dengan kedua anak nya
Watini Salma
lanjut kakak, cerita nya menarik tetap semangat ya
La Rue
Ditunggu kelanjutannya
La Rue
pasti mau memfitnah Laila ni
seftiningseh@gmail.com
semangat buat up nya kak
jangan lupa dateng aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia
La Rue
Alhamdulillah rezeki Laila dan anak-anaknya
QueenRaa🌺
lanjut thorr! semangat up💪

jangan lupa mampir di beberapa karyaku ya😉
La Rue
ceritanya bagus ditunggu kelanjutannya...🥰👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!