NovelToon NovelToon
PENGUASA ANGIN BENUA TIMUR

PENGUASA ANGIN BENUA TIMUR

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Spiritual / Perperangan
Popularitas:127.5k
Nilai: 5
Nama Author: adicipto

Liu Bai, dianggap sebagai pemuda tak berguna oleh semua orang karena dia tidak memiliki kemampuan apapun dibandingkan dengan pemuda se generasi nya, tingkah lakunya yang terkadang konyol serta selalu membuat marah orang lain membuatnya semakin di kucilkan.

Suatu hari Liu Bai tidak sengaja bertemu dengan kultivator yang terluka parah, sebelum kultivator itu meninggal, dia sempat memberikan seluruh kekuatan dan keahliannya kepada Liu Bai, dengan mendapatkan warisan besar serta metode dan keahlian dari sosok tersebut, akhirnya Liu Bai memiliki kemampuan untuk bersaing dengan para pemuda se generasi nya, namun perjalanan Liu Bai terus berlanjut demi memberantas kekuatan jahat, apakah perjalanan Liu Bai akan berhasil, mari kita ikuti bersama petualangan Liu Bai yang berjudul, Penguasa Angin Benua Timur, selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tantangan

“Tebasan Angin Musim Gugur.”

Liu Bai menebaskan beberapa tebasan  melepaskan beberapa serangan energi angin tajam ke arah lawannya, serangan yang cepat dan berkali-kali di lepaskan oleh Liu Bai beberapa di antaranya berhasil di tepis, namun energi yang terakhir justru gagal.

“Arghh!!”

Pria tersebut mengerang kesakitan ketika tangan kanannya yang memegang pedang terpotong begitu saja oleh energi Pedang milik Liu Bai, hal itu membuat pria itu melompat mundur menjaga jarak sejauh mungkin sekaligus berusaha menghentikan pendarahan di lengannya.

“Elemen Angin, apakah kamu berasal dari Sekte Kabut Hitam?” tanya Pria itu seraya menahan rasa sakitnya serta menatap Liu Bai yang melangkah mendekati dirinya, dan secara perlahan, pria itu mundur sedikit demi sedikit agar selalu menjaga jarak.

“Sekte Kabut Hitam? Aku tidak mengetahui Sekte itu, dan jika kamu hanya ingin bertanya hal yang tidak penting demi menunda kematian mu, aku rasa itu percuma!” Liu Bai tersenyum lebar dengan pedang yang sudah dialiri Qi sekaligus berjalan menghampiri pria paruh baya tersebut yang ikut mundur ketakutan.

Sekte Kabut Hitam adalah salah satu Sekte Kecil Aliran Hitam, walau demikian sekte tersebut terkenal dengan kemampuan dalam menggunakan elemen udara, berbagai jenis macam teknik pengendalian Angin Sekte Kabut Hitam sudah terkenal hampir di seluruh Daratan Selatan. Masalahnya,Liu Bai benar-benar tidak mengetahui setiap nama-nama sekte, kecuali Sekte-sekte tertentu yang memang sudah sangat terkenal dan berada agak dekat dengan Kota Yan.

Pria paruh baya itu mengumpat kesal, dia bahkan tidak sempat mengambil pedangnya yang tergeletak di dekat tangannya yang terpotong, apalagi Liu Bai terlihat tidak ingin melepaskannya.

“Tuan muda, aku datang ke tempat ini karena hanya melaksanakan perintah Raja Kelelawar Kematian, tolong ampuni nyawaku,” kata pria tersebut yang akhirnya tidak memiliki jalan lain selain meminta pengampunan.

Liu Bai berhenti melangkah mendekati Pria tersebut setelah pria itu memohon pengampunannya, hal itu membuat pria itu menghela nafas lega karena Liu Bai mau mendengarkannya.

“Tuan muda, jika tuan muda membiarkan ku hidup, aku berjanji, di masa depan, aku tidak akan lagi datang ke Sekte Pedang Matahari ini,” Pria tersebut kembali meyakinkan Liu Bai.

“Perkataanmu sangat mirip seperti yang dikatakan oleh guruku, jadi seperti ini sifat kalian? Memohon pengampunan dan berjanji ingin berubah, tapi guruku sudah berpesan jika orang-orang yang memiliki sifat seperti kalian itu tidak bisa dipercaya, jadi aku tidak bisa mengabulkan keinginanmu,” kata Liu Bai.

Pria itu tentu tidak mengetahui jika Liu Bai di latih di bawah bimbingan seorang Kultivator yang memiliki sifat lain, berbeda dengan kebanyakan Kultivator lainnya dari Aliran Putih yang selalu mengampuni lawan yang menyerah, Hun Fao jelas tidak memiliki sifat tersebut, walau Liu Bai tidak mendapatkan seluruh ingatan gurunya, namun Liu Bai sendiri sudah memperoleh pesan terakhir gurunya untuk tidak terlalu terbawa perasaan ketika ingin membunuh lawan, pilihannya adalah membunuh atau terbunuh, hanya itu pesan yang Liu Bai pegang, dan sekarang sejak memiliki Aura Kematian, tanpa Liu Bai sadari, haus darah kematian sudah merasuki hati dan pikirannya.

Pria paruh baya itu jelas panik, dia tidak menyangka Liu Bai sama sekali tidak bersedia melepaskan dirinya. Dengan mata memerah, pria itu menunjuk Liu Bai dengan jari kirinya kepada Liu Bai, “Kau benar-benar keterlaluan, apakah kamu pikir kemampuan Ahli mu itu yang terkuat, jika sampai kamu membunuhku, Sekte Pedang Setan akan memburumu,” kata pria tersebut.

“Sekte Pedang Setan? Sekte dari mana lagi itu?” tanya Liu Bai dan setelah itu dia menghela nafas panjang karena pria itu terlalu banyak bicara, “Mau mati saja banyak mengancam, sebaiknya kamu mengadu saja kepada Raja Neraka,” kata Liu Bai lalu dengan sekali tebas, energi angin tajam berukuran besar segera melesat ke arah pria tersebut.

Tebasan yang Liu Bai lepaskan terlalu cepat, hal itu membuat lawannya tidak memiliki kesempatan untuk menghindari serangan Liu Bai, ditambah lagi kondisinya sedang terluka, hal itu membuatnya tidak bisa melakukan perlawanan ataupun menghindar, dan energi Pedang angin yang besar dan tajam itu segera membelah tubuh pria itu menjadi dua.

Aura Kematian memasuki tubuh Liu Bai, sedangkan Liu Bai sama sekali tidak memperdulikan jasad pria tersebut, dia lebih memilih untuk mengambil pedang lawannya yang tergeletak tidak jauh darinya, dan ketika dia memungut pedang tersebut, dia melihat cincin di jari tangan pendekar itu yang telah terpotong.

“Hm! Tidak ada salahnya mengambil ini sebagai hadiah kemenangan,” gumam Liu Bai seraya mengambil cincin hitam tersebut.

Tidak ada satu orangpun dari pihak Kelelawar Darah yang berani menyerang Liu Bai, walau Liu Bai terlihat tidak begitu waspada dan memiliki banyak celah, namun semua anggota Kelelawar Darah tidaklah bodoh, mereka sudah menyaksikan Liu Bai mengalahkan seorang Ahli dalam beberapa pertukaran, tentu mereka tidak ingin bernasib sama mengingat kemampuan mereka yang berada di Tahap Petarung.

Li Hang tiba di tempat Liu Bai dan terkejut ketika melihat tubuh pria yang merupakan seorang Ahli Tingkat Tiga mati dengan tubuh terbelah menjadi dua, hal itu membuat Liu Bai ingin muntah karena melihat isi dalam pria itu yang berserakan.

“Uwek…! Liu Bai, apakah kamu harus membunuh orang ini dengan cara sekejam ini? Uwek…!!” kata Li Hang yang beberapa kali ingin mengeluarkan semua makanan di dalam perutnya.

“Sebenarnya aku tidak ingin melakukannya, namun dia terlambat menghindari serangan ku yang membuatnya harus mati dengan cara yang mengenaskan! Huh, sungguh sangat di sayangkan,” kata Liu Bai yang seolah-olah dia membunuh karena tidak di sengaja.

Apapun alasan Liu Bai, Li Hang tetap tidak percaya jika Liu Bai melakukannya karena tidak di sengaja, apalagi lawan yang dia bunuh merupakan seorang Ahli, tidak mudah membunuh seorang ahli dengan kondisi tubuh terbelah menjadi dua, bahkan walau pelakunya sama-sama  berada di tahap ahli.

Li Hang tentu tidak tahu jika Liu Bai sendiri sudah mencapai tingkat lima di Tahap Ahli, karena ketika Liu Bai masih berhadapan dengan ahli tersebut, Li Hang masih berada di dalam pemulihan, dan dia tidak sempat mengukur kemampuan Liu Bai.

“Seseorang telah berhasil menerobos masuk ke dalam Sekte..!”

Suara teriakan dari atas tembok mengejutkan Li Hang, itu adalah suara salah satu junior nya yang berlindung di dalam sekte sekaligus menjaga Liu Cheng.

“Sial! Liu Bai, sepertinya paman Liu Cheng dalam bahaya, kita harus menyelamatkannya,” kata Li Hang.

Liu Bai terkejut mendengarnya, dia segera menanyakan tempat di mana pamannya berada, dan setelah mengetahuinya, Liu Bai segera menaiki pedangnya dan melesat lurus masuk kedalam Sekte untuk melindungi pamannya.

“Hais, karena kamu sudah berada di tahap Ahli bukan berarti kamu pergi begitu saja tanpa menungguku?” gumam Li Hang yang sedikit kesal, namun dia merasa sangat senang karena Liu Bai kembali dengan kekuatan yang melampaui dirinya.

Li Hang hanya menghela nafas panjang, beberapa bulan yang lalu, Liu Bai belum memiliki kemampuan apapun dan dirinya beserta kedua temannya lah yang selalu melindunginya, namun sekarang sepertinya yang dulu sering dilindungi berubah menjadi pelindung.

***

“Tetap di barisan, jangan sampai orang itu menerobos masuk ke dalam aula..!” seru salah satu murid Pedang Matahari kepada semua teman-temannya yang rata-rata baru berada di Tahap Pemula.

“Hmp, minggir tikus kecil!” kata sesosok pria tua mengenakan jubah hitam serta wajah pucat seperti tidak memiliki darah, dia tidak lain adalah Hantu ketujuh belas dalam wujud bayangan yang sempurna dengan wajahnya.

Hantu ketujuh belas mengibaskan tangannya, dan seketika itu juga, energi yang sangat kuat menghempaskan beberapa murid hingga mereka terluka, namun Hantu ketujuh belas sama sekali tidak bersimpati ataupun memperhatikan beberapa murid kecil yang muntah darah.

Hantu ketujuh belas telah mendapatkan informasi dari salah satu murid Pedang Matahari tentang keberadaan Liu Cheng serta tempatnya disembunyikan, setelah mendapat informasi, Hantu ketujuh belas langsung membunuhnya dan menerobos masuk ke dalam Sekte tanpa kesulitan.

Bagi Hantu ketujuh belas, mereka semua seperti sekelompok lalat yang ingin menghentikan langkahnya, sehingga tidak sulit bagi Hantu ketujuh belas untuk melukai serta membunuh mereka. Hantu ketujuh belas melangkah memasuki pintu aula utama dan disana banyak sekali para murid-murid baru yang masih anak-anak berkumpul dengan ketakutan.

“Ah, akhirnya aku menemukanmu Liu Cheng!” kata Hantu ketujuh belas yang melihat Liu Cheng terbaring di tengah-tengah para murid yang ketakutan.

Liu Cheng benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa, dia terbaring seperti mayat, namun masih hidup, Liu Cheng sendiri tidak tahu apa yang terjadi di sekitarnya, bahkan ketika bahaya mendekat, Liu Cheng masih menutup mata, luka dalam yang mengakibatkan kerusakan pada kekuatan Spiritualnya membuatnya Koma selama beberapa bulan.

Tidak ada satupun yang berani menghadang langkah Hantu ketujuh belas yang memainkan pisau hitam di tangannya, para murid-murid Pedang Matahari jelas tidak berdaya berada di bawah tekanan Hantu ketujuh belas sehingga tidak akan ada yang bisa menghentikannya.

Hantu ketujuh belas kini sudah berada di sebelah Liu Cheng yang masih Koma, dia memeriksa tubuh Liu Cheng untuk memastikan apakah dia masih hidup atau sudah mati, namun ketika melihat Liu Cheng masih bernafas, senyuman jahat segera terlihat di wajah Hantu ketujuh belas.

Semua murid-murid itu hanya mendapatkan tugas untuk menjaga Liu Cheng, namun tidak ada di antara mereka yang berani untuk maju menghentikan tangan Hantu ketujuh belas yang sudah memegang kerah baju Liu Cheng yang Koma, tentu mereka sadar akan batas kemampuan mereka.

“Waktu itu pemuda Liu mu telah berani mempermainkanku, hari ini kamu akan merasakan kemarahanku,” kata Hantu ketujuh belas sekaligus menggerakkan pisau nya untuk di hujamkan ke dada Liu Cheng.

Ketika semua yang ada di sana berpikir jika Liu Cheng tidak akan tertolong lagi, tiba-tiba saja sebilah pedang berwarna hitam melesat lurus ke arah Hantu ketujuh belas, hal itu sangat mengejutkan Hantu ketujuh belas sehingga dia memilih untuk melepaskan Liu Cheng dan berbalik menahan pedang yang datang.

Suara benturan besi yang beradu menimbulkan getaran keras serta gelombang kejut yang membuat beberapa murid terdorong mundur, bahkan Hantu ketujuh belas sampai ikut mundur beberapa langkah, setelah berhasil menstabilkan tubuhnya, tangan Hantu ketujuh belas terasa kebas.

Hantu ketujuh belas memperhatikan pedang tersebut, dia merasa seperti mengenali pedang hitam yang terbang kembali ke arah pintu, namun dia lupa dimana pernah melihat pedang tersebut, dan tidak lama kemudian seorang pemuda dengan pedang lain yang di naikinya muncul dan langsung menyerang Hantu ketujuh belas.

“Hantu ketujuh belas…!" teriak pemuda yang baru datang itu dengan pedangnya.

Liu Bai mengayunkan Pedang hitam nya seraya melompat ke arah Hantu ketujuh belas, melihat itu, Hantu ketujuh belas terkejut setelah mengenali pemuda tersebut, namun dia tidak sempat bereaksi karena Liu Bai sudah melepaskan serangannya.

Hantu ketujuh belas dengan cepat menahan serangan Liu Bai sehingga kembali menciptakan gelombang kejut, namun kali ini dua kali lebih besar. Untungnya para murid-murid telah menjauh sehingga terhindar dari hantaman gelombang keduanya.

Baik itu Liu Bai maupun Hantu ketujuh belas sama-sama terpental, serangan yang ditahan oleh Hantu ketujuh belas jauh lebih kuat ketika menahan Pedang hitam yang sebelumnya terbang.

Keduanya sama-sama mundur sejauh tiga meter, dan Hantu ketujuh belas sangat terkejut karena melihat Liu Bai yang lolos dari kejarannya beberapa bulan yang lalu kini kembali muncul dengan kekuatan yang sangat tidak terduga, hal itu membuat tubuh asli alis Hantu ketujuh belas yang masih duduk mengendalikan bayangan nya itu ikut bergerak.

“Tidak kuduga kamu memiliki pencapaian sebesar ini setelah berhasil meloloskan diri dariku,” kata Hantu ketujuh belas seraya tersenyum lebar dan kembali berkata, “Karena kamu datang sendiri menemui ku, maka aku pastikan kamu akan mati hari ini, dan cincin itu akan aku ambil dari mayatmu.”

Liu Bai menatap Hantu ketujuh belas dengan tajam, walau sosok di hadapannya itu hanyalah tubuh bayangan, namun kemampuannya sudah berada di Tahap Ahli Tingkat Tujuh.

“Jika kamu menginginkan Cincin itu, ayo bertarung denganku di luar,” kata Liu Bai.

“Owh, jadi kamu sudah berani untuk menghadapiku? Sangat percaya diri sekali! Baiklah, karena ini adalah permintaan mu yang terakhir, aku akan menerima tantanganmu,” kata Hantu ketujuh belas.

Liu Bai sama sekali tidak berniat meremehkan Hantu ketujuh belas, dia menantangnya di luar demi keselamatan para murid Pedang Matahari serta pamannya, dan selama Hantu ketujuh belas masih menggunakan tubuh bayangan untuk menghadapinya, Liu Bai akan menggunakan seluruh kemampuannya sekaligus kemampuan Spiritual nya untuk mengalahkan Hantu ketujuh belas.

Liu Bai sadar dengan kemampuannya saat ini masih belum cukup untuk menghadapi Hantu ketujuh belas, namun bukan berarti dia tidak bisa melukai Hantu ketujuh belas, walau dia tahu  kemenangannya hanya memiliki peluang satu persen.

“Ayo kita lanjutkan di luar!” kata Hantu ketujuh belas yang terbang lebih dulu keluar.

“Tolong pindahkan paman ku ke tempat yang lebih aman!” kata Liu Bai kepada para murid Sekte Pedang Matahari sebelum akhirnya dia juga terbang keluar menyusul Hantu ketujuh belas.

Para murid Pedang Matahari saling berpandangan satu sama lain, mereka sama sekali tidak mengenal Liu Bai, namun mereka juga tidak berani mengabaikan perintah Liu Bai, semuanya akhirnya mengangkat tubuh Liu Cheng bersama-sama memindahkan tubuh Liu Cheng ke tempat yang menurut mereka lebih aman.

***

Update lebih awal karena nanti malam ada acara persiapan pernikahan keluarga istri ku dari hari ini sampai hari kamis, tapi saya akan tetap berusaha update setiap harinya.

1
Sarip Hidayat
waaaaaaah
ReogKhentir
Segera perdalam tehnik yang kau punya Liu Bai agar lebih menigkat lagi tingkat serangannya
Andipujiwahono
mantap thor ayo up lg
Derajat
Ini cerita baru hidup
Andbie
keren aksi sang guru hun fau.. ayo liu bai bertambah kuat lagi dan naikkan ranah kekuatanmu..
Ganendra
🆙🆙🆙🆙🆙
Ganendra
🆗🆗🆗🆗🆗
yuga
tambaaaaaaaah
bedjo
selamat liu bai
Roni Yakub
mantappp
Roni Yakub
kerennnnn
Roni Yakub
mantappp boskuhhhh
Humaira
ayo liu bai, hajar tongkat giok sampe modar... 🤜🤛
Andipujiwahono
mantap thor ayo up lg yg banyak
ReogKhentir
Rahasia apa yang belum diungkapkan sang guru terhadap Liu Bai........
bedjo
tongkat giok, kalo dijual bisa mahal banget tuh
RahmanKikip
mntappp thourrrr,,,
Andbie
saatnya serangan balik membunuh hantu giok dan rampas cincin sumber dayanya..
Raju
bubuh bunuh bunuuuuuuuuuh....
asri_hamdani
Gabungan antara Lima Belas dan Tujuh Belas, banyak sekali yang tertukar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!