9
Pernikahan adalah cita-cita semua orang, termasuk Dokter Zonya. Namun apakah pernikahan masih akan menjadi cita-cita saat pernikahan itu sendiri terjadi karena sebuah permintaan. Ya, Dokter Zonya terpaksa menikah dengan laki-laki yang merupakan mantan Kakak Iparnya atas permintaan keluarganya, hanya agar keponakannya tidak kekurangan kasih sayang seorang Ibu. Alasan lain keluarganya memintanya untuk menggantikan posisi sang Kakak adalah karena tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang asing, selain keluarga.
Lalu bagaimana kehidupan Dokter Zonya selanjutnya. Ia yang sebelumnya belum pernah menikah dan memiliki anak, justru dituntut untuk mengurus seorang bayi yang merupakan keponakannya sendiri. Akankah Dokter Zonya sanggup mengasuh keponakannya tersebut dan hidup bersama mantan Kakak Iparnya yang kini malah berganti status menjadi suaminya? Ikuti kisahnya
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Usaha tak mengkhianati hasil. Mungkin ungkapan itu cukup pas untuk mengungkapkan beratnya perjuangan Sean dan Zonya meyakinkan Naina bahwa Zonya sama sekali tidak marah. Setelah memberi Naina susu, menghiburnya dan membawanya berjemur di halaman belakang, akhirnya Naina bersedia memakai bajunya dan memaafkan Zonya
"Uh... gadis gembul ini cantik sekali sekarang" goda Zonya sembari menoel dagu Naina, membuat Naina tersipu dan kembali memeluk Sean untuk menyembunyikan wajahnya
"Zoe" panggil Sean
"Ya?"
"Nanti malam ada undangan pesta pernikahan dari rekan bisnisku, dan mereka meminta untuk membawa pasangan. Kau... Bisa datang bersamaku 'kan?" tanya Sean
"Bersamaku? Memangnya tidak apa-apa, Mas? Bukankah yang mereka tahu, kau itu sedang menduda sekarang?"
"Sebenarnya iya. Tapi banyak dari mereka yang justru membawa sekretaris mereka, jadi tidak apa-apa kalaupun aku membawamu. Jadi bagaimana, kau bersedia?"
"Mmm baiklah"
*
Zonya mengoles lipstik pada bibirnya sebagai sentuhan terakhir. Ia lantas bangkit dari meja rias dan mengusap permukaan rambutnya sekilas demi memastikan penampilannya sudah benar-benar baik. Setelah merasa cukup, ia langsung melangkah keluar
"Mama... Mama..." seru Naina saat melihat Zonya keluar dari kamar
"Hai gembul. Bagaimana penampilan Aunty, cantik tidak?" tanya Zonya pada Naina yang tengah duduk di sofa bersama Mbok Ijah
"Etik" jawab Naina
"Benarkah?"
"Hm" anggukan Naina berikan untuk meyakinkan Zonya bahwa tampilan Mamanya itu benar-benar sempurna dimatanya
"Nyonya cantik sekali, Nya" ucap Mbok Ijah membuat Zonya tersipu malu
"Terima kasih Mbok"
"Papa... Papa..." kali ini Naina menunjuk pada belakang tubuh Zonya saat melihat sang Papa mendekat
"Bagaimana, sudah siap?" tanya Sean
Zonya membalik tubuhnya saat merasakan kehadiran Sean. Selama beberapa saat, waktu terasa berhenti saat sepasang mata mereka bertemu. Nyatanya, baik Zonya maupun Sean terlihat kagum dengan penampilan mereka masing-masing. Dimana Sean mengenakan setelan tuxedo rompi berwarna hitam putih, sedangkan Zonya mengenakan dress berwarna hitam yang terlihat sangat pas ditubuhnya
Ehem
Deheman Mbok Ijah berhasil menarik keduanya dari keterkaguman "Maaf Tuan, Mbok permisi kalau begitu" pamit Mbok Ijah yang langsung pergi dengan membawa Naina agar gadis kecil itu tidak mengetahui kepergian orang tuanya hingga membuatnya menangis
"Mmm Mas... Kita langsung berangkat?" tanya Zonya, menyadarkan Sean setelah melihat Mbok Ijah dan Naina menjauh
"Iya, ayo kita berangkat"
Sepanjang jalan, Sean terus melirik Zonya melalui ekor matanya. Sungguh demi apapun, malam ini Zonya terlihat sangat berbeda dengan dress satin yang begitu pas ditubuhnya. Ditambah tatanan rambut Zonya yng dibiarkan tergerai dengan gelombang-gelombang kecil di beberapa bagian, membuat tampilan Zonya benar-benar terlihat begitu menawan
"Mas awas!" pekik Zonya
Mendengar teriakan Zonya, secara refleks Sean melihat ke depan dan langsung membanting setir kearah kiri demi menghindari sebuah mobil yang terlihat oleng. Begitu mobil mereka berhenti, keduanya tampak menghela napas lega bersamaan. Telat satu menit saja Sean tidak membanting setir, maka tamatlah sudah. Mungkin mobil mereka akan terhantam truk yang barusaja melintas itu
Sean melirik ke belakang, melihat mobil truk yang tadi hampir menabrak mereka masih tampak oleng dan disusul oleh mobil polisi di belakangnya "Maaf, aku kurang fokus tadi" Sean lekas menghidupkan mesin dan langsung kembali melajukan kendaraannya
*
Tubuh Zonya tersentak saat merasakan tangan Sean merambat dan menggenggam tangan kanannya. Ia melirik kearah Sean, tapi laki-laki itu sama sekali tidak meliriknya, justru pandangan laki-laki itu terlihat lurus kedepan
"Mas apa ini..."
"Ayo kita masuk" ajak Sean, dan langsung menarik tangan Zonya masuk ke ballroom pesta sembari menggandeng tangan Zonya
"Selamat malam, Tuan Sean. Terima kasih telah datang ke acara pernikahan putra saya" ucap seorang laki-laki menghampiri mereka
"Terima kasih juga atas undangan anda Tuan Azka"
Tuan Azka itu mengangguk, kemudian tatapannya berpindah pada tangan Sean dan Zonya yang saling bertaut "Maaf, anda datang dengan siapa, Tuan Sean?"
"Oh iya, perkenalkan ini istri saya, Zonya"
Zonya menoleh kearah Sean saat mendengar laki-laki itu menyebutnya sebagai istri didepan rekan kerjanya ini. Bersamaan dengan itu, Sean juga ikut menoleh dan mengangguk singkat, meyakinkan Zonya
"Jadi ini Nyonya Askara yang baru? Ahhh maaf saya sangat lancang. Maksud saya, apakah ini Nyonya Askara?" tanya Tuan Azka. Sebab, siapapun tahu bahwa Sean adalah seorang duda kaya yang ditinggal istrinya setelah satu tahun menikah "Senang bertemu dengan anda, Nyonya" Tuan Azka mengulurkan tangan pada Zonya
"Terima kasih Tuan"
"Hm... Oh iya, silahkan nikmati pestanya Tuan, Nyonya. Saya akan ke sana sebentar"
"Baiklah, silahkan"
Begitu melihat Tuan Azka pergi, Zonya kembali menatap Sean "Kenapa Mas bilang kalau aku ini istrimu?" tanya Zonya
"Kenapa, bukankah kau memang istriku? Ingat Zoe, terlepas dari bagaimana cara kita menikah, dan ada tidaknya cinta dalam pernikahan kita, kau tetap istriku yang sah" tegas Sean "Sudahlah, ayo"
Sean mengajak Zonya untuk masuk lebih dalam dan berbaur bersama beberapa rekan bisnisnya. Tidak lupa, ia juga terus mengenalkan Zonya sebagai istrinya dihadapan para rekan bisnisnya yang lain. Hingga beberapa saat berlalu, mereka terlihat mengobrol ringan dan sudah mulai berbaur
"Baiklah, ini saat yang paling ditunggu-tunggu oleh sepasang pengantin dan tamu undangan tentunya. Inilah saatnya pesta dansa..." seruan pembawa acara dari atas podium membuat para tamu undangan bersorak. Satu persatu pasangan mulai mengisi lantai dansa, ada juga yang hanya sekedar melihat dari pinggir sebagai penonton. Termasuk Zonya dan Sean
Zonya yang awalnya terlihat tersenyum anggun melihat beberapa orang yang ada di lantai dansa, seketika senyumnya redup saat matanya menangkap keberadaan Anggi bersama seorang laki-laki yang tidak ia kenal siapa berada dilantai dansa. Keduanya terlihat melempar senyum dan cukup romantis dalam pandangan Zoe.
"Mas, aku ke sana sebentar" tunjuk Zonya pada lantai dansa
"Kau ingin berdansa? Dengan siapa?"
"Tidak, aku hanya ingin memastikan sesuatu, tunggu sebentar"
Zonya langsung maju menuju lantai dansa dan bergabung dengan beberapa pasangan yang sudah stay di sana menunggu musik dimainkan. Zonya menerobos beberapa pasangan demi mencari keberadaan Anggi yang tadi jelas sekali ia lihat. Setelah mencari-cari, akhirnya Anggi dan laki-laki itu 'pun terlihat
"Baiklah, pasangan di lantai dansa langsung siap ya. Satu... Dua... Tiga... Musik mainkan" seru MC
Zonya tidak bisa melangkah lagi karena pasangan-pasangan itu mulai berdansa dan tidak lagi ada celah diantara mereka untuk bisa Zonya terobos. Sedangkan Sean yang melihat Zonya terperangkap diantara lautan manusia itu, akhirnya bergerak maju, ia berusaha menggapai Zonya, hingga akhirnya tangan Zonya berhasil ia genggam
"Ayo keluar" ajak Sean dan langsung menarik tangan Zonya untuk keluar. Namun lagi-lagi pasangan yang sedang berdansa itu tidak memberi celah untuk keduanya lewat
"Tuan Sean..." sapa seorang laki-laki sembari terus melakukan gerakan dansa-nya bersama pasangannya "Mau ke mana?"
"Mau keluar, bisakah kau bergeser sedikit?" teriak Sean
"Lantai dansanya penuh, kalian tidak akan bisa keluar. Sudahlah, lebih baik berdansa saja dulu"
"Tapi..."
"Sudah ayo" laki-laki itu menarik Sean dengan sedikit memaksa dan kembali fokus pada pasangannya
Sean dan Zonya saling pandang untuk beberapa saat. Sungguh, sudah cukup lama Sean tidak melakukan gerakan dansa ini. Terakhir kalinya adalah ketika acara pernikahannya dengan Nasila dulu, setelah itu Nasila hamil dan mereka jarang keluar, apalagi untuk menghadiri undangan-undangan semacam ini. Berada di situasi ini untuk ke-dua kalinya dengan pasangan yang berbeda membuat Sean menjadi salah tingkah