Menjadi perempuan yang selalu mengerti kesibukan pasangan, tidak banyak menuntut, mandiri, nyatanya tidak menjamin akan membuat laki-laki setia. Justru, laki-laki malah mencari perempuan lain yang dianggap lebih membutuhkan kehadirannya.
Eleanor Louisine —pemilik usaha dalam bidang fashion —owner Best4U.co —harus menerima kenyataan pahit bahwa kekasihnya sudah berselingkuh dengan sahabatnya.
Dalam keadaan kacau setelah mengetahui kekasihnya selingkuh, Eleanor pergi ke bar dan bertemu dengan Arkana Xavier —laki-laki berandalan yang sedang menikmati masa mudanya.
Paginya, Eleanor mendapati dirinya terbangun di dalam kamar bersama Arkana. Ia yang belum tahu siapa Arkana berpikir Arkana gigolo. Namun, ternyata Arkana adalah tuan muda kaya raya.
Dan gara-gara malam itu, Eleanor berakhir menjadi wanita tahanan sang tuan muda —Arkana Xavier.
Bagaimana kisahnya? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Tidak, sayang. Kami tidak melakukan sampai kesana, kami hanya petting. Aku tidak berbohong waktu aku mengatakan kamu yang pertama," jelas Arka namun tidak begitu jelas bagi Eleanor.
"Petting?" tanya Eleanor tidak mengerti. Entah berasal darimana istilah petting itu, Ia baru mendengarnya sekarang.
Selama ini yang Ia tahu dalam dunia mode hanya layering atau memadukan beberapa item sekaligus untuk menciptakan gaya berpakaian yang lebih stylish. Sementara istilah petting baru Ia dengar dan Ia tidak tahu apa artinya.
"Aktivitas seksual tanpa penetrasi, aku menyentuh dan memainkan organ intim Anita, tapi Anita tidak melakukannya untukku. Jadi kamu satu-satunya yang akan memainkan punyaku," jelas Arka lagi.
Eleanor berusaha mencernanya, namun istilah yang Arka gunakan terlalu asing di telinganya. Otaknya tidak bisa mencerna dengan baik apa yang sedang Arka bicarakan. Tadi petting, sekarang penetrasi. Entah akan keluar istilah asing apalagi setelah ini.
"Sudahlah, tidak perlu membahasnya lagi," ucap Eleanor tidak ingin melanjutkan obrolan mereka tentang seberapa jauh hubungan Arka dan Anita.
Eleanor sudah memutuskannya untuk menerima masa lalu Arka, seburuk apapun itu. Sekarang mereka hanya perlu melihat masa depan dimana akan lahir darah daging mereka disana.
"Aku akan melakukan yang kamu minta. Tapi..."
"Tapi?" Arka menunggu Eleanor melanjutkan kalimatnya.
"Kamu harus berjanji tidak akan berhubungan lagi dengan wanita lain seperti yang sudah kamu lakukan di masa lalu."
"Tanpa kamu minta, aku sudah tidak pernah lagi berhubungan dengan perempuan manapun selain kamu, sayang."
"Iya, tapi aku harus menegaskannya lagi sekarang karena aku tidak ingin anakku memiliki ayah brengsek."
"Iya, sayang."
"Dan masih adalagi!"
"Apa?"
"Kamu harus melakukan pemeriksaan kesehatan setelah ini karena aku takut kamu memiliki penyakit menular."
Astaga, Eleanor sepertinya berusaha mencari celah untuk pergi dari hidup Arka dengan semua itu. Bisa-bisanya Eleanor berpikir Arka memiliki penyakit menular dan menyuruh Arka melakukan pemeriksaan kesehatan.
"Iya, sayang. Sesuai yang kamu minta oke?" ucap Arka pasrah meski permintaan Eleanor kali ini sedikit menyinggungnya.
Arka sering melakukan pemeriksaan kesehatan dan selama ini tidak ada yang salah dengan kesehatannya. Tidak ada penyakit dalam tubuh Arka karena Arka juga tidak sampai memasukkan miliknya pada milik wanita-wanita bayarannya.
"Oke," Eleanor akhirnya melepas celana dalam Arka dan mulai melakukan aktivitas panas mereka di kamar mandi.
-
-
"Apa kalian tidak malu melakukannya pagi-pagi?" tanya Nyonya Xavier melihat bekas kecupan di leher Eleanor.
Mereka sedang berkumpul di meja makan untuk sarapan. Waktu sarapan sudah lewat, tapi mereka baru akan sarapan sekarang karena tadi pagi ada masalah yang harus mereka urus. Arka dan Eleanor juga baru menyelesaikan aktivitas panas mereka di kamar mandi.
Eleanor sudah memenuhi permintaan Arka, sudah memanjakan milik Arka dengan tangan serta mulutnya. Meski masih amatir, setidaknya Eleanor sudah berhasil memuaskan Arka. Namun Nyonya Xavier sepertinya tidak suka melihat orang lain senang, hanya perkara Arka dan Eleanor melakukannya di pagi hari saja dipermasalahkan.
"Ada kami disini juga di rumah ini, seharusnya kalian memiliki sopan santun dan menahan nafsu kalian," ucap Nyonya Xavier lagi.
Bekas kecupan di leher Eleanor sudah ada sejak tadi pagi, tapi sekarang bekas kecupan itu bertambah dan itulah yang sedang Nyonya Xavier permasalahkan sekarang.
"Arka..." Eleanor memanggil nama Arka karena malas meladeni mertuanya.
Masih banyak waktu untuk mereka berdebat. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat. Eleanor butuh mengisi energinya sebelum menghadapi mertua yang pemikirannya agak sedikit unik ini. Eleanor tahu maksud mertuanya. Masalahnya, apa nafsu seseorang bisa ditahan?
"Mah, bisa tolong tidak membahas itu di meja makan?"
"Kamu begitu takut pada istrimu ya?" bukannya berhenti, Nyonya Xavier malah semakin menjadi. Apalagi sekarang Eleanor berani sekali mengatur putranya di depannya.
Sebagai seorang ibu, Nyonya Xavier tidak suka ada orang yang mengatur putranya. Yang boleh mengatur putranya hanya dirinya, karena dirinya yang sudah banyak berjuang untuk putranya.
"Papah mertua juga sepertinya begitu takut pada Anda," balas Eleanor kesal.
Sepertinya setelah ini Eleanor harus meminta Arka mengambil barang-barangnya di apartemen agar Eleanor bisa secara khusus membelikan kaca untuk mamah mertuanya. Kalau perlu kacanya harus besar supaya mamah mertuanya bisa melihat dirinya dengan baik.
"A-apa katamu? lancang sekali kamu!" kesal Nyonya Xavier. Tuan Xavier seperti biasa hanya diam dan menyimak semuanya.
Eleanor menarik nafas sejenak kemudian menghembuskannya perlahan. Lalu tidak lama...
"Aaaaaa..." teriak Eleanor untuk melampiaskan kekesalan karena mertuanya kedua kalinya sudah menghancurkan pagi indahnya.
Biasanya yang Eleanor lihat di pagi hari saat sarapan hanya wajah tampan Arka, sekarang ada nenek sihir yang sialnya merupakan wanita yang sudah melahirkan Arka.
"Apa yang dia lakukan? kenapa tiba-tiba berteriak seperti itu?" pekik Nyonya Xavier tidak menyangka Eleanor tiba-tiba saja berteriak di depannya.
Arka terkekeh. Selain tingkah Eleanor yang dianggap lucu, Arka juga sedang dalam suasana hati yang baik setelah mendapat servis terbaik dari istrinya itu. Mereka sama-sama menjadi yang pertama untuk satu sama lain dan itu benar-benar membahagiakan.
"Sudahlah, Mah. Jangan mengganggu menantu kita lagi," ucap Tuan Xavier akhirnya bicara. Mereka tidak akan bisa fokus sarapan jika Nyonya Xavier dan Eleanor terus berdebat di meja makan.
"Mamah tidak sudi memiliki menantu seperti dia!"
"Saya juga tidak mau punya mertua seperti Anda!"
Nyonya Xavier dan Eleanor saling memberikan tatapan sengit. Mereka tidak bisa akur meski hanya satu detik. Padahal kalau dilihat-lihat sebenarnya mereka cocok. Mereka dua wanita yang mencintai Arka dan dicintai Arka. Mereka bisa menjadi garda terdepan Arka jika ada wanita yang berniat merayu Arka.
"Mah, ayolah. Aku belum makan dari tadi pagi, boleh kita sarapan dulu sekarang?" pinta Arka pada mamahnya.
"Soal kami yang melakukannya pagi-pagi, itu aku yang minta. Mamah bisa protes padaku nanti setelah kita sarapan."
"Bukan itu yang mamah permasalahan, tapi istri kamu yang dengan tidak tahu malunya menunjukkan bekas ciumanmu di depan kami," Nyonya Xavier melakukan klarifikasi, padahal tadi yang Nyonya Xavier permasalahkan bukan itu.
Astaga, si standar ganda ini!
"Hey, Nyonya! saya tidak menyuruh Anda untuk melihat bekas kecupan putra Anda. Anda sendiri yang melihatnya, tapi Anda juga yang sensian. Aneh," kesal Eleanor.
Arka yang sudah kehilangan kesabaran meletakkan sendok dan garpu diatas meja makan. Sepertinya perdebatan itu tidak akan pernah selesai dan mereka tidak akan bisa sarapan dengan tenang sampai kapanpun.
Arka bangkit dari tempat duduknya lalu mengulurkan tangannya pada Eleanor, "ayo."
"Mau kemana?" tanya Nyonya Xavier menyela Eleanor yang ingin menanyakan hal yang sama.
"Aku dan istriku akan sarapan diluar," jawab Arka pada mamahnya.
Eleanor tersenyum penuh kemenangan mendengarnya dan langsung menerima uluran tangan Arka, "ayo, sayang. Kasihan bayi kita disini bisa stress. Aku juga mamahnya stress."
Nyonya Xavier memberikan tatapan tajamnya pada Eleanor.