Rahasia besar dibalik persaingan dua kedai yang bertolak belakang dalam segala hal.
Saat yang nampak tidak seperti yang sesungguhnya, saat itu pula keteguhan dan ketangguhan diuji.
Akankah persaingan itu hanya sebatas bisnis usaha, atau malah berujung pada konflik yang melibatkan dua sindikat besar kelas dunia?
Bagi yang suka genre action, kriminal, mafia, dengan sentuhan drama, romansa dan komedi ringan, yuk.. langsung di klik tombol "mulai baca"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 24
Esok harinya.
"Selamat pagi..", wajah cerah Mateo muncul di ambang pintu.
Nami yang melihatnya segera menghampiri dan menyapanya dengan manja. Sementara Ryuu meringis, memikirkan apa yang harus ia katakan pada bibinya tentang kelakuan adik sepupunya itu.
"Aku membawa kiriman untuk Tuan Nakamura dari Nona Genovese", ucap Mateo, tetap dengan senyum cerahnya.
Akita yang mendengar itu langsung mendatangi Mateo.
"Mana?", tanya Akita antusias.
Mateo kemudian menyerahkan sebuah kantong kertas pada Akita. Setelahnya, Akita mengambil salah satu isinya lalu melihatnya dengan seksama.
"Al Quran terjemahan bahasa Jepang"
Begitu yang tertulis di sampul buku itu. Akita tersenyum senang.
"Aku permisi dulu", seketika dia langsung menuju ke lantai dua, ada yang harus dia lakukan.
"Aku sudah menerima kiriman mu. Aku sangat senang, terima kasih"
Sebuah pesan dikirimnya pada nomor yang kemarin diberikan Alex.
Dengan tak sabar ia menunggu balasan dari saluran seberang, yang berasal dari kedai seberang.
Terdengar bunyi notifikasi, Akita kembali tersenyum dan segera melihat isi pesan balasan. Tapi senyumnya segera berubah menjadi cemberut demi melihat isi balasan itu. Akita mendengus kesal dan akhirnya memilih kembali ke lantai bawah. Harapannya bisa bertukar pesan untuk beberapa saat pupus sudah oleh sebuah gambar acungan jempol.
Dan selanjutnya, hari-hari Akita juga diisi dengan mempelajari keyakinan Sofia lewat buku, internet, maupun mendatangi Islamic Center terdekat. Walaupun Alex tidak mempersyaratkan pemahamannya tentang Islam, tapi dengan senang hati Akita tetap mempelajarinya. Ia tak ingin melakukannya hanya agar bisa menikah dengan Sofia, meskipun memang itu motivasi awalnya. Tapi juga demi dirinya dan penghormatan terhadap Tuhan dan agama itu sendiri.
Dan selama beberapa hari itu juga, ia tak berkomunikasi dengan Sofia sesuai permintaan wanita itu. Tak masalah! Karena setelah menikah nanti, mereka berdua takkan terpisahkan lagi. Pemikiran itulah yang membuatnya semakin bersemangat setiap harinya.
Dan tibalah saat dimana Akita mengucapkan ikrar sebagai tanda bahwa dirinya telah menjadi bagian dari agama yang sama dengan yang dianut Sofia. Yang juga berarti tak ada lagi yang menghalangi mereka untuk segera menikah. Pernikahan itupun dilakukan pada hari yang sama, secara diam-diam dan dihadiri oleh tamu dengan jumlah yang seperlunya saja. Itu semua sesuai arahan Alex, agar tidak menimbulkan kecurigaan terutama dari Luca.
"Malam ini juga kalian akan berangkat. Tidak perlu membawa banyak barang, yang penting-penting saja. Sampai di sana kalian harus segera mencari tempat yang aman dan bersembunyi untuk sementara waktu sampai keadaan kondusif. Baru setelah itu kalian bisa beraktivitas seperti orang normal lainnya", Alex menyerahkan tiga tiket penerbangan. Dua untuk Sofia dan Akita, dan satu lagi untuk Ryuu.
Ya, Ryuu bersikeras bahkan mengancam akan mengacaukan rencana mereka bila tak diijinkan mendampingi Akita sampai ke tujuannya. Ryuu, kadang memang sangat menyebalkan, tapi kesetiaannya tak perlu diragukan.
Akhirnya terpaksa ia menjadi obat nyamuk bernyawa di antara pasangan pengantin baru yang kelihatan masih kikuk satu sama lain. Perjalanan panjang lintas benua itu pun mereka lalui dengan percakapan seperlunya. Sebenarnya Akita berniat untuk mengobrol lebih akrab dengan Sofia yang sudah menjadi isterinya. Tapi keberadaan Ryuu membuatnya menjadi sungkan dan malas. Apalagi sepanjang perjalanan, wajah anggota gangster itu terus-terusan cemberut. Memangnya ada apa? Akita tak paham. Sepertinya ia perlu bicara hati ke hati dengannya nanti.
"Apa kau perlu sesuatu?", tanya Akita pada Sofia yang duduk di sampingnya. Sementara Ryuu berada di sisi lain tempat duduknya.
"Tidak, aku baik-baik saja. Terima kasih", sahut Sofia sungkan.
Kembali sunyi, karena Akita tak menemukan kalimat lain untuk memancing percakapan dengan Sofia. Bukankah ini aneh? Sebelumnya, ketika status mereka masih sebagai mangsa dan predator, percakapan akrab dan hangat bisa mengalir begitu saja. Bahkan terkadang diselingi senyum dan tawa kecil. Mengapa kini setelah menjadi suami isteri malah jadi terkesan canggung?
Akita melirik Ryuu, apa dia tak merasa mengantuk? Matanya tetap terjaga sepanjang waktu. Padahal tak ada aktivitas apapun yang dia kerjakan selain sekali-kali melihat ke sekeliling ruang kabin pesawat. Entah apa yang tengah ia awasi.
Akita tak tahan bila hanya diam. Dengan perlahan ia mengambil telapak tangan Sofia dan tentu saja sebisa mungkin tanpa terlihat oleh Ryuu. Bukan sebab apa-apa, hanya malu.
Sofia terlihat sedikit tersentak, tapi kemudian ia hanya diam membiarkan. Kini wajahnya menghadap ke arah yang berlawanan dengan posisi Akita. Malu.
Sialnya hal itu hanya berlangsung beberapa detik, karena dari speaker terdengar pengumuman turbulensi yang mengharuskan mereka untuk segera memasang sabuk keselamatan. Ya Tuhan.. Kenapa harus sekarang?
Beberapa saat kemudian goncangan sudah mulai terasa. Dan saat terjadi satu goncangan yang cukup keras, Sofia sontak menggenggam tangan Akita. Sementara tangan yang lain meremas lengan Akita yang juga ia jadikan sebagai tempat untuk menyandarkan wajahnya. Akita malah tersenyum saat seharusnya gugup dan takut. Ya Tuhan.. Terima kasih, kau memang Maha Baik.
Akita duh nasibmu terancam
Akita malah bersyukur ada goncangan di pesawat, dapat pelukan tangan...
😘😘😘
👍👍👍
😄😄😄
😅😅😅
Ryuu sudah sangat bosan dengan genre romansa, saatnya genre HOROR & Baku Hantam ...!!!
Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya...
Jadi kena juga !!!!