Anaya tak pernah menyangka hidupnya sebagai seorang gadis yatim bisa berubah drastis dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan pria yang bahkan tak pernah terlintas di pikirannya.
Akmal, CEO muda yang tampan dan bergelimang harta, harus menelan pahitnya pengkhianatan saat calon istrinya membatalkan pernikahan mereka secara sepihak.
Takdir mempertemukan keduanya dalam ikatan yang awalnya hampa, hingga perlahan benih cinta mulai tumbuh. Namun, ketika kebahagiaan baru saja menyapa, bayang-bayang masa lalu datang mengancam, membawa badai yang bisa meruntuhkan rumah tangga mereka.
Mampukah Anaya mempertahankan cintanya? Ataukah masa lalu akan menghancurkan segalanya?
Baca kisahnya hanya di "Mendadak Jadi Istri Miliarder"
Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
°
°
°
Alfa yang sedang fokus dengan pekerjaannya, langsung terkejut dengan kedatangan bosnya, apalagi tiba-tiba pria itu mencengkram erat kerah kemejanya dan dengan nada serius memberikan ancaman. "Awas saja, kalau sampai kamu menjadikan istriku sebagai fantasi liarmu! Aku tidak akan memaafkanmu!"
"A-ampun, Bos! Mana mungkin saya berani. Saya hanya bercanda dan menggoda Bos saja, supaya cemburu. Itu saja, sueeerrr!" Alfa ketakutan melihat aura dingin bosnya yang seolah-olah ingin menelannya hidup-hidup.
Alfa tidak pernah melihat Akmal marah sebelumnya, dan dia tidak menyangka bahwa bosnya itu bisa memiliki ekspresi yang begitu menakutkan. Wajahnya yang biasa terlihat tampan dan ramah, sekarang terlihat dingin dan murka. Alfa bisa merasakan kemarahan bosnya yang memancar dari matanya, dan itu membuatnya merasa takut sekaligus bergidik ngeri.
"Ancamanku tidak main-main ya, Fa. Ingat itu...!" Usai berkata Akmal langsung pergi dari ruangan Alfa.
"Ternyata semengerikan ini Bos kalau sudah marah, padahal kalah tender saja tidak sampai begini. Tapi ini...? Wah, ternyata bos memang benar-benar sudah bucin sama si gadis manis itu, eeh...sama istrinya maksudnya." Alfa berkata dalam hati.
Kemudian Alfa menjatuhkan dirinya di kursi, mengacak rambutnya dengan kasar. "Aah, sial. Kenapa sih aku harus ketemu sama gadis manis itu? Jadi terbayang- bayang terus kan jadinya!" Alfa memukul meja lalu berdiri dan berjalan mondar-mandir di ruangannya sambil menggigit kuku-kuku jarinya.
Ia merasa frustasi selalu gagal mengenyahkan pikirannya dari sosok manis, wanita yang telah menjadi istri bosnya itu.
Sementara Akmal mulai tidak fokus pada pekerjaannya. Dia lalu membereskan pekerjaannya dan memasukkan ke dalam tas untuk ia kerjakan di rumah. Akmal memutuskan untuk pulang ke rumah, daripada kacau pikirannya.
Sesampai di depan ruangan Alfa, dia berhenti dan menoleh, "Pulanglah, tidak usah lembur," ucapnya. Kemudian melanjutkan langkahnya menuju lift yang akan membawanya ke lantai bawah.
°
Anaya dan Ersa telah sampai di rumah, namun keduanya dikejutkan dengan keberadaan seseorang yang tidak pernah mereka duga, bahkan tidak mereka inginkan kehadirannya.
"Hai, Nay! Apa kabar?" sapanya dengan tersenyum manis sambil melambaikan tangannya sok imut. Setidaknya itulah yang ditangkap oleh Anaya dan Ersa.
"Hai, juga. Ngapain ke sini? Sudah sembuh memang?" tanya Anaya sambil menelisik tamunya.
"Atau kamu masih belum puas membuat kekacauan di rumah orang?" Ersa menimpali. Dia merasa geram untuk tidak berkomentar.
"Kalian sepertinya tidak suka padaku, padahal aku datang dengan maksud baik," ucap gadis yang tidak lain dan tidak bukan adalah Khansa.
"Mengingat beberapa hari ke belakang, kamu membuat ulah di rumah ini, mana mungkin aku melupakannya begitu saja!" Anaya berkata seraya membuka pintu rumahnya lalu masuk ke dalam rumah diikuti oleh Ersa, sedangkan Khanza tidak mau ketinggalan mengekor di belakang Ersa.
Meski kehadiran Khanza membuat moodnya anjlok, tapi Anaya tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Ia tetap memperlakukan layaknya tamu yang harus tetap dihormati. Kecuali jika tamu nanti ngelunjak baru dia akan bertindak.
Anaya meraih ponselnya mengirim pesan pada suaminya.
^^^"Ada Khanza di rumah, sebaiknya Mas Akmal pergi ke mana gitu, atau bisa ke rumah Adzana."^^^
Tak lama kemudian centang dua biru, dan tampak Akmal mengetik balasan.
"Apa kau yakin? Bagaimana jika dia melakukan sesuatu?"
^^^Anaya pun membalas, "Ada Ersa di sini. Mas Akmal jangan khawatir."^^^
Akmal mengirim balasan."Baiklah, hati-hati dan selalu waspada. Dia bisa saja melakukan sesuatu yang tidak terduga."
^^^"Terimakasih, jangan lupa tersenyum dan selalu mencintaiku." Anaya tersenyum lalu mengirim balasan disertai emoticon hati.^^^
Akmal yang menerima balasan tersebut, membuat hatinya berbunga-bunga dan ingin rasanya ia melompat kegirangan untuk mengekspresikan kebahagiaan hatinya.
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Kamu chat-an sama siapa?" tanya Khanza yang penasaran melihat Anaya tersenyum sambil melihat ponselnya.
"Kepo...!" Anaya menjawab sembari memasukkan ponselnya ke saku blazer-nya.
Sedangkan Ersa yang duduk di kursi meja makan, berusaha menahan tawanya dan langsung menenggak minuman teh dalam botol kemasan.
Khanza yang mendengar jawaban Anaya, merespons dengan mengerucutkan bibirnya. "Iiih, pelit...!" ucapnya merajuk.
"Suka-suka aku lah. Lagipula kamu dibaikin juga ngelunjak!" Anaya kemudian duduk di kursi seberang Ersa dan ikut menyantap cemilan.
"Kak Akmal ke mana? Masa jam segini belum pulang kerja? Apa kamu tidak takut Kak Akmal mampir ke mana gitu?" tanya Khanza seraya menatap Anaya.
"Mas Akmal lembur, mungkin sampai malam baru pulang, jadi lebih baik kamu pulang, tidak usah menunggunya." Anaya menyarankan.
"Kenapa harus pulang, kan ini rumah Kak Akmal. Aku yakin dia tidak akan keberatan aku tinggal di sini lagi." Khanza menjawab dengan wajah polosnya membuat Anaya dan Ersa langsung memelototkan matanya bersamaan dengan mulutnya yang sedikit terbuka.
"Kamu tidak malu menjadi beban hidup orang lain? Memangnya Tuan Dodi sudah tidak sanggup menanggung hidupmu sampai kamu harus menumpang hidup di rumah orang lain?" tanya Anaya geram.
"Kenapa harus malu, aku kan adik sepupunya jadi wajar kalau aku tinggal sementara di sini," ucap Khanza tanpa sungkan.
Anaya menghela napas dalam-dalam berusaha mengendalikan emosinya. Dia tidak ingin terbawa emosi menghadapi Khanza yang bebalnya na'udzubillah itu.
"Khanza, Kak Akmal itu kan sudah berkeluarga. Lihatlah, bahkan keluarganya saja tidak ada yang merecokinya, lalu kenapa kamu yang orang asing malah seakan tidak merasa malu menempel padanya?" Ersa memberikan pendapatnya.
"Kamu siapa ikut campur urusanku? Kamu itu hanya orang luar, jadi tidak usah sok-sok'an menasehati. Atau jangan-jangan kamu juga diam-diam suka sama Kak Akmal, makanya kamu juga sering ke sini," cibir Khanza dan sukses memantik amarah Ersa.
Dia yang sedang dalam mood buruk, malah mendapat umpan seperti itu, maka meledak lah sudah. Dia menarik kaos Khanza dan mencengkeramnya erat disertai tatapan mata tajam.
"Apa kamu kata tadi? Aku suka sama Kak Akmal? Hahahaha... Kalau kamu mau tahu, Kak Akmal itu bekas guruku, dan aku sangat menghormatinya. Apalagi sekarang, setelah menjadi suami sahabatku!" Ersa berkata dengan berapi-api. Harga dirinya terasa terkoyak, niat baiknya diabaikan.
"Dan aku wanita yang punya harga diri, jadi pantang bagiku menjadi pelakor, apalagi menikung sahabatku sendiri. Tidak ada dalam kamus hidupku," ucap Ersa penuh penekanan.
Usai berkata Ersa langsung melepaskan cengkeramannya disertai dorongan sehingga membuat Khanza sedikit terhuyung.
Khanza terkejut, tidak menyangka sahabat Anaya itu lebih bar-bar dan sangat kuat tenaganya. "Sia*lan...kenapa teman Anaya tenaganya kuat sekali?" Khanza menggeleng lemah.
"Khanza, sebenarnya mau kamu itu apa? Tidakkah kamu sadar bahwa tindakanmu ini tidak baik?" ucap Anaya lembut.
"Bagaimana jika posisi kita dibalik? Kamu di posisi aku dan aku berada di posisimu. Apakah kamu akan dengan suka rela membiarkan aku masuk ke dalam rumahmu, dan berusaha merebut suamimu?"
°
°
°
°
°
Maaf, bawaannya curiga kalau sama Khanza🧐🤭🙂🙃
mau ngumpat khanza dosa gk sih🤭🤔
nanti jadi bumerang.