NovelToon NovelToon
Hidden Alliance

Hidden Alliance

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Di dunia yang penuh intrik dan kekuasaan, Liora, seorang wanita penerjemah dan juru informasi negara yang terkenal karena ketegasan dan sikap dinginnya, harus bekerja sama dengan Darren, seorang komandan utama perang negara yang dikenal dengan kepemimpinan yang brutal dan ketakutan yang ditimbulkannya di seluruh negeri. Keduanya adalah sosok yang tampaknya tak terkalahkan dalam bidang mereka, tetapi takdir membawa mereka ke dalam situasi yang menguji batas emosi dan tekad mereka. Saat suatu misi penting yang melibatkan mereka berdua berjalan tidak sesuai rencana, keduanya terjebak dalam sebuah tragedi yang mengguncang segala hal yang mereka percayai. Sebuah insiden yang mengubah segalanya, membawa mereka pada kenyataan pahit yang sulit diterima. Seiring waktu, mereka dipaksa untuk menghadapi kenyataan. Namun, apakah mereka mampu melepaskan kebencian dan luka lama, ataukah tragedi ini akan menjadi titik balik yang memisahkan mereka selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Komandan Dan Bau Cinta

"Aku bisa mendengarnya," sahut Darren dengan nada datar, meskipun sebenarnya ada nada canda tersirat di dalamnya, meski raut wajahnya tampak serius seperti biasanya.

Darren menarik napas panjang, membiarkan udara dingin malam meresap ke dalam paru-parunya. Pandangannya sesekali melirik ke arah Liora, yang terlihat begitu tenang sambil menyesap tehnya. Tatapan Darren penuh makna, sulit diterjemahkan, seperti ada beban yang ingin diungkapkan namun terhalang oleh sesuatu. Liora, dengan insting tajamnya, menangkap hal itu tanpa perlu Darren berkata-kata.

"Tidak ada yang melarangmu untuk bercerita," ucap Liora tiba-tiba, dengan nada tenang namun penuh keyakinan. Darren tertegun mendengar ucapan itu. Ia sempat terdiam sejenak, merasa heran sekaligus kagum dengan kemampuan Liora yang seolah mampu membaca isi pikirannya tanpa ragu.

"Benarkah?" tanya Darren, kali ini dengan nada yang sedikit lebih hangat. Ada binar kecil di matanya yang menunjukkan kelegaan. Liora, yang biasanya dingin, mengangguk pelan. Pandangan matanya, yang biasanya tajam, perlahan melunak, membuat suasana menjadi lebih santai.

Darren, yang sejak tadi memegang foto kecil di tangannya, akhirnya memberanikan diri untuk membalikkan foto itu sehingga terlihat dengan jelas. Liora memandang foto itu dengan penuh perhatian, matanya mengamati setiap detail gambar yang ada.

"Itu pasti saudaramu," ujar Liora tanpa basa-basi. Darren, yang tidak menyangka akan tebakan seakurat itu, menatap Liora dengan ekspresi kaget bercampur tak percaya. Bagaimana mungkin Liora bisa menebaknya dengan begitu tepat? Ia mulai berpikir bahwa wanita ini mungkin lebih dari sekadar jenius biasa.

"Aku mulai memahami caramu berpikir. Kau benar-benar pandai menebak," ujar Darren dengan nada serius, nyaris seperti sedang memberikan penghargaan. Namun, Liora hanya berdecak kecil, seolah enggan memperpanjang pembicaraan. Meski begitu, rasa penasaran dalam diri Liora tetap ada, terutama ketika ia melihat Darren menatap foto itu dengan begitu dalam.

Dalam foto kecil itu, tampak tiga anak kecil yang saling berpelukan dengan wajah bahagia. Anak laki-laki yang berada di tengah tampak lebih besar dan terlihat melindungi dua anak perempuan yang lebih muda dan mungil. Wajah mereka mirip satu sama lain, nyaris tak ada bedanya.

"Kau punya masalah dengan mereka?" Liora bertanya dengan nada dingin namun langsung ke inti. Pertanyaan itu membuat Darren terdiam sesaat, pandangannya semakin lesu. Akhirnya, ia mengangguk kecil, lalu berkata, "Hm, tapi hanya dengan satu di antara mereka."

Nada suaranya terdengar berat, dan matanya memandang foto itu dengan rasa penyesalan yang mendalam. Liora, yang sedari tadi mengamatinya, tetap mempertahankan sikap tenangnya.

"Aku tidak ingin tahu terlalu banyak soal masalahmu. Tapi satu hal yang pasti, saudaramu sangat cantik," ujar Liora dengan nada datar, tanpa sedikit pun menunjukkan senyuman. Darren, yang mendengar itu, tersenyum kecil, merasa sedikit terhibur meskipun hatinya masih berat.

"Adik kembarku memang cantik, sama sepertimu," ujar Darren spontan, tanpa ragu. Liora menatapnya sekilas, namun tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Kalimat itu baginya hanyalah ucapan biasa dari seorang lelaki, yang sering kali keluar tanpa makna.

Darren memperhatikan Liora yang tetap tenang dan tak terpengaruh sedikit pun oleh ucapannya. Dalam hati, ia mengakui bahwa Liora adalah wanita yang sangat sulit didekati, hampir seperti sosok yang tidak tersentuh oleh apa pun.

Saat malam semakin larut, Liora berdiri dan menepuk punggung Darren dengan ringan. "Beristirahatlah. Besok akan menjadi hari yang jauh lebih melelahkan," ucapnya singkat sebelum melangkah pergi.

Darren menatap punggung Liora yang perlahan menjauh dalam kegelapan. Sebuah senyum kecil tersungging di wajahnya. "Terima kasih," gumamnya pelan, meskipun Liora mungkin sudah tak lagi mendengarnya.

Keesokan harinya, seluruh tim kembali bersiap untuk melanjutkan aktivitas mereka. Pagi itu, cuaca sangat cerah, dengan sinar matahari yang hangat namun tidak terlalu menyengat. Udara pagi terasa segar, memberikan semangat baru bagi siapa saja yang merasakannya. Tim Darren sudah memutuskan bahwa hari ini mereka akan memulai pengamatan sekaligus penjelajahan yang telah direncanakan sebelumnya.

Area perjalanan yang mereka tuju sudah terlihat. Ketiganya berjalan bersama, langkah mereka santai namun tetap penuh kewaspadaan, mengingat medan yang mereka hadapi tidaklah mudah. Jalanan di depan mereka terlihat lebih menantang dari biasanya, efek dari badai yang melanda malam sebelumnya. Pohon-pohon kecil dan tumbuhan tampak berjatuhan berserakan di sepanjang tanah. Permukaan tanah menjadi lembek, penuh lumpur, sehingga menyulitkan setiap langkah.

Liora, yang berada di barisan depan, berjalan dengan tenang sambil tersenyum tipis. Udara pagi yang begitu segar terasa sangat menyenangkan baginya. Ia menikmati setiap tarikan napasnya, membiarkan kesejukan itu mengisi paru-parunya. Sesekali, ia berhenti sejenak untuk memperhatikan bunga-bunga yang bermekaran di sepanjang perjalanan. Bunga-bunga itu terlihat begitu menarik dan indah dengan kelopaknya yang masih basah oleh embun pagi. Namun, meskipun ia terpesona, Liora memilih untuk tidak menyentuh bunga-bunga tersebut, cukup menikmatinya dari kejauhan.

Sementara itu, Andes yang berjalan di samping Darren, menyenggol lengannya perlahan. Darren, yang sejak tadi tampak begitu fokus mengamati jalanan di depan mereka, segera menoleh dengan tatapan bertanya, menunggu penjelasan dari Andes.

"Ada apa? Kau menemukan sesuatu?" tanya Darren singkat, nada suaranya menunjukkan keseriusan. Andes, yang merasa pertanyaannya tidak sesuai dengan maksudnya, berdecak pelan sambil memiringkan bibirnya.

"Bukan itu, Komandan. Lihat dia," jawab Andes, sambil memberikan isyarat kecil dengan gerakan matanya. Ia melirik ke arah Liora, yang masih berdiri diam di depan sebuah bunga yang bermekaran dengan begitu indah.

Darren mengalihkan pandangannya ke arah yang dimaksud Andes. Matanya terhenti ketika melihat Liora yang tampak terpaku di depan bunga-bunga itu. Sesaat, ia memperhatikan Liora dengan lebih saksama. Ada sesuatu dalam sosok Liora yang memancarkan ketenangan, meskipun suasana di sekitar mereka terlihat kacau.

"Tunggu sebentar," ucap Darren kepada Andes, seolah meminta waktu untuk sesuatu yang lebih penting. Andes mengangkat alis, lalu menatap Darren yang perlahan melangkah mendekati Liora.

Andes, yang kini berdiri sendirian, menyandarkan tangannya ke pinggang. Ia mengamati Darren yang berjalan ke arah Liora dengan langkah yang cukup hati-hati. Sambil menggelengkan kepala, Andes mulai bergumam kepada dirinya sendiri.

"Ehem, ada aroma-aroma cinta di sini, ya. Kalau menurutku, mereka berdua memang cocok," katanya dengan nada setengah berbisik, meskipun tidak ada orang lain di dekatnya. Ia melirik Darren dan Liora bergantian, seolah sedang menilai kecocokan mereka.

"Coba pikirkan. Komandan utama yang brutal dan penuh perhitungan, dipasangkan dengan juru informasi yang dingin dengan tatapan mata yang tajam seperti itu? Hm, kalau mereka punya anak, tidak tahu akan jadi sehebat apa." Andes menggigil kecil sambil tersenyum geli, membayangkan skenario itu di dalam pikirannya. Sementara itu, ia kembali memperhatikan Darren yang kini sudah berada lebih dekat dengan Liora, mencoba mengartikan apa yang sebenarnya sedang terjadi di antara mereka.

1
revasya alzila
ditunggu kelanjutannya thor
revasya alzila
Keren sih menurutku
revasya alzila
keren ceritanya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!