Masa depan bisa berubah, itulah yang di alami seorang pemuda yang masih duduk di kelas 12 sma, karena menolong seorang siswi dari sekolah lain yang dia lihat di dalam mimpinya tertabrak mobil di persimpangan, dia harus di keluarkan dari sekolah dan di paksa menikahi siswi itu karena terlibat skandal.
Tapi ketika dia hidup bersama istrinya dan berada di dalam bahaya, dia mengetahui kalau kemampuan melihat masa depannya adalah sebuah sistem yang sudah menyertai dirinya sejak dia lahir. Berkat sistem itu, dia berhasil membawa istrinya melarikan diri ke ibukota.
Di sanalah dia baru mengerti asal usul dirinya juga istrinya. Dia memulai hidupnya di ibukota setelah mengetahui siapa dirinya, dia juga berniat menuntut balas kepada orang yang membuat dirinya sendirian tanpa keluarga dan yang mencelakai orang orang terdekat nya termasuk teman masa kecil nya. Ikuti terus kisahnya.
Genre : fiksi, fantasi, drama, sistem, komedi, tragedy.
Mohon like dan komen ya. khusus dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
“Jegjez,” kereta pun berhenti, Adam dan Aulia turun dari kereta kemudian berjalan keluar dari stasiun, ketika sudah di luar, keduanya tertegun,
“Whoaaah,”
Mereka melihat suasana ramai ibukota dimana jalan jalan penuh dengan kendaraan, banyak pejalan kaki yang berjalan di trotoar, banyak penjaaja makanan di sekitar stasiun yang menawarkan dagangan mereka dan banyak juga para pengemudi jasa antar yang melambaikan tangan pada mereka.
“Jadi ini ya ibukota,” ujar Adam.
“Wah belum apa apa saja aku sudah pusing melihat keramaian ini,” balas Aulia.
“Kita harus cari tempat tinggal dulu, untuk sementara kita cari indekos dekat sini,” ujar Adam.
“Iya, aku setuju, cari yang bisa pasutri, jangan dua kamar, boros,” ujar Aulia.
“Aku ngerti, coba cari di internet (sadar) oh ga punya sim card ya, lupa,” ujar Adam.
“Coba tanya tanya aja yuk,” balas Aulia.
Akhirnya keduanya mulai bertanya tanya, banyak yang membantu mereka dan menunjukkan daerah indekos kepada mereka. Setelah berjalan cukup lama, mereka sampai di sebuah komplek ruko yang berbatasan dengan pusat grosir di daerah utara kota, di belakang pusat grosir ternyata banyak sekali indekos yang bisa untuk suami istri dan karyawan. Mereka masuk ke salah satu ruko gandeng yang bertuliskan kos di pagarnya. Setelah di dalam, mereka bertemu dengan seorang ibu paruh baya.
“Maaf bu, apa masih ada kamar di sini ?” tanya Adam sopan.
“Oh mau ngekos ya, udah booking belum ?” tanya sang ibu.
“Belum bu, kita baru datang dari luar kota,” jawab Adam.
“Ada sih (melihat Adam dan Aulia di depannya) dua kamar juga bisa,” balas sang ibu.
“Satu kamar saja bu, kita pasutri,” balas Adam.
“Hah...kalian pasutri ? (mengamati keduanya sekali lagi) masih muda banget, bohong ah,” ujar sang ibu.
“Benar bu, ini buktinya,” ujar Aulia sambil mengambil buku nikah mereka yang dia taruh di tas nya.
Setelah melihat surat nikahnya, sang ibu kembali mengamati keduanya dengan wajah yang sangat ragu.
“Kalian tidak kawin lari atau bermasalah kan ? saya ga mau kos kosan saya jadi masalah nanti,” ujar sang ibu.
“Tidak bu, kita resmi menikah,” ujar Adam.
“Ya udah, ayo ke kamar nya, berarti yang dobel bed kan,” ujar sang ibu.
“Um...iya bu,” balas Aulia.
Mereka berjalan mengikuti sang ibu naik ke lantai tiga, setelah itu sang ibu menunjukkan kamar mereka dan membuka pintu nya, ketika melihat ke dalam, ternyata kamar itu cukup luas dengan ukuran 4 x 3 meter dan posisi nya pas di hook ujung. Ada kamar mandi khusus shower dan toilet yang tidak terlalu besar, ranjang dobel bed, satu lemari kecil dan satu meja di sebelah ranjang.
“Berapa sewa nya bu ?” tanya Adam.
“2 juta sebulan karena pakai AC dan deposit 1 juta, listrik pakai token bayar sendiri ya,” jawab sang ibu.
Adam menarik kedua amplop coklatnya dari dalam tasnya dan menghitung uang di dalam nya, kemudian dia mengambil uangnya dan memberikannya pada sang ibu,
“Kita bayar langsung setengah tahun ya bu, ini 12 juta tambah deposit 1 juta, total 13 juta,” ujar Adam memberikan uangnya.
“Hah...kalian langsung enam bulan ?” tanya sang ibu kaget walau tetap menerima uangnya.
“Iya bu, boleh kan ?” tanya Adam.
“Oh boleh boleh, trus ada barang yang mau di masukin lagi ga ?” tanya sang ibu.
“Ga ada sih bu, bawaan kita hanya yang kita bawa aja,” jawab Adam.
“Oh ya udah, semoga betah ya,” balas sang ibu.
“Iya bu, makasih ya bu,” ujar Adam.
Setelah itu, keduanya masuk ke dalam kamar, “pip,” Adam menyalakan AC nya menggunakan remote yang di gantung di dinding tepat di sebelah pintu.
“Nah sekarang istirahat dulu, besok kita mulai cari kerja,” ujar Adam.
“Iya, tapi kenapa kamu langsung ok aja ? ga mau liat di tempat lain dulu ?” tanya Aulia.
“Di sini nyaman kan, nanti kalau banyak pilihan malah mabok,” jawab Adam.
“Hmm bener juga sih, ya udah, aku berberes dulu ya,” balas Aulia.
“Aku bantu,” balas Adam.
“Awal yang mulus, semoga kedepan nya tetap mulus,” ujar Aulia.
“Iya, semoga,” balas Adam.
Keduanya mulai sibuk membuka koper dan tas mereka kemudian memasukkan pakaian mereka ke dalam lemari. Setelah selesai, keduanya berbaring di ranjang untuk beristirahat, Aulia melihat smartphone nya yang tidak memiliki sim card.
“Dam, kita harus beli sim card baru kan ?” tanya Aulia.
“Oh iya, mau keluar ? tadi di deretan sini ada konter hp kan ? kita kesana dulu yuk bentar,” ujar Adam yang kembali duduk di ranjang.
“Iya deh yuk, sekalian beli makanan ya,” ujar Aulia.
“Sip, aku juga udah mulai lapar,” balas Adam.
“Hehe sama,” balas Aulia.
Keduanya kembali berdiri dan berjalan ke pintu kamar, tapi ketika Adam ingin membuka pintu, “tok...tok...tok,” pintu kamar mereka di ketuk, Adam membuka pintunya dan melihat sepasang suami istri di balik pintu,
“Tetangga baru ya ?” tanya sang istri.
“I..iya, baru masuk hari ini,” jawab Adam.
“Kenalin saya Budi, ini istri saya Hani, kita di kamar sebelah, salam kenal ya,” ujar Budi sang suami sambil menjulurkan tangannya.
Adam menjabat tangan Budi kemudian memperkenalkan diri mereka kepada Budi dan Hani, setelah itu, keduanya keluar dari kamar,
“Kalian masih muda banget ya, kalian mau cari kerja atau sekolah ?” tanya Budi.
“Kita mau cari kerja mas, ada kerjaan ga ? kita baru dateng banget soalnya,” tanya Adam.
“Hmm kerjaan ya, coba besok ku tanya ke bos, aku kerja sebagai juru masak di restoran, kalau istri ku jadi spg toko baju di pusat grosir depan,” ujar Budi.
“Iya bener (melihat Aulia) kamu mau ga kerja di toko ? nanti saya tanyain,” ujar Hani.
“Boleh mba, kalau ada mau,” balas Aulia.
“Ok, besok saya tanyain ya, ngomong ngomong kalian kakak adik ya ?” tanya Hani.
“Um...kita suami istri,” ujar Adam.
“Hah,” ujar Budi dan Hani kaget.
“Ah yang bener,” ujar Budi tidak percaya.
“Bener mas, ada bukti buku nikah nya kok,” balas Adam.
“Wah masih muda banget ya, kayak kita dulu, iya ga Bud,” ujar Hani.
“Haha iya, kalian umur berapa 17 ? 18 ?” tanya Budi.
“18 mas, dia juga,” jawab Adam sambil menunjuk Aulia di sebelahnya.
“Wah sama, kalian kawin lari ya ? atau kabur ?” tanya Budi.
“Um ceritanya panjang mas, tapi ya kira kira gitu deh,” jawab Adam.
“Hahaha sama, kita juga dulu kabur ya Han, tapi yah ga usah di bahas deh, udah ya, aku mau siap siap dulu, masuk sore soalnya,” ujar Budi yang berbalik kemudian masuk ke dalam kamar di sebelah.
“Iya mas (menoleh melihat Hani) mba Hani juga ?” tanya Adam.
“Aku baru aja pulang, baru selesai shift nya, gantian ama mas Budi,” jawab Hani.
Adam dan Aulia melihat Hani masih nampak rapi dan sepertinya benar dia baru pulang dari pekerjaan nya. Kemudian Adam menoleh memeriksa sekeliling,
“Mba, di sini sepi ya ?” tanya Adam.
“Iya, lantai tiga cuman ada kita, sewanya lebih mahal dari tempat lain, tapi ya enak gini sih daripada rame, berisik, tempat kos ku dulu penuh dan agak kurang nyaman karena banyak pasutri juga dan berantem mulu tiap hari,” jawab Hani.
“Oh gitu, berarti di sini mahal ya,” ujar Adam polos.
“Jeduk,” Aulia menyikut Adam, kemudian cemberut sedikit ketika melihat Adam menoleh melihat wajahnya.
“Iya sori,” ujar Adam.
“Ya udah, lain kali jangan,” balas Aulia.
“Kenapa ?” tanya Hani bingung.
“Enggak apa apa mba hehe,” jawab Aulia.
“Ya udah ya, aku bantu mas Budi dulu di dalem, nanti kita terusin ngobrol nya,” ujar Hani berbalik.
“Iya mba,” balas Adam.
“Klap,” Hani masuk ke dalam kamarnya, Adam melihat Aulia yang terlihat masih sedikit cemberut,
“Sori Lia, lain kali liat liat dulu deh,” ujar Adam.
“Ga apa apa, tapi lain kali kita diskusi dulu ya, jangan langsung ambil keputusan sendiri, kita ini suami istri kan, kita sama sama,” ujar Aulia.
“Oh kamu marahnya karena itu, ku pikir karena kemahalan,” balas Adam.
“Ya itu juga, karena ga diskusi jadi kemahalan, buang buang duit,” balas Aulia.
“Iya sori, tapi kamu cakep ya kalo cemberut hehe,” rayu Adam.
“Huh...jangan gombal ah, tapi makasih hehe,” balas Aulia malu malu.
Akhirnya keduanya bergandengan tangan dan turun ke bawah untuk membeli sim card di toko hp yang berada di deretan indekos mereka.