PSIKIATER, PSIKOPAT Dan Pengkhianatan
Miko membuka laptopnya. Ia mengetik sebuah nama di program internet untuk pencarian data. Ia menuliskan nama ‘Morino Stenell, pengacara’.
Beberapa jam sebelumnya, Miko mendapat telepon dari seseorang yang ingin berkonsultasi tentang penyakit kejiwaan yang di derita istrinya belakangan ini.
Nama si penelpon ternyata adalah Morino Stenell. Miko tidak asing dengan nama itu. Ternyata memang ia adalah Pengacara terkenal.
Beberapa teman-teman wanita Miko pernah membicarakannya. Karena ketampanan dan kharisma pria itu membuat wanita berkhayal untuk sekedar melihatnya dari jarak dekat.
Di layar laptop Miko, sebuah artikel terbuka tentang seorang pengacara yang sudah menangani banyak kasus. Morino juga menjabat sebagai pemilik beberapa perusahaan besar.
‘Ternyata istrinya memiliki gangguan mental?’ batin Miko masih di depan laptopnya.
Pria sukses ini hampir memiliki segalanya. Kesuksesannya di karir sebagai Pengacara terkenal dan juga pengusaha beberapa perusahaan membuat semua orang memandangnya sebagai pria paling beruntung.
Tetapi ada yang orang lain tidak tahu tentang salah satu sisi dirinya. Salah satu yang orang lain bahkan tidak membayangkan sebelumnya,
Anabella, Istrinya saat ini tengah mengalami gangguan mental.
Di dalam mobil.
“A-apa kita perlu kesini?” tanya wanita berkulit putih kemerahan pada pria di sebelahnya yang memegang kemudi.
Pria itu, wajahnya dingin. Tak ada senyum sedikitpun di parasnya yang tampan.
“Ya” jawab Morino singkat sambil terus memandangi rumah-rumah yang dilaluinya. Sesekali pria itu melihat ponselnya yang berisi alamat seorang psikiater.
Akhirnya mereka berhenti di depan sebuah rumah. Tidak terlalu besar atau kecil. Hanya ada pagar kayu yang membatasi jalan dan halaman rumah. Terlihat sederhana namun asri, dengan beberapa tanaman gantung yang membuat sejuk. Catnya berwarna cream dengan jendela agak besar di sisi dindingnya.
Mereka berdua turun dari mobil sedan mewahnya. Membuat beberapa anak di kota itu tercengang. Sebagiannya sangat ingin menyentuh mobil ‘mentereng’ berwarna merah itu barang sedikit saja.
Tapi tatapan pria si pemilik mobil berhasil membuat anak-anak polos itu berlari menghindar.
Setelah keduanya melewati pagar kayu, memencet bell, dan menunggu. Akhirnya seorang wanita keluar dari balik pintu.
Anabella melebarkan senyum menatap wanita paruh baya di bibir pintu. “Maaf, kami ingin bertemu Nyonya Miko. Aku Anabella dan ini suamiku. Kami sudah membuat janji dengan Nyonya Miko” katanya sopan.
“Ah, Tuan dan Nyonya Stenell, Silakan masuk. Nyonya Miko sudah menunggu di dalam” sapa wanita setengah tua dengan badan gempal dan tubuh tidak terlalu tinggi, kemudian menuntun mereka berdua memasuki rumah tersebut.
Tak lama berselang, seorang wanita berparas manis, berkulit putih menghampiri mereka. Penampilannya menandakan ia seorang wanita cerdas dan terpelajar.
“Anda pasti Tuan dan Nyonya Stenell?” Miko langsung menjulurkan tangan untuk berjabat. Wajahnya semakin menarik seiring wajahnya yang tertarik senyum.
“Morino Stenell, dan ini istriku Anabella” sapa suara berat pria bertubuh tegap itu, tatapannya agak dalam dan misterius.
‘Yah, dia memang tampan. Andai saja teman-temanku tahu, bahwa pria ini ada di depanku. Mungkin mereka akan membully-ku karena iri’ batin Miko.
Naluri wanitanya menguap melihat penampakan Morino, tapi ia harus menutupinya dengan sikap profesional seorang Dokter.
Wanita di sebelah Morino tampak sedikit putih atau lebih tepatnya pucat. Wajahnya menyiratkan sesuatu kepedihan yang tengah di simpannya. Tapi ia tetap memaksakan senyumnya ketika memperkenalkan diri pada Dokter ahli jiwa di depannya.
“Silahkan duduk” ajak Miko.
Mereka duduk di sofa kulit berwarna coklat muda. Miko duduk sopan dengan kaki menyilang dan tumpukan kertas note book diatas pahanya seolah siap dengan pekerjaannya.
“Seperti kesepakatan kemarin. Aku akan bertanya pada anda berdua hari ini. Tapi mulai besok aku akan mengajukan pertanyaan pada Nyonya Anabella kemudian pada Tuan Morino di hari setelahnya” dengan senyum lebar sang psikiater menjelaskan.
Mereka menjelaskan perkara yang dialami Anabella. Wanita itu kerap berhalusinasi. Emosinya juga terkadang di luar kendali. Sempat beberapa kali mencoba menyakiti dirinya sendiri.
Miko mencoba menanyakan tentang masa lalu Anabella, dengan pendekatan yang benar-benar hati-hati.
Namun penjelasan Anabella justru membuat Miko sedikit memicingkan matanya. Karena masa lalu Anabella sangat menyenangkan dan bahagia.
Kasus ini menjadi unik dan membuat Miko sedikit tertarik. Ia memang menyukai sedikit tantangan.
Miko beralih ke Morino. Pria dengan wajah dinginnya.
“Maaf Tuan Morino. Kalau boleh aku tahu. Berapa lama usia pernikahan kalian?”
“Hampir satu tahun” jawab Morino tenang dengan menyender di sandaran sofa.
Kaki pria itu juga menyilang, dengan sebelah tangan bertumpu pada lengan sofa dan jemari yang berada di dagunya sedikit menghalangi bibirnya. Tapi tatapannya begitu tegas dan agak tajam.
“Maaf, Dok. Keberatan jika aku merokok?” tanya Morino yang sudah mengeluarkan rokok dari saku jasnya.
“Ah, silakan saja. Buat diri anda nyaman” ucap Miko.
“Um, bagaimana dengan anak?” tanya Miko lagi.
“Justru itu. Aku khawatir istriku mengalami depresi karena belum memiliki keturunan hingga saat ini” ungkap pria itu sambil mengepulkan asap tipis dari sela bibirnya.
Anabella hanya melirik kearah suaminya.
Akhirnya setelah hampir dua jam kurang. Sesi konsultasi berakhir.
Tidak banyak yang bisa Miko simpulkan di hari pertama konseling dengan pasangan tersebut. Tetapi kemungkinan besar kesimpulan sementara yang bisa diambil Miko secara garis besar adalah, Anabella mengidap depresi berat dan khawatir mengarah ke skizofrenia. Tetapi instingnya mengatakan depresi itu bukan karena Anabella belum memiliki anak. Ada sesuatu hal lain yang membuat wanita itu mengalami tekanan.
Hari kedua, Miko hanya mendapati sedikit keluhan dari sang pasien. Anabella lebih sering menangis dan diam. Wanita itu memang tengah mengalami depresi. Tetapi Miko belum dapat menguak apa penyebab depresi wanita itu. Karena ia sering bimbang antara halusinasi dengan kenyataan.
Anabella sering merasa takut pada seseorang. Ia ingin menghindari orang tersebut tapi sepertinya orang yang ditakuti Anabella terus mengejarnya.
Akhirnya hari ketiga sesi konsultasi mereka. Miko juga tidak mendapat banyak hasil dari pertanyaan-pertanyaannya pada Morino. Yang ia dapat, Anabella masih sering berada di dalam halusinasinya.
Justru Morino lebih banyak berbincang mengenai hal lain ketika berdiskusi dengan Miko.
“Dokter, apa anda tinggal sendiri?” tanya Morino di sesi konselingnya. Pria itu duduk bersandar dengan tangan bertumpu pada lengan sofa. Sebagian jemarinya hampir menutup bibirnya.
“Ya, aku tinggal sendiri”
“Apa kau tidak kesepian?” tanya pria itu lagi. Kini ia menyingkirkan jemari itu. Bibir tipis pria itu terlihat jelas sekarang.
“Um. Maaf Tuan Morino, tapi bukankah kita sedang membahas istri anda?”
“Ya, aku tahu. Tapi apa berarti tidak boleh sama sekali keluar dari pembicaraan itu?”
Miko menghela nafas. Ia tak sanggup menatap lama-lama wajah pria itu. Entah karena tampannya atau aura yang sedikit mengerikan. Tatapannya begitu dalam dan jeli.
“Bukan begitu maksudku. Maaf, tapi bisakah kita fokus dulu di masalah ini?”
Akhirnya Morino menyetujui Miko.
Sisa hari selanjutnya hanya Anabella yang akan berkonsultasi dengan Miko.
“Nyonya Anabella. Jika ada yang ingin anda ungkapkan. Maka sekaranglah waktunya anda mengungkapkan semuanya. Bicaralah, Nyonya”
“A-aku, tidak bisa, Dokter!” tiba-tiba Anabella menangis lagi.
“Nyonya, dengarkan aku. Coba tutuplah mata anda. Hirup udara perlahan, kemudian hembuskan pelan. Sampai anda benar-benar tenang, anda bisa menceritakan semua hal padaku dengan mata tertutup” bujuk Miko sambil menggenggam jemari Anabella yang agak dingin.
Anabella mengikuti instruksi terapisnya. Setelah hembusan nafas yang kedua,
“Dia-dia akan menyiksaku!” ucapnya disela isak tangisnya dengan mata terpejam.
“Dia itu siapa?” Miko mendekatkan tubuhnya ke Anabella.
...* * *...
...Alow para reader yang selalu membuat othor semangat....
...Ini cerita othor selanjutnya. Mudah2an para reader suka yah. ...
...Othor minta dukungannya ya biar tetep semangat....Saran, kritik dan masukan yang membangun selalu othor terima dengan terbuka. ...
Salam hangat dari Othor...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Pelangi Senja
hadir Thor, karya mu sungguh luar biasa.
2024-12-13
1
🌸ReeN🌸
baru mampir thor, kayanya menarik nih cerita tentang pspikopat.... semangat thor 💪🏽💪🏽💪🏽
2024-12-13
1
𝐌𝐚𝐮𝐫𝐚.
Woahh😍👍Saya suka psikopat story
2024-12-12
2