"Tidak semudah itu kamu akan menang, Mas! Kau dan selingkuhanmu akan ku hancurkan sebelum kutinggalkan!"
~Varissa
_____________________
Varissa tak pernah menyangka bahwa suami yang selama ini terlihat begitu mencintainya ternyata mampu mendua dengan perempuan lain. Sakit yang tak tertahankan membawa Varissa melarikan diri usai melihat sang suami bercinta dengan begitu bergairah bersama seorang perempuan yang lebih pantas disebut perempuan jalang. Ditengah rasa sakit hati itu, Varissa akhirnya terlibat dalam sebuah kecelakaan yang membuat dirinya harus koma dirumah sakit.
Dan, begitu wanita itu kembali tersadar, hanya ada satu tekad dalam hatinya yaitu menghancurkan Erik, sang suami beserta seluruh keluarganya.
"Aku tahu kau selingkuh, Mas!" gumam Varissa dalam hati dengan tersenyum sinis.
Pembalasan pun akhirnya dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Derajat pelakor
Retno meremas kedua tangannya dengan gelisah. Sementara, Ratna adiknya terus saja memalingkan wajah dari menantu sang Kakak.
"Mama sama Tante, kenapa? Kok mendadak diam begini? Padahal, tadi aku dengar, kalian lagi ketawa-ketawa."
"Tadi, kamu dengar pembicaraan Mama sama Tante kamu?" Akhirnya, Retno memberanikan diri untuk bertanya daripada menerka-nerka tidak jelas.
Varissa mengangkat kedua alisnya. Ia berpura-pura tidak mengetahui apa-apa. "Nggak. Memangnya, Mama sama Tante lagi bicarain apa?"
Dada Retno dan Ratna langsung plong. Keduanya tak tahu saja bahwa yang sedang mereka hadapi adalah orang yang jauh lebih pintar berpura-pura dibanding mereka.
"Tadi, Tante sama Mama kamu lagi bahas koleksi berlian Bu Indah yang terbaru. Bagus-bagus loh, Va!" sambar Ratna sambil memegang kedua tangan Varissa. Senyum sok baik ia perlihatkan. Pertanda bahwa ucapannya barusan merupakan sindiran halus agar Varissa mau membelikannya berlian itu.
"Iya, Va! Mama ada naksir satu cincin berlian. Bagus banget deh! Bisa kredit 6 bulan loh!" imbuh Retno yang berpindah tempat duduk. Dua wanita itu saat ini sedang duduk mengapit Varissa dengan rayuan maut yang coba mereka lontarkan.
"Terus, kenapa Mama nggak beli aja?" tanya Varissa yang berpura-pura tidak peka. Padahal, jika dirinya adalah Varissa yang biasa, maka sudah pasti dia akan meminta Ibu mertuanya itu untuk membeli berlian tersebut menggunakan kartu debit yang Varissa miliki.
"Itu dia. Mama nggak punya uang sama sekali. Bisnis Papa juga lagi nggak lancar. Jadi, ya begitu. Cuma bisa nelan ludah aja," jawab Retno dengan wajah memelas.
"Kamu beliin lah buat Mama kamu, Va! Harganya nggak mahal, kok! Cuma 120 juta aja. Sekalian, Tante juga mau. Tapi, uang Tante cuma ada 70 juta. Sisanya, kamu yang tambahin, ya! Gimana?" bujuk Ratna tak mau kalah.
Varissa tersenyum kecil. Ia menatap wajah Retno dan Ratna secara bergantian lalu berkata, "Maaf, Ma! Maaf, Tante! Va bukannya nggak mau beliin. Tapi, tabungan Va juga udah mulai menipis. Kalau bisa, Mama sama Tante bayar kredit aja."
"Kamu yang mau bayarin?" tanya Ratna dengan mata berbinar.
"Bayar masing-masing aja, Tan. Va udah bilang nggak punya uang, kan? Atau, kalau emang kalian juga nggak ada uang, mending jangan dipaksain beli. Ujung-ujungnya, malah dapat susah nantinya."
Wajah Retno dan Ratna mendadak masam. Ratna bahkan melepaskan kedua tangan Varissa dengan kasar lalu memutar posisi duduknya menjadi membelakangi Varissa.
"Kalau memang nggak niat beliin, nggak usah pakai alasan sok nggak punya uang. Dasar pelit!" sungut Ratna angkuh.
"Mama mau ke belakang dulu nyiapin makan siang. Tika bentar lagi pulang soalnya. Kamu, kalau mau masih disini, duduk aja. Kalau mau pulang, juga nggak apa-apa," kata Retno seraya berdiri dan bergegas meninggalkan Varissa dan Ratna di ruang tamu.
"Aku juga mau pulang aja, Mbak! Malas ngobrol sama orang pelit ini," teriak Ratna sambil menatap Varissa sebal.
Varissa lagi-lagi hanya bisa tertawa melihat tingkah Ibu dan Tante Erik. Dua wanita itu benar-benar sedang memancing batas sabar Varissa mencapai puncaknya. Tak mengapa. Karena tujuan Varissa kemari memang ingin memberi salam sebelum melancarkan serangan.
"Kita lihat, Tante! Sampai kapan sikap angkuh Tante itu akan bertahan." Varissa tersenyum. Di raihnya tas jinjing yang tergeletak diatas meja sebelum meninggalkan rumah itu tanpa berpamitan pada ibu mertuanya.
****
"Mas, kapan kamu benar-benar akan menceraikan Varissa?" Lagi. Pertanyaan yang tak bosan-bosannya Mauren tanyakan kembali berdengung ditelinga Erik.
"Kamu yang sabar, dong! Kamu pikir, gampang meminta Varissa buat tanda tangan surat pengalihan aset itu?" ujar Erik dengan nada sedikit kesal. Memangnya, selama ini Erik sengaja mengulur-ulur waktu? Tidak. Dia sudah berusaha keras namun momennya selalu saja tidak tepat.
Mauren berdecak. Sambil membenahi kembali baju pasiennya, ia menatap Erik dengan tatapan muak.
"Aku kasih kamu waktu satu bulan. Kalau dalam waktu satu bulan itu kamu nggak berhasil juga, aku akan bilang ke Varissa langsung kalau selama ini kita selingkuh."
Mata Erik membulat sempurna. "Kamu gila? Kamu mau bikin kita berdua langsung jatuh miskin?" tanyanya.
Mauren menggeram. "Kamu pikir, enak jadi selingkuhan terus? Apa kamu nggak tahu gimana penilaian orang-orang terhadap aku selama ini? Bahkan, Fara aja menganggap rendah aku karena mencintai suami orang seperti kamu."
Erik memejamkan mata demi meredam emosi yang kembali mencuat karena omongan Mauren.
"Kamu selama ini memang sudah tahu konsekuensinya jadi pelakor, kan? Terus, kenapa kamu baru keberatan sekarang? Bukannya kamu yang lebih dulu datang dan menawarkan tubuhmu secara gratis padaku?" balas Erik tak kalah geramnya. Lelaki itu bahkan tidak berpikir bahwa ucapannya barusan bisa saja semakin melukai perasaan Mauren.
"Mas...,"
"Apa?" potong Erik frustasi. "Kalau sampai kamu berani bilang yang sebenarnya ke Varissa tentang hubungan kita, kamu akan aku tinggalkan saat itu juga. Ingat itu!" peringat Erik sebelum melangkah pergi meninggalkan ruang rawat Mauren.
Kedua tangan Mauren terkepal erat. Air mata terkumpul memenuhi kelopak matanya. Sekali kedipan, airmata itu luruh membasahi pipi seiring teriakannya yang menggema memenuhi ruangan.
"Ini semua karena kamu, Varissa!"
Gelas air minum di atas nakas kemudian ia raih lalu melemparkannya hingga membentur dinding.
"Awas kamu, Varissa! Akh...," teriaknya frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri.
*****
Sementara itu, setelah menemui mertuanya, Varissa kembali melanjutkan perjalanan menuju ke kantor pengacara mendiang Ayahnya. Tidak sendiri, Dokter Imran turut hadir untuk menemani Varissa berdiskusi dengan Pak Reno.
"Dikta mana, Om?" tanya Varissa saat menyadari bahwa Dikta belum juga datang.
"Hari ini Dikta berhalangan hadir. Lagi nggak enak badan katanya," jawab Dokter Imran.
"Dikta sakit?" tanya Varissa terkejut.
"Cuma demam," jawab Dokter Imran lagi. "Om sudah kirim obat penurun panas ke apartemennya, kok. Jadi, kamu nggak perlu cemas," imbuh pria tua itu penuh ketenangan.
"Kok Dikta bisa sakit?" tanya Varissa lagi.
Dokter Imran dan Pak Reno saling bertatapan heran. Keduanya mulai menyadari bahwa Varissa tampaknya mulai menaruh perhatian kepada Dikta. Tentu keduanya senang. Karena, kemungkinan segala impian Ayah Varissa untuk menjadikan Dikta menantunya bisa saja kesampaian meski sedikit terlambat.
"Ya, jelas bisa, Va! Dikta 'kan juga manusia biasa." Pak Reno berucap dengan nada bercanda.
Varissa memajukan bibirnya. Kalau itu, dia juga tahu. Maksudnya, penyebabnya apa? Itu tujuan dari pertanyaan Varissa.
"Jadi, kamu benar-benar akan masuk ngantor lagi?" tanya Pak Reno kembali pada topik pembahasan hari ini.
"Iya, Om! Va berencana menyingkirkan semua benalu yang sudah menggerogoti perusahaan sampai bisa seanjlok ini," ucap Varissa yang kembali serius sambil menunjuk-nunjuk kertas berisi data penjualan dan hutang pinjaman perusahaan yang jumlahnya tidak masuk di akal sehat.
"Tapi, apa kamu nggak apa-apa? Semua pelaku korupsi di perusahaan Papa kamu tidak lain adalah keluarga dari pihak suamimu sendiri," kata Pak Reno berterus terang.
"Nggak apa-apa, Om! Justru karena hal itu. Va ingin memberi pelajaran yang setimpal pada orang-orang yang tidak tahu cara berterimakasih termasuk suami Va sendiri."
Dokter Imran tersenyum kecil. Di tepuknya pundak Varissa lembut penuh kebanggaan.
"Om bersyukur mata kamu akhirnya terbuka, Va!"
Kasian Tika sumpah,,,,apalgi dia anak perempuan,udh kakak laki2 nya selingkuh,skrng papanya jga selingkuh apalgi dngn kakak ipar sendiri ,bisa2 drop tuh mentalnya 😭😭😭
Dan itu hanya kepadamu Dikta,,,,🤭🥰