NovelToon NovelToon
Mencintaimu Bu, Dokter!

Mencintaimu Bu, Dokter!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Keluarga / Dendam Kesumat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Naga Rahsyafi

Fariq Atlas Renandra seorang pria yang berprofesi sebagai mandor bangunan sekaligus arsitektur yang sudah memiliki jam terbang kemana-mana. Bertemu dengan seorang dokter muda bernama Rachel Diandra yang memiliki paras cantik rupawan. Keduanya dijodohkan oleh orangtuanya masing-masing, mengingat Fariq dan Rachel sama-sama sendiri.

Pernikahan mereka berjalan seperti yang diharapkan oleh orang tua mereka. Walaupun ada saja tantangan yang mereka hadapi. Mulai dari mantan Fariq hingga saudara tiri Rachel yang mencoba menghancurkan hubungan itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naga Rahsyafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Empat

"Ariq?" Rachel kaget mendengar perkataan ibunya. "Mama yang bener aja dong. Aku sama dia cuma sekedar saling tolong menolong, nggak lebih dari itu."

Layar ponsel yang memperlihatkan seorang wanita itu memasang raut wajah datar. "Terus kamu mau jadi perawan tua?"

"Amit-amit ... Jangan sampai, Ma," ucap Rachel.

Saat ini Rachel dan ibunya sedang melakukan sambungan video call. Dikarenakan Rachel Diandra sedang bertugas di luar kota.

"Ya udah. Kamu ikuti aja kata Mama ... Kamu nikah sama Ariq."

"Kita sama sekali nggak saling kenal Mamaku, sayang."

"Tau Rachel. Tapi 'kan bisa perkenalan dulu."

"Ya udah ... Kalau perkenalan dulu Rachel bisa bicarakan nanti sama dia."

"Bukan sekedar pengenalan Rachel. Mama mau kalian bertunangan ... Nah, disitu kalian mencoba saling kenal."

"Lho, kok harus tunangan sih. Nanti pas pengenalannya tapi nggak cocok gimana?" tanya gadis itu.

"Percaya sama Mama sayang. Ariq itu baik, kamu nggak bisa rasain waktu dia nolongin kamu?"

"Ya itu 'kan udah kewajiban sesama manusia, Ma. Saling menolong."

"Rache, Rachel, Rachel ... Mama pengen liat kamu nikah sama laki-laki yang baik. Nggak kayak Papa kamu. Selingkuh sana-sini."

"Mama nggak boleh gitu dong. Itu papa Rachel juga tau."

"Mau nurut sama Mama nggak?"

"Nanti kita bicarakan lagi, Ma. Setelah Rachel pulang."

[] [] []

Baik Rachel maupun Fariq, tanpa berlama-lama lagi akhirnya kedua insan manusia itu memutuskan untuk menerima saran dari orang tua mereka. Mereka menyetujui hal itu karena takut tidak menikah dikemudian hari akibat sudah berumur.

Banyak cerita-cerita menakutkan yang diberitahukan oleh Rita dan Indi kepada anak mereka. Oleh sebab itu, Fariq dan Rachel menerima saran dari orang tua mereka masing-masing untuk segera bertunangan dan mengenal satu sama lain.

Di sebuah tempat sedang berlangsung pembangunan hotel, Fariq bertanggungjawab dalam proyek tersebut. Bisa dikatakan dia adalah pimpinan dari para pekerja bangunan yang ada di sana.

Fariq Atlas Renandra tengah duduk pada salah satu alat berat excavator yang memiliki tangan untuk menggali tanah atau bahkan bisa meruntuhkan bangunan sesuai kapasitasnya.

Saat sedang bersantai di dalam sana untuk menghindari terik matahari. Seorang wanita masih lengkap menggunakan jas dokter datang menghampirinya.

"Mas, Mas."

Fariq sudah tidak sadarkan diri, lebih tepatnya dia sedang tertidur di dalam sana karena terlalu lelah.

"Mas ... Mas, Ariq!"

Rachel sudah merasa kepanasan, dia pun menarik celana pria itu hingga sang empunya terbangun juga.

"Rachel."

Fariq melompat dari atas membuat Rachel panik.

"Iiih, 'kan bisa turun baik-baik. Nggak usah loncat."

"Guling-guling dari atas ke bawah juga nggak apa-apa. Kan nggak tinggi." Ucap Fariq sambil tersenyum kepada calon istrinya.

"Sama aja. Kalau tadi kaki Mas cedera 'kan jadi masalah juga."

Masih menyipitkan mata menahan sinar matahari, Fariq melepaskan topi proyek berwarna kuning yang ia kenakan. Lalu memasangkannya pada Rachel Diandra.

Sama seperti hari pertama mereka bertemu, Rachel kembali dibuat deg-degan dengan sikap pria itu. Sepertinya, yang dibilang ibu Rachel itu ada benarnya juga. Fariq Atlas Renandra sangat cocok dijadikan sebagai suami karena dia begitu bertanggung jawab terhadap wanita.

"Kok dilepas, Mas?" tanya Rachel.

"Panas. Kamu nggak akan tahan, biar saya aja."

"Tapi 'kan ini topi, Mas ... Supaya Mas nggak kepanasan."

"Kamu nggak suka karena topinya bau keringat saya?" Tanya Fariq.

"Bukan gitu. Ini 'kan panas banget. Mas lebih butuh topi ini dari pada aku."

"Bawel!"

Fariq menarik lengan Rachel, bisa dirasakan oleh wanita itu jika tangannya berkeringat saat digenggam oleh calon suaminya. Rachel hanya mengikuti langkah Fariq tanpa komentar, dia tidak mau jika pria itu emosi di terik matahari seperti ini.

Tidak jauh dari tempat tersebut, ada sebuah tenda kecil tempat orang-orang berisitirahat. Tidak terlalu besar karena tempat itu diperuntukkan bagi orang-orang penting si pemilik proyek.

"Duduk di sini."

"Terpalnya kotor tau. Baju aku putih, Mas."

Lagi dan lagi Rachel dibuat kagum dengan perilaku Fariq. Pria itu menyapu terpal yang akan diduduki oleh calon istrinya. Bahkan Fariq menghapus terpal tersebut dengan kain lap berukuran kecil yang sering ia bawa.

"Udah bersih. Duduk."

"Makasih, Mas."

Mereka saling berhadapan namun pandangan Fariq mengarah pada gedung yang sedang dibuat itu. Rachel senyum-senyum sendiri melihat calon suaminya yang terlihat tampan.

"Panas ya?"

"Iya," jawab Fariq tanpa memandang Rachel.

Rachel melepaskan topi proyek yang dipakaikan oleh Fariq tadi. Dia pun merogoh tasnya dan mengeluarkan selembar kertas HVS.

Fariq memejamkan matanya ketika merasakan suasana sedikit dingin, rasa panas itu hilang saat Rachel mengipasi wajahnya.

"Kalau terus-terusan gini 'kan enak, ada angin. Jadi nggak terlalu capek."

"Emangnya capek banget ya?" tanya Rachel.

Fariq membuka matanya, Rachel masih fokus untuk mengipasi tubuh pria itu.

"Capek. Ini perjuangan saya untuk mencari mahar buat kamu."

Rachel tersenyum malu mendengar ucapan dari calon suaminya.

"Udah, udah! Nggak usah di kipas lagi."

"Lho, kenapa?" tanya Rachel merasa heran. "Mas, keringatan. Masih panas 'kan!"

"Kenapa kalau keringatan? Kamu nggak suka? Bau?"

"Bukan, Mas. Sensi banget ... Biar aku kipas aja, supaya Mas nggak kepanasan lagi," ucap Rachel.

"Saya bilang nggak perlu."

"Alasannya apa?" tanya wanita itu.

"Nanti tangan kamu capek. Nggak usah di kipas juga nggak apa-apa. Dari calon istri saya ini kecapekan."

Sepertinya jantung Rachel tidak aman, sudah beberapa kali pria itu melakukan hal yang membuat dirinya semakin terpesona kepada Fariq.

Fariq hendak menghentikan aksi calon istrinya namun Rachel lebih dulu menjauhkan tangannya supaya Fariq tidak mengambil kertas tersebut. "Jangan, iiih."

"Nanti tangan kamu pegal, Rachel."

Rachel mengabaikan ucapan dari calon suaminya. Setelah meletakkan kertas berwarna putih itu, Rachel menghidangkan makanan yang sengaja ia beli sebelum menemui pria itu.

"Mas makan dulu. Aku beliin ini buat, Mas."

"Tau aja orang laper."

Fariq beranjak dari tempat duduknya membuat Rachel bingung. "Katanya laper. Terus Mas mau kemana?"

"Mau cuci tangan disana."

Rachel menarik lengan baju pria itu hingga Fariq kembali duduk ditempatnya tadi. "Kenapa?"

"Biar aku suapin."

Fariq menaikkan sebelah alis matanya. "Yakin?"

"Bawel, iiih." Rachel mengembalikan kalimat tersebut kepada Fariq.

"Oke!"

Fariq memperbaiki posisi duduknya. Karena tidak ada sendok makan akhirnya Rachel menyuapi calon suaminya dengan tangannya sendiri. Sebelum itu pastinya dia sudah cuci tangan dengan air secukupnya yang ia bawa untuk pria itu.

“Pakai tangan aku boleh ‘kan?” Tanya Rachel lebih dulu.

“Boleh.” Jawab Fariq. “Latihan dulu jadi istri terbaik.”

Jari-jari itu mulai masuk ke dalam merasakan hangatnya mulut Fariq Atlas Renandra. Rachel Diandra tidak menyangka akan segera menikah dengan pria yang ada di depannya sekarang. Karena perkenalan mereka terbilang cukup singkat.

"Naik apa ke sini?" tanya Fariq.

"Naik mobil. Tapi parkirnya jauh di sana ... Soalnya banyak debu di sini, baru di cuci tadi."

"Oh ..."

Rachel terus menyuapi calon suaminya, tidak lupa juga sesekali Fariq meneguk air yang sudah disiapkan oleh calon istrinya.

"Lap dulu keringatnya. Ini tissue."

Fariq meraih tisu itu dari tangan Rachel, cuaca sangat panas membuat keringat terus mengalir. "Saya nggak bau 'kan?" Tanya Fariq.

"Maksudnya?" tanya Rachel.

"Saya lagi berkeringat. Nggak bau?"

Rachel menggeleng pelan. "Enggak."

"Baguslah," ujar Fariq. "Nanti kalau udah nikah, kamu harus terbiasa dengan keringat saya."

"Terbiasa kenapa?" Rachel bingung dengan kalimat yang lontarkan calon suaminya.

"Kamu nggak ngerti?"

"Enggak," jawabnya sambil menggelengkan kepala.

Fariq menghembuskan napasnya dengan perlahan. "Setelah kita nikah, kamu akan terus melihat saya berkeringat karena pekerjaan saya seperti ini. Belum lagi ketika saya meminta hak saya sebagai seorang suami. Kan saya pasti berkeringat juga."

Rachel Diandra menelan salivanya, sekarang dia mengerti kemana arah pembicaraan pria itu. "Setiap hari Mas ke sini?"

"Nggak usah mengalihkan pembicaraan. Kamu harus bersedia setiap malam."

1
ay Susie
kenapa gak bilang lgsg kl dia sodara tiri , bikin mulek
Khusnul Khotimah
ayah yg goblok,,,,,
Buaya Darat: kak🥲 mohon bersabar
total 1 replies
Khusnul Khotimah
pria bertanggung jwb apaan,,,,,KLO tahu batasan ada perempuan disampingmu za biarin yg nolong calonmulah toh cuman jatuh doang,,,,,,bilang aja tebar pesona,,,,,g masuk akal bgt
Naga Rahsyafi: sabar kak🥲 kena ke penulisnya lagi
total 1 replies
Naga Rahsyafi
Jangan lupa tinggalkan jejak jari sebelum pergi
Buaya Darat
🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!