Demi menjaga kehormatan keluarga, Chandra terpaksa mengambil keputusan yang tidak pernah terbayangkan: menikahi Shabiya, wanita yang seharusnya dijodohkan dengan kakaknya, Awan.
Perjodohan ini terpaksa batal setelah Awan ketahuan berselingkuh dengan Erika, kekasih Chandra sendiri, dan menghamili wanita itu.
Kehancuran hati Chandra membuatnya menerima pernikahan dengan Shabiya, meski awalnya ia tidak memiliki perasaan apapun padanya.
Namun, perlahan-lahan, di balik keheningan dan ketenangan Shabiya, Chandra menemukan pesona yang berbeda. Shabiya bukan hanya wanita cantik, tetapi juga mandiri dan tenang, kualitas yang membuat Chandra semakin jatuh cinta.
Saat perasaan itu tumbuh, Chandra berubah—ia menjadi pria yang protektif dan posesif, bertekad untuk tidak kehilangan wanita yang kini menguasai hatinya.
Namun, di antara cinta yang mulai bersemi, bayang-bayang masa lalu masih menghantui. Bisakah Chandra benar-benar melindungi cintanya kali ini, atau akankah luka-luka lama kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyurincho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Silent Connections
Shabiya melangkah keluar dari mobil Chandra dengan langkah ringan, namun penuh perasaan campur aduk. Pagi itu, suasana di depan gedung kantornya terasa lebih sibuk dari biasanya. Langit yang biru cerah, dengan angin yang berembus lembut, seakan memberikan energi positif kepada setiap orang yang lalu lalang di sekitar tempat itu. Gedung tempat perusahaan Shabiya beroperasi adalah bangunan modern dengan dinding kaca yang mencerminkan kemegahan kota besar. Saat mobil hitam Chandra berhenti di depan pintu utama, kehadiran mereka berdua langsung menarik perhatian.
Bukan hanya karena Shabiya turun dari mobil mewah yang tidak biasa terlihat di tempat itu, tetapi karena ia ditemani oleh Chandra_sosok CEO terkenal yang sangat jarang terlihat mendampingi siapapun secara pribadi. Karyawan yang kebetulan berada di dekat pintu atau yang baru tiba di kantor segera melirik ke arah mereka, beberapa dari mereka bahkan berbisik-bisik, tak bisa menahan rasa ingin tahu. Bagi sebagian besar orang, pernikahan Shabiya dan Chandra adalah topik hangat yang beredar belakangan ini, diwarnai spekulasi bahwa pernikahan mereka hanyalah formalitas atau perjodohan tanpa cinta.
Chandra_yang terkenal sebagai CEO yang tak tersentuh\, misterius\, dan dihormati_berdiri di samping pintu mobil\, membukakan pintu untuk Shabiya\, lalu dengan lembut menyentuh punggungnya saat ia keluar dari kendaraan. Semua itu tampak begitu manis dan penuh perhatian\, tidak seperti sosok Chandra yang biasanya dingin di mata publik.
Melihat Chandra sendiri mengantar Shabiya ke kantor pagi ini, banyak yang mulai meragukan desas-desus itu. Pemandangan ini terlihat terlalu manis dan terlalu intim untuk sekadar hubungan pernikahan yang dipaksakan. Ada sentuhan perhatian di sana yang sulit diabaikan, bahkan bagi orang yang tidak mengenal mereka secara pribadi. Chandra turun dari mobil dan berjalan di sisi Shabiya, memberikannya kesan sebagai seorang suami yang memperhatikan istrinya. Sesekali, tatapan mata mereka bertemu, meski tak ada kata-kata yang terucap. Namun, bagi yang melihat, pemandangan ini berbicara lebih dari cukup.
Di dalam hati, Shabiya merasa aneh. Sementara orang lain mungkin melihat mereka sebagai pasangan yang bahagia, ia tahu betul bahwa perasaan mereka masih kompleks dan jauh dari sederhana. Ketegangan yang sempat muncul pagi tadi masih menggantung di pikirannya. Sikap protektif Chandra yang tiba-tiba muncul sejak pernikahan mereka membuatnya merasa sedikit terkekang, namun ada pula perasaan hangat yang tumbuh secara perlahan. Mungkin bukan cinta, setidaknya belum, tapi ada rasa nyaman yang tak bisa ia bantah.
Chandra, seperti biasa, memiliki aura yang tak terbantahkan. Bahkan dalam tindakan kecilnya membimbing Shabiya keluar dari mobil, ia menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang mengendalikan. Bukan karena ia ingin menguasai, tapi karena ia merasa bertanggung jawab. Itu bagian dari sifat Chandra, dan Shabiya tahu bahwa itu bukan sesuatu yang mudah diubah.
Mereka berjalan berdampingan menuju pintu masuk, diam-diam menikmati perhatian yang mereka dapatkan. Tapi sebelum Shabiya bisa melangkah lebih jauh ke dalam gedung, Chandra berhenti dan menatapnya dengan tatapan penuh perhatian_dan, tentu saja, sedikit otoritas.
"Jangan lupa pulang lebih awal," katanya dengan nada rendah, namun cukup tegas untuk menegaskan bahwa ini bukan sekadar saran. Matanya yang gelap dan dalam menunjukkan bahwa ia benar-benar serius.
Shabiya menoleh, menatapnya dengan tatapan campuran antara rasa terima kasih dan perlawanan yang sudah seringkali muncul di antara mereka. "Aku sudah bilang, aku akan pulang tepat waktu." matanya menatap Chandra, berusaha menahan frustrasi yang mulai menggelitik. Ia tahu maksud baik di balik perintah itu, tapi tetap saja terasa mengatur.
Chandra menghela napas, tatapannya berubah tajam sejenak sebelum melunak lagi. "Aku tahu jadwalmu hari ini penuh." Ia bersandar ringan ke pintu mobil, gesturnya santai, tapi tatapannya tajam. “Tapi kau juga tahu aku tidak akan berhenti mengingatkanmu.”
"Aku bukan anak kecil, Chandra. Aku tahu bagaimana mengatur jadwalku sendiri." Nada suaranya sedikit lebih tinggi dari yang ia maksudkan, membuat beberapa orang yang lewat melirik.
Chandra mengangkat alis, senyuman tipis menghiasi bibirnya, meski bukan karena rasa geli. "Kau memang bukan anak kecil, tapi kau juga bukan orang yang tahu kapan harus berhenti."
"Dan kau pikir menyuruhku pulang lebih awal akan menyelesaikan semua itu? Aku punya tanggung jawab, Chandra. Tidak semua orang bisa meninggalkan kantor sesuka hati seperti—"
"Seperti aku?" Ia memotong dengan nada halus, tapi ada ketegasan di baliknya. "Kalau kau ingin berdebat soal siapa yang lebih sibuk, aku bisa memastikan kita akan terlambat memulai hari ini. Tapi itu bukan intinya, bukan?"
Ada jeda di antara mereka, ketegangan yang terasa seperti benang yang tertarik terlalu kencang. Mata mereka bertemu, dan di sana, Shabiya melihat sesuatu yang membuatnya sedikit goyah. Itu bukan sekadar otoritas atau kontrol—itu adalah ketulusan.
"Aku... mengerti." Ia menghela napas, memilih untuk mundur kali ini. "Aku akan berusaha pulang lebih awal, oke? Tapi jangan membuat ini menjadi kebiasaan."
"Kesepakatan diterima." Senyuman tipis itu kembali muncul, dan kali ini, ada sedikit kehangatan di dalamnya. "Dan kau tahu, aku tidak keberatan jika kau ingin membuatku terbiasa mengurusmu."
Shabiya mendengus pelan. "Jangan terlalu percaya diri, Chandra. Ini bukan tentang kebiasaanmu, tapi tentang aku yang memberimu kesempatan." Nada sarkastis di balik kata-katanya membuat Chandra tertawa kecil.
"Tentu saja. Kau adalah bosnya."
Chandra tersenyum tipis, kali ini dengan sedikit kehangatan. Ia melangkah mundur, membiarkan Shabiya memasuki gedung, tapi tatapannya tetap tertuju padanya sampai pintu kaca menutup di belakang wanita itu.
Shabiya berjalan masuk, merasa campuran rasa lega dan frustrasi yang aneh. Chandra memiliki cara untuk menyusup ke dalam pikirannya, membuatnya merasa terikat sekaligus dilindungi. Ia mencoba mengabaikan tatapan karyawan yang masih memandangnya dengan penuh rasa ingin tahu, membalas sapaan mereka dengan senyuman tipis yang ia tahu terlihat profesional, namun tidak terlalu ramah.
Saat lift membawanya ke lantai kantornya, ia memejamkan mata sejenak, mencoba mengusir bayangan wajah Chandra yang terus membayang di benaknya. Pernikahan ini memang rumit—campuran antara kewajiban, rasa hormat, dan mungkin, hanya mungkin, ada secercah emosi yang lebih dalam yang sedang tumbuh di antara mereka.
Tapi untuk saat ini, ia memilih untuk fokus pada pekerjaannya. Setidaknya di tempat kerja, ia bisa mengendalikan sesuatu.
Pintu lift terbuka, dan ia melangkah keluar, kembali menjadi Shabiya yang dikenal semua orang: tegas, cerdas, dan tak tergoyahkan. Namun, di sudut pikirannya, suara Chandra masih terngiang-ngiang, mengingatkannya bahwa, meski ia bisa mencoba melarikan diri, pria itu akan selalu tahu cara mengejarnya.
Pikirannya melayang ke masa lalu, ke cerita-cerita yang pernah ia dengar tentang hubungan Chandra dan Erika. Jika Erika bisa selingkuh dengan Awan, ada kemungkinan bahwa hubungan itu tidaklah seindah yang tampak di luar. Mungkin, di balik sikap tegas dan keras Chandra, ada luka yang belum sepenuhnya sembuh.
***