Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menginap
"ini ibu bikinin kopi juga sedikit cemilan, ada pisang goreng juga bolu kukus, ayo dew, dicoba." Bu Imah berusaha mencari simpati Dewi. Setelah mendengar kalau Dewi orang kaya dan Dewi seketika langsung kaget dengan perubahan calon ibu mertuanya yang tiba tiba itu, padahal baru beberapa menit lalu begitu tak suka terhadap dirinya, tapi dalam hitungan menit sudah berubah sikap dengan begitu ramahnya, ' apa karena ibunya mas Yudha mendengarkan obrolanku yang mengatakan aku punya uang banyak, kalau memang benar, matre juga dia, lihat saja aku akan membuatnya tunduk dan menuruti semua mauku." Dewi tersenyum miring menatap calon ibu mertuanya, ada pikiran licik yang kini berputar di otaknya untuk mengerjai wanita paruh baya yang terkenal sangat cerewet itu.
" Wah, enak nih kelihatannya, terimakasih Bu." Balas Dewi pura pura ramah tapi menyimpan rencana untuk wanita paruh baya yang terlihat matre dimatanya.
" Dew, malam ini kamu menginap saja disini, temani Yudha, kasihan kan dia masih sakit." Sambung Bu Imah lugas, bahkan tanpa Dewi duga kalau calon mertuanya itu akan menyuruhnya menginap.
" Terimakasih Bu, Dewi pulang saja. Tidak enak kalau ada tetangga yang tau, aku sama mas Yudha belum menikah." Jawab Dewi pura pura menolak, padahal hatinya sangat ingin.
" Halah, kenapa harus mikirin tetangga, Yudha juga sudah duda, anggap saja ini rumahmu sendiri. Toh sebentar lagi kalian juga akan menikah." Sambung Bu Imah enteng, mendengar ibunya bicara seperti itu, membuat senyum Yudha merekah, sepertinya malam ini, dia akan bersenang senang dengan Dewi tanpa harus mengeluarkan uang untuk menyewa hotel.
"Yasudah, kalau ibu yang memaksa, saya tidak bisa menolak." Balas Dewi senang, sambil melirik Yudha yang sumringah meskipun wajahnya penuh luka lebam.
"Yasudah, kalian ngobrol saja, ibu mau masuk ke kamar dulu, mau istirahat, nanti sore ada arisan dengan ibu ibu komplek." Bu Imah berlalu dengan rencana yang terselubung, sengaja menahan Dewi agar bisa meminta uang buat nanti membayar arisannya.
" Mas, sepertinya ibumu berubah pikiran deh, kenapa ya, dia tiba tiba bisa baik begitu? Padahal tadi sempat sewot ke aku." Sambung Dewi penasaran sambil menatap Yudha serius.
" Sudahlah, omongan ibu tidak usah kamu ambil hati, ibuku orangnya memang begitu. Yang penting kita bisa senang senang malam ini, kamu mau kan sayang?"
" Ya maulah Mas, aku kan cinta banget sama kamu, sampai aku rela meninggalkan suamiku demi bisa sama kamu." Balas Dewi manja sambil memeluk erat pinggang Yudha dan dibalas Yudha dengan mengecup ringan kening Dewi yang bersemu merah.
"Yuk kita lanjut di kamar saja." Bisik Yudha.
"Apa kamu yakin Mas? Kamu kan lagi sakit."
" Yang sakit kan muka dan sedikit lebam di tubuh, bukan di itu."
" Kamu ya Mas, kalau urusan itu aja, gercep banget."
"Tapi kamu suka kan sayang?"
" Iya Mas, banget."
Tanpa berpikir dosa, pasangan yang belum halal itu terbuai dengan bujuk rayu nafsu setan yang menenggelamkannya ke dalam kubangan dosa yang tak mereka sadari, karena kenikmatan yang diciptakan sesungguhnya hanyalah jalan menuju sebuah kehancuran.
"Yud, Yudha! Buka pintunya, ini Ibu."
Dengan malas Yudha membuka matanya yang masih terasa mengantuk, setelah pertempuran nya dengan Dewi yang tentu menguras tenaganya, Yudha tertidur pulas dalam pelukan wanita yang belum halal baginya, suara ibunya sudah membuatnya terbangun dari keterlenaannya.
"Siapa sih Mas? Kok berisik banget." Dewi bersungut tak suka dengan suara yang mengganggu tidurnya.
"Ibu, nggak tau ada apa. Biar aku lihat dulu. Kamu tutupi gih tubuhmu dengan selimut." Balas Yudha malas.
Yudha berjalan lunglai, membuka pintunya sedikit dan menyembulkan kepalanya saja.
"Ada apa Bu?"
"Ibu minta uang, buat bayar arisan dong Yudha."
"Apa? Yudha sudah nggak punya uang Bu, belum gajian."
" Kan ada si Dewi calon istrimu, kamu minta sama dia gih." Perintah Bu Imah tanpa tau malunya.
" Tapi Bu. Yudha nggak enak sama Dewi."
" Heleh, dia kan calon istrimu. Apa kamu mau kalau ibu malu karena tidak bisa bayar arisan, apa kata ibu ibu tetangga pada kita nanti."
" Iya. Iya. Ibu tunggu saja. Sebentar aku bilang dulu ke Dewi."
" Nah gitu dong."
Yudha kembali melangkahkan kakinya menuju ke Dewi yang masih meringkuk di dalam selimut.
"Sayang, bangun." Yudha mengguncang tubuh Dewi lembut, dan Dewi hanya meresponnya dengan menggeliatkan tubuhnya malas.
"Sayang bangun dong, Mas mau minta tolong nih." Sekali lagi Yudha mengguncang tubuh kekasihnya itu, dan kali ini Dewi meresponnya dengan langsung membuka matanya menatap Yudha.
" Ada apa Mas? Aku masih ngantuk nih."
" Iya Mas tau, tapi ini penting, menyangkut harga diri keluarga mas."
" Apa. Maksudnya apa mas?" Dewi masih belum paham dengan apa yang dibicarakan Yudha.
"Itu, ibu minta uang buat bayar arisan, tapi mas lagi nggak ada uang. Kan uangku kemarin sudah aku kasih ke kamu semua."
" Haduh mas, itu kan memang buat jatah perawatanku, kalau aku cantik dan wangi, kamu juga yang menikmati."
" Iya, mas tau itu, tapi ibu lagi butuh buat arisan, kasihan. Nanti kalau gak bayar, aku juga yang malu."
" Iya. Iya. Berapa sih?" Sungut Dewi kesal.
" Lima ratus ribu saja."
"Apa? Arisan apa itu mas, kok banyak banget."
"Kasih saja lah dew, besok kan aku gajian, nanti aku ganti uangnya."
"Iya, iya. Sebentar aku ambilkan."
Dewi mengambil tas, dan membuka dompetnya, mengeluarkan uang pecahan seratus ribuan lima lembar dengan hati dongkol.
" Ini mas, tapi bener ya nanti di ganti."
" Iya sayang. Sebentar ya aku kasih ke ibu dulu."
' aah sial, ternyata nenek tua itu memintaku menginap ada maunya, awas saja. Akan aku balas.' Sungut Dewi tak rela.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️