Vanila Fedora, gadis berusia 27 tahun itu tiba-tiba di culik oleh kedua orang tuanya yang dulu sudah menelantarkan dirinya. Wanita itu dipaksa menikah dengan mantan suami kakaknya demi anak kecil yang bernama Baby Fiona Barnett. Vanila juga di paksa oleh Calvin Barnett pria yang akan menjadi suaminya untuk melahirkan seorang putra yang akan menjadi penerus keluarga Barnett. Seperti apa kehidupan rumah tangga Vanila dan Calvin ? Yuk kepoin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Calvin tersenyum menatap wajah polos Vanila yang tertidur nyenyak di dalam pelukannya, wanita itu sama sekali tidak terbangun saat Calvin kembali masuk ke dalam kamarnya.
Sudah sangat lama Calvin tidak pernah melihat sosok wanita saat pertama kali bangun tidur, entah mengapa hatinya kembali menghangat saat tempat kosong yang selama ini sangat ia rindukan.
Sosok wanita yang terlihat saat pertama kali membuka matanya, sosok wanita yang menghangatkan tempat tidurnya dan sosok wanita yang menyapanya pertama kali di pagi hari.
Sayangnya Bella tidak pernah menempati posisi itu selama pernikahanya, sejak awal Calvin merasa sudah menjadi seorang duda karena Bella tidak pernah menjadi sosok istri selama ini.
Dia sibuk terlarut dalam kesedihannya hingga menelantarkan anak dan suaminya sendiri. Calvin maklumi karena kesalahannya mencintai wanita yang mencintai pria lain.
Calvin tetap menatap wajah Vanila hingga mata wanita itu terbuka dan menatap ke arahnya dengan nyawa yang masih belum terkumpul.
“Good morning.” Ucap Calvin tanpa dosa.
Mata Vanila membelalak saat sadar siapa pria yang ada di depan matanya.
“Aaaa!! Sedang apa kau!” Pekik Vanila sambil mendorong tubuh Calvin hingga terjatuh ke atas lantai, ia pun menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. “Ke-kenapa kamu tidak pakai baju?” Tanya Vanila dengan jantung yang berdegup kencang.
Calvin meringis nyeri dan berushaa bangun. “Aku memang tidak pernah pakai baju saat tidur.” Jawab Calvin jujur sambil menatap tubuh bagian atas miliknya yang terlihat sexy.
“Ti-tidur? Lamu tidur di sini? Bukannya semalam kamu bilang akan tidur di luar?” Tanya Vanila dengan wajah tidak terima, ia bahkan lupa menutup matanya saking kesalnya.
“Aku memang bilang akan keluar dari kamar, tapi aku tidak bilang akan tidur di luar kan.” Jawab Calvin dan kembali merebahkan tubuhnya di samping Vanila.
Vanila mundur dan menjauh dari tubuh Calvin. “Tapi semalam kamu bilang—“
“Ini kamarku, sudah pasti aku tidur di sini.” Jawab Calvin sambil memeluk guling dan kembali memejamkan matanya. “Ayo tidur lagi.” Ajaknya sambil menarik Vanila namun wanita itu malah memberontak dan menjauh.
“Kalau begitu mandilah, atau mau mandi bareng?” Tanya Calvin sambil membuka matanya dan menatap ke arah Vanila.
“Kenapa aku harus mandi?” Tanya Vanila tidak suka saat mendengar Calvin menyuruhnya mandi.
“Aku akan pergi ke kantor lalu pulang ke apartement, memangnya kamu masih betah di rumah mertuamu?” Tanya Calvin. “Atau kamu ingin mendekati Mami ku agar kamu bisa mencuri hati kedua orang tuaku agar aku mencintaimu?” Tanya Calvin asal tebak.
Vanila membelalak, sungguh suaminya itu sangat tidak tahu malu dan tidak tahu diri.
“Kau gila!” Ucap Vanila lalu berlari ke arah kamar mandi.
“Mau mandi bareng ga?” Teriak Calvin menawarkan diri.
“Sint!!!ng!” Pekik Vanila kesal sambil membanting pintu kamar mandi.
Calvin tertawa. “Dasar bocah naif!” Ucapnya sambil tersenyum pahit ke arah pintu kamar mandi. Ia pun kembali memejamkan matanya untuk menikmati sisa waktu yang tersisa.
Sudah sangat lama ia tidak pernah menghirup udara kamar nya sendiri.
Karena Calvin tidak pernah mau kembali ke kediaman kedua orang tuanya semenjak kedua orang tuanya tidak menerima kehadiran Baby.
Jika karena bukan untuk menjemput Baby dan Vanila, Calvin sangat enggan menemui Maminya, apalagi Papinya. Untungnya samg Papi belum terlihat batang hidunganya karena itulah ia ingin segera membawa Vanila pergi. Karena jika tidak mungkin sang Papi akan memanfaatkan Vanila demi kepentinganya.
“Anak laki-laki?” Tanya Calvin pada dirinya sendiri saat mengingat kedua orang tuanya sangat menginginkan cucu laki-laki.
“Baby saja sudah cukup bagiku.” Gumamnya lagi.
.
To be continued…
ga bertele tele..
q suka thooor..