Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25 - Ternyata Belah Duren
Setelah mengantar Denis, secepatnya Abas kembali ke rumah. Di sana dia dan Mila langsung mengunci pintu, lalu melanjutkan yang sebelumnya tertunda.
Ranjang terdengar berderit. Dua insan sedang menyatu di atas sana. Dengan gagahnya Abas bergoyang di atas badan Mila. Singa yang telah lama tertidur, seolah bangun dalam diri lelaki tersebut.
Abas merasa milik Mila enak sekali. Miliknya terasa dijepit begitu kuat. Sehingga Abas ingin merasakannya lebih lama dan melakukan pergerakan dengan intens.
Mila tak kuasa terus mendesah. Rasa sakit dan kenikmatan dirasakannya dalam bersamaan. Namun Mila berusaha menahan rasa sakitnya dan fokus pada kenikmatan yang ada. Hingga lama-kelamaan rasa sakit tersebut kalah akan rasa nikmat surga dunia.
Peluh Abas bercucuran di tubuhnya. Sudah hampir setengah jam dia menggagahi Mila. Ia bahkan melenguh dengan pelan karena dirinya sangat menikmati kegiatan sekarang.
Ketika bisa saling merasakan puncak kenikmatan, Abas dan Mila mengakhiri semuanya. Kini yang tersisa hanyalah nafas yang tersengal-sengal.
Mila meringiskan wajah, karena rasa sakit yang tak terelak di bawah sana. Ia perlahan merubah posisi duduk.
"Ternyata benar. Pecah perawan itu sakit," ungkap Mila.
"Perawan? Jadi kau masih perawan? Kenapa kau tidak bilang?" Abas terkejut. Itu artinya dia tadi sudah mengambil keperawanan Mila.
"Kan aku memang ingin melakukannya denganmu," tanggap Mila.
"Kau yakin tidak apa-apa?" Abas memastikan. Dia duduk dan menatap Mila dengan perasaan cemas.
"Apa aku terlihat tersiksa? Aku justru merasa senang. Lagian rasa sakitnya lama-kelamaan akan hilang kok." Mila tersenyum dan memegangi tangan Abas.
"Kalau mau lagi, jangan malu-malu bilang ya..." Setelah berucap begitu, Mila beranjak keluar kamar.
Sementara Abas menghela nafas panjang sambil menghempaskan tubuhnya kembali ke ranjang. Dia merasa lega karena Mila tidak merasa sakit sama sekali.
"Pantas rapat. Ternyata masih perawan," gumam Abas yang perlahan tersenyum. Ia melirik ke arah jam dinding. Dirinya melihat waktu sudah menunjukkan jam delapan lewat. Saat itulah Abas teringat mengenai janjinya dengan Irwan.
"Benar juga. Hari ini aku harus bertemu dengan Pak Irwan jam sembilan!" Abas menepuk jidatnya sendiri. Dia otomatis bergegas mengenakan celana boxer, kemudian berlari ke kamar mandi.
Sayangnya kamar mandi masih dipakai Mila. Jadi Abas terpaksa harus menunggu.
"Cepetan ya, Mil! Kita kan hari ini harus ketemu Pak Irwan untuk melihat toko baru," kata Abas.
Pintu kamar mandi langsung dibuka oleh Mila. Terpampanglah keadaan Mila yang tidak mengenakan sehelai benang pun. Tubuhnya bahkan tampak basah.
"Kalau mau cepat, mending mandi--" ucapan Mila terpotong karena bibirnya langsung disambar oleh Abas. Untuk kedua kalinya, mereka bercinta lagi.
Di luar ada sebuah mobil yang berhenti. Tak lama Irwan keluar dari mobil itu. Kebetulan dia baru saja dari barbershop Abas. Akan tetapi karena Abas tidak di sana, dirinya terpaksa mendatangi rumah lelaki itu. Irwan sampai harus bertanya pada pemilik toko kelontong yang tak jauh dari barbershop.
Arif selaku sopirnya Irwan, segera mengetuk pintu rumah Abas. Dia juga memanggil Abas beberapa kali.
"Selamat pagi... Mas Abas..." panggil Arif sopan.
"Dia lagi pergi kali ya," gumam Arif.
"Sepertinya tidak. Tuh! Motornya ada. Mungkin lagi tidur. Coba panggil lebih keras!" suruh Irwan.
Arif mengangguk. Dia menuruti perintah dari tuannya.
Bertepatan dengan itu, muncul Bi Warni yang tidak lain adalah tetangga Abas. Dia melihat kedatangan Irwan.
"Cari siapa, Pak?" tanya Bi Warni.
"Ini, Abas si pemilik barbershop. Ini benar rumahnya kan?" tanggap Irwan.
"Benar, Pak. Tadi saya lihat Abasnya udah datang kok. Tapi kenapa sepi ya. Aku akan coba panggilkan lewat pintu belakang deh," kata Bi Warni.
"Iya, Bu. Terima kasih," sahut Irwan dengan senang hati.
Bi Warni bergegas menuju pintu belakang rumah Abas. Di sana dia mengetuk sambil memanggil nama Abas.
kalau suka yang hot recommended nih...