Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Tak dapat mengendalikan diri
"Bri..Brian... Terima kasih atas perhatian kamu sama aku. Ta..tapi apa yang sudah kita lakukan tetap salah. A..aku mohon Brian carilah perempuan lain yang lebih baik dari aku. Kau tampan dan kaya, pasti di luar sana banyak perempuan cantik yang mengejarmu..." ucap Viona.
Brain hanya melirik sekilas pada Viona lalu dia kembali fokus dengan menyetir.
"Ingatlah Brian, aku adalah istri kakak kandungmu sendiri. Tidak seharusnya kau mencintaiku. Itu salah, aku tidak mau mengkhianati kakakmu, selama ini dia begitu baik padaku. Dia memperlakukanku dengan baik dan selalu menafkahi semua kebutuhanku. Dia bekerja keras demi aku. Walaupun aku belum bisa membalas apa yang telah dia berikan padaku. Aku belum bisa memberinya anak. Tapi walapun begitu dia masih tetap setia dan sayang padaku...." sambung Viona.
Mendengar perkataan Viona, Brian pun tersenyum sinis.
"Nggak bisa kak, aku sudah jatuh cinta sama kakak, hati aku sudah aku berikan pada kakak, aku nggak bisa mengalihkan perasaan ini untuk yang lain...." jawab Brian.
"Tapi Brian ini nggak benar, apa kamu nggak kasihan sama kak Bara..? Dia kakak kandungmu, nggak seharusnya kamu mengkhianati kakakmu sendiri..." ucap Viona yang kesal karena Brian tidak mau mengerti juga.
Brian lalu meminggirkan mobilnya dan berhenti di sana.
"Jadi kak Viona ingin aku menjauh dari kakak..? kakak ingin aku tidak dekat- dekat kakak lagi...? Kakak ingin menjaga jarak setelah apa yang sudah kita lakukan berdua...?" tanya Brian terlihat emosi.
"Apa menurut kakak semua yang terjadi di antara kita tidak ada artinya sama sekali...?" sambung Brian.
"Jawab kak, apa kakak tidak punya perasaan apa- apa terhadapku....?" tanya Brian.
Mendapat berbagai pertanyaan dari Brian Viona pun merasa gugup. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Kenapa kakak seperti memberikan harapan padaku, kakak selalu menerima semua perlakuanku pada kakak, bahkan kakak menikmati semua yang aku lakukan pada kakak. Lalu apa itu artinya kak...?" tanya Brian.
"Kenapa waktu itu kakak tidak memberontak atas apa yang aku lakukan pada kakak...? Kenapa kakak tidak marah. Kakak hanya mengatakan apa yang kita lakukan salah, tapi tubuh kakak berkata lain. Tubuh kakak menginginkannya juga. Iya kan kak ...? Jawab kak..." seru Brian sambil menggenggam tangan Viona dengan erat.
Lagi- lagi Viona tidak bisa menjawab pertanyaan Brian. Iya dia akui, dia begitu menikmati apa yang dilakukan oleh Brian, walapun hatinya menolak, tapi tubuhnya menerima segala perlakuan Brian terhadapnya.
Bagaimana tidak, Brian memberikan apa yang Viona butuhkan. Brian memperlakukan Viona dengan lembut dan penuh perasaan hingga membuat Viona terbuai. Tapi di sisi lain ada perasaan bersalah di hatinya karena dengan menerima semua perlakuan Brian terhadapnya, dia merasa telah mengkhianati Bara .Dan di sisi lainnya tubuhnya begitu menerima dan menikmati perlakuan Brian karena beberapa bulan belakang ini dia tidak mendapat perlakuan lembut seperti itu dari sang suami.
Semakin hari sikap Bara semakin cuek dan dingin terhadapnya. Bahkan dia kelihatan lebih nyaman berbicara dengan Karin yang memang pintar dalam berkomunikasi dari pada bicara dengannya.
Iya, Viona mengakui kalau dirinya adalah pribadi yang membosankan. Dia tidak pandai diajak berbicara. Dia tidak bisa menyenangkan lawan bicaranya. Gaya bicaranya selalu monoton begitu- begitu saja, tidak asik. Tapi mau bagaimana lagi dia memang seperti itu dari dulu. Dia anak pendiam. Sebenarnya di dalam hatinya banyak hal yang ingin dia ungkapkan, tapi entah kenapa semua kalimat itu tidak bisa keluar dari mulutnya.
Karena tidak mendapat jawaban dari Viona, Brian kembali menjalankan mobilnya membelah jalanan raya menuju ke rumah sang kakak. Kini mereka hanya saling diam sibuk dengan pikirannya masing- masing. Tak terasa akhirnya mobil mereka pun telah sampai di depan rumah Bara. Pak Jaja membukakan pintu pagar. Mobil Brian pun masuk ke halaman rumah, kemudian Brian menghentikan mobilnya.
Viona yang sejak tadi melamun tidak menyadari bahwa dia sudah berada di halaman rumahnya.
"Kakak nggak mau turun...?" tanya Bara.
Viona pun tersentak lalu menolah ke arah Brian.
"I..iya Brian kenapa...?" tanya Viona yang masih belum sadar dia ada di mana.
"Kakak masih ingin di sini ..? Kakak nggak mau turun..?" tanya Brian.
Viona pun melihat ke sekeliling melalui kaca mobil.
"Lho, ki..kita sudah sampai...? Ma..maaf Brian, aku tadi sedikit melamun jadi nggak tahu kalau kita sudah sampai...." ucap Viona.
Brian hanya diam sambil menatap lekat pada sang kakak ipar.
"Terima kasih kamu sudah mengantarku pulang. Aku turun ya..." ucap Viona lalu membuka pintu mobil dan keluar dari sana.
Brian tidak mengucapkan sepatah katapun pada Viona. Dia hanya memperhatikan Viona turun dari mobilnya dan berjalan menuju rumahnya hingga tidak terlihat lagi karena dia sudah masuk ke dalam rumah.
Setelah Viona hilang dari pandangan matanya, Brian lalu menyenderkan tubuhnya di jok mobil. Dia memejamkan matanya sejenak. Entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang. Tapi yang jelas dari raut wajahnya dia terlihat kesal dan kecewa. Mungkin kah dia kecewa karena Viona tidak mau menerima cintanya dan memintanya untuk menjauhinya.
Tiba- tiba ponsel Brian berdering. Brian lalu mengambil ponsel tersebut dari balik jasnya. Tertera di layar ponsel Angga sang asisten yang memanggil.Brian lalu menggeser tombol berwarna hijau.
"Ada apa Angga....?" tanya Brian.
"Kamu di mana...? Sudah dua jam lebih pergi belum juga balik ke kantor, ngapain sih...?" tanya Angga.
"Aku masih di luar..." jawab Brian.
"Lagi ngapain...?"tanya Angga.
"Ada urusan..." jawab Brian
"Urusan apa...?" tanya Angga kepo.
"Udahlah kamu nggak usah banyak tanya, kamu kerjakan pekerjaanmu saja. Nanti pas aku balik ke kantor pekerjaanmu sudah harus selesai..." jawab Brian.
"Hah..kau ini sama saja seperti kakakmu, meninggalkan kantor seenaknya...." ucap Angga.
"Memangnya Kak Bara ke mana...?" tanya Brian.
"Pergi sama sekertarisnya..." jawab Angga.
"Ke mana...?" tanya Brian.
"Mana ku tahu, mereka pergi dari satu jam lalu sampai sekarang belum juga kembali. Aku aduin nih kalian ke Tuan Robby kalau anak- anaknya pada keluyuran saat jam kerja, biar ngamuk dia..." jawab Angga.
"Adukan saja kalau kau berani. Mau aku pecat kamu..hah..." sahut Brian.
"Makanya cepetan balik dong bos..." ujar Angga.
"Udah jangan bawel kamu, cepat lanjutkan pekerjaan kamu, kalau sampai aku kembali ke kantor belum selesai, bulan besok potong gaji...'' ucap Brian.
"Huh... dasar bos gila..." sahut Angga lalu mematikan sambungan telponnya secara sepihak.
"Hah..kurang ajar sekali dia main matikan telpon begitu saja. Dasar asisten edan..." gerutu Brian lalu memasukkan ponselnya kembali dibalik jasnya.
Brian lalu menyalakan mesin mobilnya kembali hendak kembali ke kantor. Tapi ketika Brian menoleh ke belakang tiba-tiba dia melihat belanjaan Viona yang tertinggal di jok belakang. Brian menggelengkan kepalanya.
"Dasar kak Viona, dengan belanjaannya sendiri aja nggak ingat...." gumam Brian.
Brian lalu mematikan mesin mobilnya. Kemudian dia mengambil belanjaan Viona di jok belakang. Setelah itu dia membuka pintu mobil. Dia akan mengantarkan belanjaan Viona ke dalam rumah.
Brian memencet bel pintu, dan tak lama pintu dibuka oleh bi Yuni.
"Eh ada mas Brian..." ucap bi Yuni.
"Kak Vionanya mana bi...?" tanya Brian.
"Ada di kamarnya mas, bu Viona baru pulang...." jawab bi Yuni yang tidak mengetahui kalau Viona pulang diantar oleh Brian.
"Oh ya udah aku mau ke kamar kak Viona, mau nganterin belanjaan kakak yang ketinggalan..." ucap Brian.
"Oh iya, silahkan mas Brian..." sahut bi Yuni.
Brian pun masuk ke dalam rumah dan menaiki anak tangga menuju ke kamar Viona. Sesampainya di depan pintu Brian kemudian mengetuknya.
Setelah beberapa kali mengetuk pintu, akhirnya pintu pun di buka dari dalam, dan menampilkan Viona yang hanya menggunakan handuk yang dililitkan tubuhnya. Sepertinya dia baru saja selesai mandi. Melihat Brian berdiri di depan pintu Viona pun kaget.
"Bri..Brian...ka...kau...?" ucap Viona yang kaget sekaligus merasa gugup sambil meletakkan kedua tangannya untuk menutupi dadanya. Viona kira yang mengetuk pintu adalah bu Yuni.
"Belanjaan kak Viona ketinggalan di mobil..." ucap Brian dengan datar.
"Oh..i..iya , maaf tadi aku lupa. Makasih ya kamu sudah mau mengantarkan ke sini..." jawab Viona.
Brian pun hanya menatap Viona dengan tatapan dingin.Lalu Brian masuk ke dalam kamar Viona, dan berjalan menuju meja rias kemudian meletakkan beberapa paper bag berisi belanjaan Viona di sana.Viona pun mengikuti Brian. Viona merasa heran dengan sikap cuek dan dingin Brian. Apakah mungkin Brian marah padanya karena kejadian di mobil tadi.
"Bri... Brian apa kau marah padaku...?" tanya Viona.
Brian diam tidak menjawab pertanyaan Viona. Kemudian Brian membalikan badannya hendak keluar dari kamar Viona. Tapi tiba- tiba tubuhnya menabrak tubuh Viona yang berdiri di belakangnya.
"Brukkk..."
"Awwwhh...." ucap Viona yang hampir saja jatuh kalau saja Brian tidak segera menarik tubuhnya hingga tubuh Viona jatuh ke dalam pelukan Brian.
Tiba- tiba jantung Viona berdebar dengan begitu cepat saat kedua mata mereka bertemu. Brian menatap Viona dengan begitu lekat hingga membuat hati Viona menjadi tak karuan.
"Kenapa kau menggodaku kak...?" tanya Brian.
"A..apa mak..maksudmu Brian...?" tanya Viona tanpa mengalihkan pandangannya dari mata Brian.
Lalu tatapan Brian berpindah ke arah dua benda kenyal di depan Viona. Viona pun mengikuti pandangan mata Brian . Ya ampun ternyata handuk yang melilit di tubuh Viona hampir saja terlepas jika saja tubuh Brian tidak menempel ke tubuhnya.
Viona segera menarik handuknya supaya menutupi dua benda di depan dadanya.
"Bri..Brian...ma..maaf.. Ak..aku nggak sengaja..." ucap Viona begitu malu dan gugup.
Brian terus menatap Viona. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja.Rasa gugup, jantung yang berdebar dengan keras dan perasaan lain berputar dalam dada Viona membuatnya kehilangan kata- kata. Viona pun tak tahu harus merespon apa.
Viona tidak tahu apa yang mendorongnya, mungkin dia sedang merasa rapuh atau mungkin juga karena perasaan yang lain terhadap Brian, sehingga tanpa sadar Viona menempelkan bibirnya ke bibir Brian. Viona melihat Brian terkejut dengan apa yang dilakukan padanya. Tapi tak hanya Brian, Viona sendiri pun terkejut dengan apa yang dia lakukan terhadap Brian.
Demi apapun Viona tak dapat mengontrol dirinya sendiri. Viona lalu menggerakkan bibirnya dengan lembut dan menyesap bibir Brian. Tak ingin menyia- nyiakan kesempatan, Brian pun membalas ciuman Viona. Brian memberikan lumatan- lumatan hangat yang dirasakan oleh Viona.Brian menarik tengkuk Viona hingga ciuman mereka semakin dalam.
Bersambung...