Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Tentang Adik Bayi
"Love you Bundanya Aya," bisik mesra Mayor Seno di telinga Dokter Heni.
Cup...
Sebuah kecupan hangat tiba-tiba mendarat di pipi Dokter Heni dengan sempurna dari bibir Mayor Seno.
Blusshhh...
Seketika raut merah merona tampak jelas terlihat di wajah Dokter Heni. Senja di sore hari menjadi saksi bisu dua sejoli yang berstatus sebagai suami istri ini, saling melempar senyum dalam kondisi telapak tangan Dokter Heni yang terus digenggam penuh cinta oleh Mayor Seno. Diiringi ucapan cinta untuk pertama kalinya oleh sang komandan tampan satu ini.
Senja mulai surut dan akan berganti petang. Keduanya pun beranjak berdiri dari bangku panjang di padang ilalang lalu berjalan menuju mobil untuk pulang. Dengan setia Mayor Seno terus menggenggam tangan sang istri bahkan membukakan pintu mobil.
Hal yang tak pernah dilakukan oleh Seno di masa lalu ketika bersama mantan istrinya, Manda. Dikarenakan Seno seperti ucapannya sendiri yang telah diutarakan sebelumnya bahwa dia adalah pria kaku, tidak romantis, lebih banyak cuek daripada perhatian.
Namun masa lalunya bersama Manda, memberi pelajaran berharga untuk diri dan hidupnya. Ia memang mengutuk keras perselingkuhan Manda dengan Gani. Namun lambat laun, ia menyadari jika dirinya juga bersalah sebagai suami yang bisa jadi kurang perhatian pada Manda di masa lalu. Sehingga wanita itu nekad berselingkuh darinya.
Ketika sudah menyadarinya, Seno mengizinkan jika Manda ingin menemui kedua buah hati mereka yakni Aldo dan Aya. Namun sayang kedua bocah tersebut enggan bertemu dengan ibu kandungnya. Bahkan Aldo hanya diam dan membuang muka saat mereka semua bertemu. Sedangkan Aya awalnya diam seperti kakaknya, tiba-tiba menangis yang pada akhirnya berubah menjadi tantrum.
Perlahan tapi pasti, Seno saat ini sedang berusaha untuk mengubah gaya dirinya yang awalnya kaku menjadi lebih cair dan perhatian pada istrinya. Walaupun hal itu tentu tak mudah, tapi ia akan terus berusaha untuk mendapatkan hati dan cinta dari Bundanya Aya.
☘️☘️
Sedangkan di rumah, Fatih kebingungan menenangkan putri mahkota yang tengah merajuk akut.
"Astaga Aya, masa Om Fatih yang ganteng begini harus didandani seperti badut."
"Diem Om, jangan gerak. Nanti riasanku berantakan. Ini masih percobaan. Kalau bagus dan cocok, nanti Om Fatih jadi badut di acara ulang tahunku saja. Biar uang Papa lebih hemat jadi enggak perlu sewa badut lagi," celoteh Aya.
"Ya ampun, bapak-anak sama saja. Minta digantung di pohon tomat!" batin Fatih menggerutu.
"Salah sendiri Om jadi ajudan Papa buat nyembunyikan Bundaku. Jadi Om Fatih pasti sudah siap terima hukuman dari aku. Wlekk..." Aya menjulurkan lidahnya pada Fatih. Namun tangannya masih terus bergerak untuk merias wajah ajudan Papanya itu.
Mbok Jum yang melihat dari kejauhan tingkah Aya pada Fatih yang berpasrah diri di ruang tamu menjadi badut, hanya bisa tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Tingkah Aya sungguh menggemaskan bagi sebagian orang. Namun bagi Fatih sungguh menyiksa. Terlebih saat ini.
"Ya, Papa kan butuh waktu berdua sama Bunda karena banyak yang perlu diobrolkan. Anak kecil enggak boleh ikut karena ini perkara orang dewasa," jawab Fatih seraya tetap pasrah karena saat ini wajahnya sudah belepotan tak karuan di acak-acak oleh Aya dengan berbagai riasan warna dari cat minyak yang biasa digunakan bocah cantik ini ketika melukis di kanvas.
"Memangnya perkara orang dewasa itu ngapain, Om? Kok aku enggak boleh ikut,"
Deg...
Seketika Fatih menelan salivanya dalam-dalam. Ia mendadak lupa jika putri komandannya yang tampan se-Kecamatan ini, tipikal anak yang cukup kritis. Fatih sendiri tidak tahu Seno dan Dokter Heni pergi ke mana. Sebab sang komandan hanya berpesan padanya untuk menjaga Aya di rumah sampai ia pulang.
Fatih juga tidak tahu Seno dan Dokter Heni pulang jam berapa. Dirinya juga sudah termasuk pria dewasa walaupun usianya masih terbilang muda tapi masih jomblo. Tentu saja yang ada di pikirannya saat ini, Seno dan Dokter Heni tengah sibuk membuat adonan calon adik bayi untuk Aya. Padahal faktanya tidak begitu. Palang merah masih setia mengganggu Seno untuk urusan yang satu itu. You know what I mean.^^
"Ehm, Aya mau adik bayi enggak?" pancing Fatih.
Seketika tangan Aya menghentikan riasannya pada wajah Fatih setelah mendengar kata 'adik bayi'. Aya teringat dengan teman sekolahnya bernama Nano yang baru saja punya adik bayi perempuan. Senyum langsung terbit di wajah Aya. Ia membayangkan menggendong dan bermain bersama adik bayi miliknya.
"Mau Om. Cara bikin adik bayinya gimana? Buruan kasih tahu, Om. Biar Aya sama Mbok Jum segera beli bahan bakunya ke mini market Suka-Suka," jawab Aya yang terlihat begitu antusias dengan senyum mengembang di wajah bocah cantik ini.
"Astaga, memangnya ngadon bayi seperti buat kue bolu saja yang bahannya dengan mudah dibeli di mini market. Dikira adik bayi terbuat dari tepung terigu apa. Aya gemesin deh. Pengin cubit, tapi takut bapaknya galak kayak macan!" gerutu Fatih dalam hati.
Fatih pun menarik napasnya sejenak. Membutuhkan ekstra kesabaran jika ia harus menemani Aya.
"Adik bayi yang bisa membuat adonan cuma Papa sama Bunda. Aya enggak boleh ikut. Nanti takutnya adonannya gosong terus bantat eh enggak jadi adik bayinya. Gimana coba?"
"Oh, begitu ya Om."
"Iya, Aya. Jadi semisal Aya pengin cepet punya adik bayi, biarin Papa sama Bunda terus bersama berdua."
"Bersama berdua itu di mana Om?"
"Ya di dalam kamar Papa," jawab Fatih.
"Yah, kalau Bunda sama Papa tidur satu kamar, terus aku sendirian dong tidurnya." Bibir Aya tampak mengerucut ke depan.
"Kasihan Papa, sudah lama sampai berabad-abad bobo sendirian terus."
"Kan Papa udah gede, Om. Enggak perlu ditemenin kalau bobo,"
"Karena Papa udah gede jadi butuh ditemenin sesama orang dewasa juga buat saling ngobrol sambil bikin adonan calon adik bayi. Kalau Aya sayang sama Papa, ya wajib dilakukan. Sebagai tanda bakti anak pada Papanya,"
"Yang sudah lama menduda level akut. Takutnya barang Papamu karatan, Ay. Nanti gak bisa ngegas waktu nanjak menjelajah Bundamu. Kan berabe. Haha..." sambung Fatih seraya tertawa terbahak-bahak dalam hatinya meledek Seno.
Tak berselang lama, keduanya mendengar suara deru mobil milik Seno.
"Nah, itu suara mobil Papa. Ayo Om Fatih, kita keluar. Kita sambut komandan tampan se-Kecamatan yang sudah berani menculik Bundaku. Kalau alibinya tidak kuat, siap-siap saja."
"Siap-siap apa, Ay?" tanya Fatih merasa was-was.
"Ya siap-siap terima hukuman lah. Bahkan mungkin lebih parah daripada Om Fatih saat ini. Kecuali Aya diajak kerjasama membuat adonan adik bayi. Hukuman untuk Papa bisa Aya pertimbangkan," celoteh Aya seraya berjalan menggandeng paksa tangan Fatih menuju pintu utama.
Ceklek...
Derit pintu utama dibuka oleh Aya. Tatapan tajam langsung dilayangkan oleh Aya pada Papanya yang tengah sibuk membukakan pintu mobil untuk Dokter Heni. Senyum sumringah tampak jelas di raut wajah Mayor Seno dan Dokter Heni.
"Semoga komandan saja yang dihukum. Jangan merembet hukumannya buat aku. Emak... tolongin anakmu yang ganteng ini," batin Fatih menjerit.
Bersambung...
🍁🍁🍁
bukan sukarela seperti yg km bilang
beneran apa bener teteh author
🤭🤭🤭
lo itu cuma mantan
buanglah mantan pada tempatnya
dasar racun sianida
💕💕👍👍
tampan se-kecamatan
🤣🤣🤣
🤦🤦🤦🤦
🤭🤭🤭🤭