Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05 mentraktir rekan kerja
Mereka bersorak dengan senang , Sinta yang duduk di samping Anggita menjadi orang pertama yang lebih dulu mengambil buku daftar menu . Tangannya menunjuk beberapa menu hidangan ala barat dengan semangat 45 . Setelah selesai memesan tidak lupa dia mengucapkan terimakasih .
"Terimakasih Kak Anggita ,Atas traktirannya . Mungkin besok gantian kaka Risa yang akan traktir kami .Benar tidak Kak Rosa .?
Rosa yang baru mengambil daftar menu melebarkan mata mendengar ucapan Sinta .dia terbatuk dua kali sambil mengelus dagunya mencari alasan .
"Uhuk uhuk ." tidak bisa Sinta , aku masih punya banyak tanggungan , cicilan mobil dan rumah aku belum lunas . Lalu asuransi dan beberapa kebutuhan yang lain nya . Aku tidak sanggup jika harud mentraktir kalian di tempat seperti ini ." ucap Rosa .
Anggita dan Sinta tertawa melihat wajah panik Rosa ,juga beberapa teman di sampingnya ikut tertawa . Di tengah hiruk pikuk ramainya restoran , ada sebuah televisi LID dengan ukuran besar di tengah ruangan tiba tiba menyala dan menampilkan sebuah acara wawancara bisnis .
Pengunjung restoran yang semula tenang tiba tiba berubah heboh dan ramai setelah melihat sosok yang tampil.sebagai bintang tamu dan nara sumber .
Sinta adalah pengemar fanatik dunia bisnis , ketika melihat sosok tampan di televisi , dia langsung menjerit histeris .
"Bukankah itu Maxsim Samudra ." tangannya gemetar menunjuk ke layar televisi .
Bukan hanya Sinta bahkan orang awam sekalipun akan heboh ketika melihat Maxsim samudra .Selain memiliki penampilan sempurna ,Maxsim Samudra juga memiliki kekayaan dan popularitas yang tinggi .
"Jika aku menjadi istrinya , Aku akan bisa mentraktir kalian di tempat seperti ini , mungkin setiap hati dan tidak hanya satu devisi , satu gedung perusahaan Moonlight pun aku mampu ." ucap Rosa dengan enteng .
Sinta dan teman teman nya tertawa mendengar hayalan Rosa .
"Kak Rosa ,kamu jangan terlalu berhayal . Pria sesempurna seperti Presdir Maxsim , bagaimana mungkin suka dengan 0erempuan seperti kita ." ucap Sinta .
"Apa yang tidak mungkin di dunia ini , Sin . Apa lagi wajahku juga tidak terlalu buruk .Jika ada kesempatan mungkin aku harus mencari tahu tempat tinggalnya , dan aku akan datang untuk menggodanya . Lalu setelah itu karena merasa bersalah ,0resdir Maxsim akan bertanggung jawab ...
"Uhuk...uhuk .." perkataan Rosa terpaksa terhenti karena suara batuk yang datang dari mulut Anggita .
"Kak Anggita , kamu tidak apa apa ." tanya Sinta dengan khawatir . Namun Anggita hanya menggoyangkan tangannya saja ,sambil menundukkan kepala .
"Aku tidak apa apa , aku baik baik saja kok ." jawab Anggita . Dia menyembunyikan wajahnya untuk menstabilkan ekspresi . Walau dia tahu , ucapan Rosa itu hanya lah karangan saja , tapi rangkaian kejadian sangat mirip dengan kisah nya dengan Maxsim .
Tak lama kemudian pelayan datang membawakan pesanan . Semua tampak bersemangat dan hampir meneteskan air liurnya melihat menu hidangan yang menggugah selera .
Anggita sudah memegang sendok dan garpu siap untuk makan , tiba tiba ponselnya berdering memperlihatkan satu nama kontak yang tidak asing .
"Umm ...kalian makan saja dulu , aku ke belakang sebentar ." ucap Anggita sambil menatap layarnya sebentar , kemudian segera beranjak dati kursinya menuju ke toilet .
"Hallo Dokter Abraham , apa ada masalah dengan Anjas .? Tanya Anggita langsung pada Dokter Abraham setelah masuk ke salah satu ruangan di toilet . Sambil mengunci pintu toilet dan duduk di atas klosed . Wajahnya tampak khawatir mengingat Anjas sang adik.
"Jangan cemas Nona Anggita , tidak ada apa apa dengan Mas Anjas , kita selalu mengeceknya setiap dua jam sekali untuk memantau situasinya .Nona Anggita tidak usah khawatir ." ucap Dokter Abraham membuat Anggita bernafas lega .
"Baiklah , setelah ini saya akan segera tranfer biaya perawatan untuk Anjas ke rekening Dokter."ucap Anggita .
"Terima kasih Nona ."
"Tidak Dok , seharusnya saya yang berterimakasih pada Dokter . Karena Dokter telah berbaik hati memberi saya keringanan dan kemudahan untuk merawat adik saya ."
"Sama sama Nona , kita sebagai manusia sudah seharusnya saling tolong menolong . Karena saya berpikir mungkin suatu hari entah saya , atau anak anak saya mungkin juga akan mengalami kesusahan seperti Nona ."
Setelah memgakhiri sambungan telepon nya , Anggita segera mentranfer uang 100 juta ke rekening Dokter Abraham . Dia sangat bersyukur bertemu dengan Dokter Abraham .pemilik Rumah sakit di mana Anjas di rawat .
Menurut cerita Dokter Abraham mempunyai dua orang anak perempuan dan laki laki .memang manusia tidak selama di atas begitu pula yang di bawah tidak akan selama nya di bawah . Takdir Allah tidak berhenti di tempat tapi terus berputar sesuai dengan tekat dan istikomah kita masing masing .
Uang seratus juta yang di tranfer Maxsim semalam , dia gunakan untuk biaya rumah sakit Anjas . Dia keluar dari ruang toilet kemudian berdiri di depan wastafel . Dia melepas syal yang melilit leher nya dan melihat pantulan dirinya di depan cermin besar .
Anggita menggosok lehernya yang ada bercak merahnya sembari membasuh dengan air . Tapi tanda merah itu tidak mau hilang , Bahkan pagi tadi sudah berusaha mencoba menutupinya dengan foundation tapi masih belum bisa menyamarkan bekas kiss mark yang di buat oleh Maxsim .
"Dia benar benar keterlaluan ."
Dalam posisi seperti ini Anggita juga tidak bisa marah dan hanya bisa menarik nafas dalam dalam .
"Kak Anggita ...kami menunggu mu lama di luar ,apa sebenarnya yang kamu lak.. " Sinta berjalan masuk sambil.bicara tanpa permisi . Saat melihat Anggita dengan tampilan saat ini dia segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya .
"Ya Ampun , kak Anggita . Ada apa dengan lehermu .? Apa ini di gigit serangga .? Sinta berjalan mendekati Anggita , lalu menyentuh cap merah yang ada di lehernya dengan pernuh tanda tanya .
"Be benar itu , di gigit serangga ." jawab Anggita sangat gugup .
Tapi Sinta masih ragu dan penasaran dengan kesimpulan ini . Dia mengelus dagunya sambil terus menatap bercak merah tersebut .
"Ah sepertinya ini bukan gigitan serangga . Mana ada bekas gigitan serangga sebesar ini ."
Mata Anggita membulat sempurna mendengar gumaman Sinta , dia segera memakai kembali syalnya untuk menutupi lehernya .
"Ayo kita kembali , bukankah yang lain sudah menunggu ? Anggita membalik dan mendorong bahu Sinta untuk keluar dari toilet , dan berharap Sinta segera melupakan rasa penasarannya .
"Itu mereka !"
Suara Rosa dan teman teman menunjuk ke arah Anggita dan Sinta yang baru saja kembali .
"Kamu tidak berpikiran untuk kaburkan dan memaksa kita untuk membayar sendiri sendiri to ." celetuk Rosa yang seketika membuat anggita mengerucutkan bibirnya .
"tentu saja tidak , aku sudah membayarnya . Kalian tidak perlu memikirkan itu ." jawaban Anggita membuat lega di dada rekan rekan kerjanya .
"Terima kasih kak Anggita ."
"Terima kasih Anggitaku yang baik ." Ucap Rosa sambil mengulurkan kedua tangannya yang membentuk simbol hati .
Anggita mendengus pelan .dan segera menyuruh teman teman nya untuk segera menghabiskan makan siang nya .