[Update tiap hari, jangan lupa subscribe ya~]
[Author sangat menerima kritik dan saran dari pembaca]
Sepasang saudara kembar, Zeeya dan Reega. Mereka berdua memiliki kehidupan layaknya anak SMA biasanya. Zeeya memenangkan kompetisi matematika tingkat asia di Jepang. Dia menerima hadiah dari papanya berupa sebuah buku harian. Dia menuliskan kisah hidupnya di buku harian itu.
Suatu hari, Zeeya mengalami patah hati sebab pacarnya menghilang entah kemana. Zeeya berusaha mencari semampu dirinya, tapi ditengah hatinya yang terpuruk, dia malah dituduh sebagai seorang pembunuh.
Zeeya menyelidiki tentang masa lalunya. Benarkah dia merupakan seorang pembunuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adzalziaah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 | Kairo
Dear diary ...
Aku baru saja bertemu dengan Kairo. Dia tampak baik-baik saja, aku sangat lega. Tapi pertemuan kami tidak berlangsung lama. Aku tidak tau apa yang membuatnya begitu takut untuk menemuiku. Dia kembali pergi tanpa memberitahuku alasannya. Aku tidak bisa mencegahnya untuk pergi.
Pagi tadi aku sudah menjalani yang namanya uji coba kompetisi di sekolahnya Kairo. Aku mengerjakannya dengan baik. Meski kepalaku pusing sekali setelah mengerjakannya. Tapi aku harus tetap sekolah besok. Aku tidak mau membuat tubuhku sakit.
Sekarang aku sudah bersiap untuk tidur. Bahkan aku menulis buku harian ini dengan memakai piyamaku. Sebelum tidur, papa selalu memberiku vitamin agar daya tahan tubuhku tidak turun. Aku baru saja meminumnya tadi. Mungkin papa tidak ingin aku jatuh sakit seperti Reega pada saat ini. Semoga malam ini aku bermimpi indah karena akhirnya aku bisa bertemu Kairo.
^^^-Adila Zeeya Vierhalt-^^^
...****************...
Beberapa hari yang lalu.
Kairo sedang berada di sebuah kafe sederhana. Dia memandang HP yang menampilkan foto sahabat sejak masa kecilnya, Zeeya. Dia termenung lama menatap gadis itu. Terbesit di pikirannya untuk menelepon sesekali. Tapi dia mengurungkan niatnya itu karena takut akan suatu hal.
Malam hari yang dingin membuat Kairo pulang ke apartemennya dengan badan menggigil. Sudah satu minggu lamanya dia tinggal di luar negeri. Berat baginya untuk tinggal sendirian di negeri orang. Tapi mau tidak mau, karena dia terpaksa melakukannya.
Kairo berdiri di depan pintu apartemennya yang kumuh. Dia memegang daun pintunya. Kairo terheran karena pintunya tidak terkunci. Padahal sejak pergi tadi dia telah memastikan untuk mengunci pintu apartemennya.
Krek ...
Dia membukanya dengan sangat hati-hati. Rasa curiga membuatnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam. Kegelapan menyelimuti seluruh ruangan. Kairo memicingkan kedua matanya untuk melihat dengan baik dalam kegelapan ini. Dia tidak berani menyalakan lampu.
“Kau sudah kembali?” suara dari sesosok laki-laki yang menunggu dari dalam apartemen Kairo.
Kairo mencari sumber suara. “Siapa ...?”
Dia melihat sosok laki-laki yang duduk di sofa ruang tamu sedang menunggu kepulangannya. Kairo terkejut saat melihat sosok itu. Sekujur tubuhnya tiba-tiba merinding.
“Siapa kamu? Kenapa kamu bisa ada di sini?” Kairo berusaha melihat sosok itu di dalam kegelapan.
Sosok itu tertawa kecut. “Tentu saja bisa ... papaku yang telah membawa kau ke sini. Orang bawahannya dengan mudah memberitahuku di mana kau berada. Apa aku tidak boleh mengunjungi sahabatku sendiri?”
“Ree ... Reega ...?”
Reega beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekati Kairo dengan memandang angkuh.
Kairo berdiri di hadapannya. “... bagaimana keadaan Zeeya sekarang?”
“Menurut kau?”
“Ah ... aku merasa amat bersalah padanya ...”
“Cukup,” Reega membentaknya, “tidak perlu merasa bersalah setelah kau menghancurkan kehidupannya!”
Dia mengitari ruang tamu apartemen Kairo. Kemudian memandang beberapa foto dalam bingkai yang tergantung di dinding. Dia mengambil salah satu foto lalu memandang lama foto tersebut. Ada saudari kembarnya dan Kairo dalam foto yang dipegangnya.
“Apa aku bisa menemuinya? Aku hanya ingin tau bagaimana keadaannya setelah kutinggalkan. Aku mohon ...”
Reega memandang serius pada foto yang dipegangnya. “Kau tidak perlu tau tentang keadaannya. Sebab aku sendiri yang telah menjaga dan melindunginya selama ini. Dia tampak baik-baik saja.”
“Setidaknya izinkan aku menemuinya sebentar untuk mengatakan kata-kata perpisahan. Tidak masalah kalau kamu ingin kita berdua berpisah ...” Kairo berdiri di belakangnya.
“Kau tidak sadar? Kau sedang membuatnya berada dalam bahaya!” Reega berbalik badan menghadap Kairo, “kau ingin dia terluka? Atau kau ingin dia kehilangan nyawa?”
“A-aku ... bukan! Bukan seperti itu maksudku ...” Kairo tertunduk lesu, “... aku telah mengkhianati kepercayaannya. Aku hanya akan pulang untuk meminta maaf. Biarkan aku mengucapkan kata perpisahan dengan benar untuk sekali saja.”
Prang ...!
Reega menjatuhkan bingkai foto itu ke lantai dengan sengaja. Pecahan kacanya terbang ke mana-mana. Kairo membuka bola matanya dengan terkejut.
“Ree!!! Ada apa denganmu?”
“Papaku bersusah payah membawamu ke sini demi Zeeya! Dia tidak ingin kejadian yang menimpanya saat bersamamu terulang kembali. Begitu pun denganku!”
Reega mengambil lagi salah satu foto di dinding itu. Dia menatap kembali potret sadari kembarnya di foto itu. Sedangkan Kairo tetap diam mematung tak bersuara.
“Kai, apa kau sudah lupa dengan semua yang telah keluargaku berikan padamu?” Reega menjatuhkan lagi foto yang dia pegang, “kemudian, apa kau tau bagaimana ayahmu membalas kebaikan kami?”
Prang ...!
“Kalau begitu aku minta maaf atas nama ayahku! Tolong hentikan, Ree!” Kairo bersuara lantang.
“Apa yang bisa kau lakukan selain minta maaf, Kai? Aku muak mendengarnya,” Reega tidak peduli dengan apa yang dikatakan Kairo, “setelah papaku menawarkan kerja sama membangun sebuah perusahaan, apa yang dilakukan ayahmu? “
Dia mengambil kembali foto di dinding itu lalu menjatuhkannya satu persatu hingga pecahan kaca bertebaran ke mana-mana.
Prang!!!
Pyang ...!
Prang!!!
“Ree, hentikan!!!”
“Dia menjual data perusahaan keluarga kami, bahkan informasi pribadi yang mengancam nyawa kami. Terutama nyawa milik orang yang paling kau sayangi itu!”
Seketika Reega menahan tangannya untuk tidak menjatuhkan foto terakhir. Dia memalingkan tatapannya yang tajam ke arah Kairo.
“Ree ... Aku mohon ... Aku akan menuruti semua keinginanmu! Tolong beri aku kesempatan sekali lagi untuk bertemu Zeeya dan meminta maaf padanya!”
“Kesempatan itu sudah kuberikan tiga tahun lalu. Tapi kau tidak melakukan apa yang kukatakan. Kau telah membuatnya celaka!”
Reega memandang foto di tangannya lalu tersenyum sinis. “Kejadian itu membuatnya bermimpi buruk setiap malam. Bahkan hanya untuk sekedar tidur, dia ketakutan. Aku selalu ada di sampingnya untuk membuatnya bermimpi indah. Apa Zeeya mengatakan hal itu padamu?”
Kairo menggelengkan kepalanya pelan. Matanya berkaca-kaca melihat Reega menghancurkan semua foto miliknya. Kecuali satu foto yang menunjukkan wajah Zeeya di dalamnya. Tampak wajah gadis itu memancarkan senyuman manis dan terlihat sangat bahagia di foto.
“Aku akan melakukan apa saja untuk menebusnya. Aku ... hanya ingin bertemu Zeeya ... izinkan aku bertemu dengannya.”
“Nyawa hanya bisa dibalas dengan nyawa. Tapi nyawa tidak bisa kembali kepada pemiliknya.”
Reega menyerahkan foto yang dipegangnya kepada Kairo. “Zeeya menerima surat ancaman yang ada hubungannya dengan kasus di sekolah asrama kita dulu. Aku yakin kamu tau siapa pengirim surat itu. Urus masalah itu sebelum Zeeya mengetahui apa yang terjadi dibalik kejadian tiga tahun lalu.”
Kairo menerima foto itu dengan tangan bergetar. “A-aku mengerti.”
“Ingatlah, jangan beritahu informasi apa pun pada Zeeya. Terutama sesuatu yang membuatnya teringat kembali pada kejadian itu. Kembalilah dan lihat keadaannya sendiri.”
Kairo bernafas sangat lega. Setelah mengatakan itu, Reega berjalan menuju pintu keluar. Kairo melihatnya meneteskan darah dari telapak tangannya. Langkahnya meninggalkan jejak darah dari pecahan kaca di lantai.
“Tunggu, Ree ...” Kairo berusaha menghentikan Reega.
“Ada lagi yang kau mau dariku?” Reega menghentikan langkahnya.
“Sampai kapan kamu akan menyembunyikan kejadian yang sebenarnya kepada Zeeya ...” Kairo memegang pundak Reega dari belakang.
“... maksudku ... apa Zeeya berhak dipaksa melupakan semua kenangan saat dia berada di sekolah asrama? Kenangan baik sekali pun, kamu tidak ingin dia mengingatnya?”
“Kamu tidak perlu khawatir. Selama ini Zeeya bahagia dengan ingatan barunya.” Wajah Reega yang semula datar berubah dihiasi senyuman.
“Tapi aku sangat yakin kalau Zeeya akan tersiksa jika kamu terus menyembunyikan sesuatu darinya. Dia menganggap kamu sebagai seorang yang paling bisa dipercaya. Dia pasti sangat kecewa karena kamu telah menutup ingatannya.”
Kairo mengharapkan jawaban dari sosok Reega. Tapi Reega tidak bergeming lalu keluar meninggalkan apartemen Kairo.
.........
dari judulnya udah menarik
nanti mampir dinovelku ya jika berkenan/Smile//Pray/
mampir di novel aku ya kasih nasihat buat aku /Kiss//Rose/