"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18. Kelinci Kecilmu
Seperti sebuah gelas yang semula cantik menjadi pecah tidak karuan setelah tidak sengaja tersenggol oleh tangan, Dania sama halnya dengan gelas itu. Di tepi ranjangnya, dia duduk, menangis tanpa henti.
Pikirannya terus tertuju pada William dan Kimberly yang saat ini tengah adu kekuatan di sebuah hotel. Sebelumnya mereka telah izin pada Dania dan Dania mengijinkannya.
Wajahnya tampak terukir senyum saat itu, namun tanpa mereka tahu Dania tengah memendam kemarahan yang memuncak di hatinya.
Dia ingin marah dan melakukan apapun yang ia mau, namun akal sehatnya yang lumayan licik menyadarkannya dan membuatnya mengambil keputusan untuk memendam kemarahannya dan memilih bersabar.
Dengan sebuah ponsel di tangannya, Dania terlihat menatap foto lama dirinya bersama William, lalu mengusap air mata yang berlinang di pipinya.
"Masa ini indah banget ya, Will. Masa dimana kamu masih ngejar-ngejar aku, bikin aku gemes banget sama tingkah kamu yang sangat konyol. Kamu lucu banget waktu itu Will. Kamu rela di omelin papaku hanya demi mau nemuin aku ...,"
"Kamu nabung dan beliin aku boneka dengan susah payah. Will, aku merindukanmu yang seperti ini. Kapan kamu kembali, Will? aku, kelinci kecilmu ini sangat merindukanmu." Dania masih terus menangis. Menyeka air mata yang mengalir di pipinya dengan tangannya.
Dengan sebuah tarikan napas yang kuat, Dania melanjutkan ucapannya. "Kamu dulu sudah berjuang keras, Will. Akupun juga sudah berusaha meyakinkan kedua orang tuaku untuk menerimamu. Mereka terus nolak kita berhubungan karena perbedaan usia kita dan kondisi finansial kamu ..,"
"Ayahku bahkan mau nampar kamu waktu itu karena nggak sengaja bikin rokok yang ayahku hirup terjatuh ke tanah. Maafkan ayahku waktu itu ya. Ayah keterlaluan banget sama kamu. Dia ataupun mama nggak pernah membiarkan kamu menjadi kekasihku, hingga akhirnya aku dijodohkan dengan mas Yoga ...,"
"Mas Yoga pria yang baik, perkasa dan hebat dalam pekerjaannya sebagai pilot. Tapi dia selalu sibuk dengan pekerjaannya hingga tak ada waktu buat aku. Aku selalu kesepian Will. Tanpa kamu rasanya hidupku hampa. Sepi ...,"
"Kamu kenapa berubah, Sayang? katanya kamu cuma kewajiban saja melakukan itu dengan Kimberly, tapi kok sampe berulang kali? kamu tega. Kita udah janji loh untuk selalu setia sampe akhirnya nikah nanti. Tapi ini, kamu dengan sadar sudah menyakiti hatiku. Membuatku kecewa,"
Dania segera menutup ponselnya dan menangis semakin keras. Dia menyeka air mata yang mengalir di pipinya dan menatap kearah sekeliling kamar yang terasa membosankan.
"Jelek banget ya kamar ini. Aku kangen sama William. Dia udah seminggu lebih nggak kesini. Bikin aku bosen aja." tambah Dania.
Dia pun segera bangkit dari tempat duduknya dan melangkah keluar kamar menuju ke lantai bawah. Setelah beberapa saat lalu Tasya izin padanya untuk tidur, rumah itu terasa sepi. Tanpa kehadiran siapapun, termasuk William dan Kimberly.
................................
"Haaaa .. emppphh .. sayyyaanggg ..."
Celap celup di kamar hotel itu masih terus berjalan. Kimberly dan William sudah melakukan pel3pasan entah yang keberapa kalinya. Dan kini mereka hendak melakukannya lagi.
William segera mempercepat laju gerakannya dan ia membenamkan adik kecilnya dengan dalam di gua basah Kimberly. Mengeluarkan cairan hangat miliknya yang mencampur menjadi satu dengan kepunyaan Kimberly di dalam gua itu.
"Aarrgghhh!!!!!!" setelah memuncratkan cairan itu, William segera terjatuh dengan lemas di atas dada Kimberly yang terasa basah oleh keringat.
"Sayang," panggil William.
"Iya," balas Kimberly sembari mengatur napasnya dan menyeka beberapa bulir keringat yang mengalir, memenuhi wajahnya.
William segera men-ge-cup singkat bibir Kimberly dan membalas santai. "Terimakasih untuk malam yang indah ini. Aku sangat senang bisa menghabiskan malam ini bersamamu.
Kamu sangat s3ksi malam ini, membuatku candu dan menginginkannya lagi. Sayang, sebelum pulang kita bermain satu r0nde lagi yuk, atau kamu mau kita menginap di hotel ini sampai besok pagi?" tanya William.
Kimberly segera tersenyum manja, melingkarkan tangannya di leher William. "Kita menginap saja disini malam ini. Mama sudah mengijinkan kita pergi, jadi kamu nggak usah khawatir jika mama akan mencari kita.
Dia tidak akan mempermasalahkannya. Yuk, kita lanjut ke r0nde kelima. Tadi kamu menginginkannya kan?"
Kimberly segera mengedipkan matanya, dengan gerakan cepat Kimberly segera men-ci-um bibir William, membuat William terkejut, tapi tidak urung untuk membalas civmannya dengan jauh lebih ganas, membuat Kimberly kewalahan.
...........................
Tiga hari kemudian, William sudah siap untuk pergi ke Surabaya, melakukan pengecekkan proyek perusahaan tempatnya bekerja. Dia sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan teliti, termasuk izin dari istrinya, Kimberly.
"Sayang, aku akan pergi ke Surabaya untuk mengecek proyek perusahaan. Aku sudah menyiapkan segalanya, jadi jangan khawatir ya," ujar William sambil menatap istrinya dengan penuh keyakinan.
Kimberly hanya mengangguk pelan. "Baiklah, hati-hati di perjalanan ya. Jangan lupa pulang tepat waktu."
William tersenyum. "Tentu saja, sayang. Aku akan kembali secepat mungkin."
Setelah mengucapkan salam perpisahan, William pun berangkat ke Surabaya. Perjalanan menuju kota tersebut berjalan lancar, dan dalam waktu singkat, dia sudah tiba di lokasi proyek.
Sesampainya di sana, William langsung memeriksa proyek tersebut. Namun, apa yang dia temui membuatnya terkejut. Proyek tersebut jauh dari ekspektasinya. Bangunan yang sedang dibangun terlihat tidak sesuai dengan rencana yang sudah disusun sebelumnya.
William pun segera menghubungi tim proyek untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setelah berdiskusi dengan mereka, akhirnya terungkap bahwa ada kesalahan dalam pelaksanaan proyek tersebut.
"Kita harus segera memperbaiki kesalahan ini sebelum proyek ini semakin rumit," ujar William kepada tim proyek.
Mereka pun bekerja keras untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Meskipun terjadi beberapa kendala di tengah jalan, namun dengan kerja keras dan kerjasama tim, akhirnya proyek tersebut berhasil diselesaikan dengan baik.
Setelah proyek selesai, William pun kembali ke Jakarta. Dia merasa lega karena proyek tersebut berhasil diselesaikan dengan baik meskipun ada beberapa kendala di tengah jalan.
Sesampainya di rumah, Kimberly sudah menunggu dengan senyum manisnya. "Bagaimana perjalananmu, sayang?" tanya Kimberly.
William tersenyum. "Alhamdulillah, proyek sudah selesai dengan baik. Terima kasih atas doamu, sayang."
Kimberly mengangguk senang. "Aku senang mendengarnya. Aku yakin kamu pasti bisa menyelesaikan proyek itu dengan baik."
William menggenggam tangan Kimberly dengan penuh kasih. "Terima kasih atas dukungannya, sayang. Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa doamu."
Mereka pun duduk bersama di ruang tamu, bercerita tentang pengalaman masing-masing selama William berada di Surabaya.
Mereka tertawa dan bercanda, menikmati kebersamaan mereka, tanpa adanya gangguan dari sosok lain, termasuk Dania. Dania sedang ada di luar, kumpul-kumpul bersama teman-teman arisannya.
"Kamu tahu, sayang, meskipun ada beberapa kendala di proyek tersebut, aku merasa bersyukur karena hal itu membuatku belajar banyak hal baru," ujar William sambil menatap Kimberly dengan penuh rasa syukur.
Kimberly tersenyum. "Aku bangga padamu, sayang. Kamu selalu bisa menghadapi tantangan dengan kepala dingin dan hati yang lapang."
William dan Kimberly pun melanjutkan obrolan mereka, saling bercanda dan tertawa bersama.
Mereka, terutama Kimberly merasa bahagia bisa menghabiskan waktu bersama setelah beberapa hari lalu mengetahui fakta menyakitkan tentang William yang menjalin hubungan terl4rang dengan mama tirinya, Dania.
Semenjak hari anniversary, Kimberly merasa sangat bahagia. William menjadi sangat romantis padanya dan hangat.
Sejak hari itu tidak pernah Kimberly temukan William dan Dania bersama. Keduanya tidak pernah di temukan di tempat manapun bersama dan hal itu yang membuat Kimberly bahagia.
................................
Di sebuah cafe yang nyaman dan cozy, Dania duduk di meja bulat bersama dengan teman-teman arisannya. Mereka sedang asyik berbincang-bincang sambil menikmati secangkir kopi hangat.
"Jadi, gimana kabar hubungan kalian?" tanya Dania sambil tersenyum.
"Aduh, jangan ditanya deh. Masih aja ribet sama si dia," jawab Rani sambil menggelengkan kepala.
"Emang kenapa?" tanya Dania penasaran.
"Ya gitu deh, kadang suka bikin baper, kadang cuek banget. Susah banget ngertiin cowok," keluh Rani.
"Emang sih, cowok tuh kadang-kadang bener-bener bikin pusing," sahut Maya sambil mengangguk setuju.
"Ya udah, mendingan fokus aja sama karir dulu. Nanti yang bener pasti datang sendiri," saran Dania bijak.
Mereka pun berganti topik pembicaraan ke masalah keuangan. "Eh, gimana nih dengan tabungan kalian? Udah mulai nabung buat liburan tahun depan belum?" tanya Dania.
"Aduh, jangan ditanya deh. Gaji udah habis buat belanja online," jawab Rani sambil tertawa.
"Emang sih, belanja online tuh bikin dompet jebol," tambah Maya sambil mengangguk setuju.
"Ya udah, mulai sekarang kita harus disiplin nabung. Biar bisa liburan bareng-bareng nanti," ajak Dania semangat.
Mereka pun melanjutkan ngobrol mereka sambil tertawa-tawa. Suasana cafe semakin ramai dengan tawa mereka yang riang.
"Udah ah, kayaknya udah waktunya pulang. Besok kerja lagi nih," kata Rani sambil melihat jam di handphone.
Dania dan teman-temannya pun akhirnya membayar tagihan mereka dan beranjak dari meja bulat itu. Mereka meninggalkan cafe dengan senyum di wajah masing-masing, merasa bahagia telah menghabiskan waktu bersama.
Bersambung ...