Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.
Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.
Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.
Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jika tidak dengan dirimu
"Apa yang kamu lakukan di dalam kamar Luna?" tanya Marni yang rupanya istri ke dua Daru itu menunggu di depan pintu kamar Daru.
"Untuk apa kau di sini. Dimana Nisa?"
Bukannya menjawab pertanyaan Marni, Daru justru mencari keberadaan Nisa Istri pertama nya.
"Suamiku, aku ini juga Istri mu. Kenapa hanya Nisa yang kamu cari dan inginkan?! Tolong lihat aku juga."
Marni tidak bisa menahan air matanya akan rasa sakit yang Ia derita selama ini. Tapi Daru malah menatap tajam wajah Marni.
"Apa yang kamu lakukan pada Nisa, kenapa dia tidak ada di dalam?!"
Marah Daru karena saat membuka pintu kamar dan melihat sekeliling tidak melihat sosok Istri kesayangan nya di dalam sana.
"Aku lagi? Kamu menyalahkan ku lagi atas hal ini."
Marni tertawa kecut dan bersedih dengan tuduhan Daru. Mengapa Marni selalu salah di mata suami nya, apa istimewanya Nisa itu sampai dia tidak ada di kamar Daru harus menjadi kesalahan Marni. Apa bagusnya wanita itu?!
"Kamu bahkan pergi ke tempat Luna. Harusnya sadar kenapa Nisa tidak ada di dalam. Kenapa malah menyalahkan ku!" tambah Marni berteriak tidak terima.
"Diam! Siapa yang menyuruhmu berani berteriak di sini!" bentak Daru tidak kalah besar suaranya.
Daru dan Istri ke duanya itu memang sangat sering bertengkar. Marni karena haus kasih sayang dari suami nya dan Daru yang selalu membenci kata-kata Marni pada Istrinya Nisa membuat Daru muak pada wanita itu.
"Kenapa? Apa aku tidak boleh meminta hak ku? Kenapa hanya Istri mandul mu itu yang bisa _"
"Marni...! Tutup mulut mu itu!"
Amarah Daru meluap dan pria itu mencoba menahan agar tidak kasar pada Marni saat ini.
"Jangan menyuruhku diam! Wanita itu memang hanya perempuan mandul yang tidak bisa melahirkan anak!" balas Marni tidak gentar.
Plak!
Ah!
Satu tamparan langsung melayang ke atas wajah mulus Marni. Wanita itu merasakan darah segar keluar dari sudut bibirnya, Ia bahkan terjatuh dan terduduk karena tidak kuat menahan keseimbangan tubuhnya sendiri.
"Jangan pernah menuntut apapun dari ku. Menjadikan mu Nyonya Daru saja sudah sangat tidak layak untuk kau memiliki status itu!" peringkat Daru lalu pergi meninggalkan Marni untuk menemui Nisa yang mungkin berada di kamarnya.
Akkhhh!
Teriakan Marni menggema, seakan rasa sakit yang Daru berikan tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kata-kata Daru untuk nya.
"Awas kau Nisa.... Semua ini karena wanita sialan itu!"
Marni memukul marmer dingin untuk melampiaskan amarahnya sambil membayangkan wajah Nisa, seakan Nisa lah yang tengah Ia pukuli. Wanita itu menangis histeris dan meraung sendiri.
__________________
Ceklek
Terdengar pintu yang terbuka. Nisa yang sudah berbaring di atas kasur dengan keadaan siap untuk tidur segera terbangun karena suara itu.
Tak.
Terdengar saklar yang di nyalakan
"Suamiku?"
Nisa langsung menghidupkan lampu dan melihat Daru berjalan mendekati dirinya.
"Kenapa kamu malah kembali di sini? Apa kamu marah padaku, atau Marni membuat mu marah?" tanya Daru lembut dan lekas duduk di samping Nisa serta membelai penuh kasih wajah Istri nya.
"Ah, tidak sayang. Kamu ke tempat Luna dan terlalu lama, ku pikir kalian mungkin_"
"Ssstttt," potong Daru yang mengerti ke mana arah ucapan Nisa.
"Kamu marah padaku?" tanya Daru lagi.
"Tidak. Sungguh aku tak marah sayang. Luna memang sudah sah menjadi Istri mu, sudah seharusnya kalian juga melakukan itu," kata Nisa tanpa berani melihat wajah Daru.
Dadanya terasa sesak saat mengeluarkan kata-kata seperti tadi. Namun Nisa tidak bisa egois terus saja menguasai Daru seorang diri. Ia mengingat perkataan Marni yang mendengar Daru meminta obat pada Ayu, sudah pasti obat itu untuk Luna kan?
Entah mengapa Nisa jadi membayangkan apa saja yang mungkin mereka lakukan di dalam. Apalagi saat makan malam tadi Daru seperti tidak suka Andre, Ia dan Marni membahas tentang Luna. Mungkinkah kini Daru mulai meletakkan Luna di dalam perasaannya?
"Hey, lihat aku. Suami mu ini tidak akan pernah melakukan apapun itu jika tidak dengan dirimu."
Daru menarik dagu Nisa agar mereka berhadapan dan bertemu pandang. Nisa mengangguk sambil tersenyum walau ada keraguan dalam hatinya.
Mata mereka terkunci dan kedua wajah itu saling mendekat dan menyatukan kedua bibir yang selalu bertemu. Nisa tidak bisa menghilangkan rasa takutnya, takut akan Daru yang bisa saja berpaling dari dirinya. Sehingga wanita itu berhenti di tengah aktivitas cumbu an mereka yang mulai memanas.
"Kenapa sayang?" tanya Daru dengan suara berat sambil mengusap bibir sang Istri yang telah basah.
"Tidak. Aku hanya merasa takut," jujur Nisa sambil menyembunyikan wajah dalam pelukan Daru.
"Apa yang kamu takutkan? Aku disini dan tidak ada yang bisa membuat mu takut jika ada diriku."
"Itulah yang ku takutkan Daru. Aku takut kamu tidak menginginkan kan ku lagi."
Daru langsung memegang kedua bahu Nisa saat mendengar perkataan tersebut, mereka bertemu pandang dan nampak jelas raut cemas pada wajah Daru.
"Tolong jangan ucapkan itu. Sampai kapanpun hanya kamu yang ku inginkan dan ku mau. Tidak ada siapapun. Aku berjanji. Sungguh!" ujar Daru bersungguh-sungguh agar Nisa tidak berpikir berlebihan lagi.
Nisa senang melihat kesungguhan itu dan perlahan rasa takutnya mereda. Bibir mereka kembali menyatu dalam kedinginan malam yang menghangatkan tubuh kedua Insan tersebut.
__________________
Tok
Tok
"Kak, boleh aku masuk."
Kepala Andre tiba-tiba muncul di balik pintu ruang kerja Daru, di mana orang nya tengah fokus bekerja.
"Hmm, cepat masuk," sahut Daru.
Andre segera masuk dan menutup pintu itu dengan rapat lalu berjalan dan duduk di depan Daru yang tetap fokus pada pekerjaan nya.
"Bukankah harusnya kau menyelesaikan pekerjaan mu. Untuk apa berada di sini?" tanya Daru.
"Aku ingin membahas hal di luar pekerjaan, kak," Kate Andre.
"Di rumah saja, di sini tempat bekerja. Jangan campur adukkan pekerjaan dan masalah pribadi" ujar Daru tidak ingin pekerjaan mereka terganggu.
"Tapi ini hal penting, Kak. Ayah sendiri yang meminta ku untuk merahasiakannya dan harus memberitahu Kakak saja."
Daru langsung menghentikan pekerjaannya dan mata tajamnya langsung fokus pada Andre yang tiba-tiba bergidik melihat tatapan Daru.
.
.
.
Jangan lupa kembali besok pagi untuk membaca kelanjutannya. Langsung ikuti cerita ini agar tidak ketinggalan jam Update 🤗
Jika cerita di atas menarik minat kalian, semoga berkenan meninggalkan jejak berupa Like👍
Jika berkenan Author juga meminta agar teman-teman bersedia membagikan cerita ini pada yang lain agar semakin banyak yang membaca dan membuat cerita ini berkembang dengan baik.
Maaf bila merepotkan dan Terimakasih atas bantuannya 🙏