NovelToon NovelToon
Ada Kisah Di Pesantren

Ada Kisah Di Pesantren

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: @nyamm_113

Pondok pesantren?

Ya, dengan menempuh pendidikan di Pondok Pesantren akan memberikan suatu pengalaman hidup yang berharga bagi mereka yang memilih melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Belajar hidup mandiri, bertanggung jawab dan tentunya memiliki nilai-nilai keislaman yang kuat. Dan tentunya membangun sebuah persaudaraan yang erat dengan sesama santri.

Ina hanya sebuah kisah dari santriwati yang menghabiskan sisa waktu mereka di tingkat akhir sekolah Madrasah Aliyah atau MA. Mereka adalah santri putri dengan tingkah laku yang ajaib. Mereka hanya menikmati umur yang tidak bisa bisa mendewasakan mereka.

Sang Kiyai tak mampu lagi menghadapi tingkah laku para santriwatinya itu hingga dia menyerahkannya kepada para ustadz mudah yang dipercayai mampu merubah tingkah ajaib para santri putri itu.

Mampukah mereka mengubah dan menghadapi tingkah laku para santri putri itu?

Adakah kisah cinta yang akan terukir di masa-masa akhir sekolah para santri putri itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SISI BAIKNYA MEREKA

Bima menatap penasaran kearah gerbang pondok pesantren Al-Nakhla dimana didepan gerbang itu empat santriwati yang sangat dikenalinya entah sedang mengobrol dengan siapa bahkan mereka terlihat duduk lesehan dibawah.

Gerbang itu selalu terbuka lebar jika dihari libur seperti hari ini, anak-anak akan dibagi kelompok untuk kerja bakti disetiap sudutnya dan kegiatan itu baru saja selesai.

“Mereka ternyata baik juga ya.” Lirih Bima saat tidak sengaja melihat Adira dkk memberikan makanan kepada seorang pria tua.

Karena penasaran Bima melupakan tujuannya yang ingin kembali keasrama putra, sedikit memelankan langkahnya lalu menyuruh penjaga pos untuk diam saat melihat kedatangannya. Anggaplah dia menguping.

“Huussttt diam ya pak.” Katanya dengan pelan.

“Siap den.” Jawab petugas keamanan pondok itu.

“Owwhhh jadi bapak pulangnya sorean, terus sehari itu dapat berapa pak?” Tanya Adira kepada pria tua didepan mereka.

Bapak tua yang sering mengumpulkan botol plastic didepan pondok mereka, karena sering datang diwaktu anak-anak bekerja bakti Adira dkk sampai mengenal bapak ini. Bahkan mereka sengaja mengumpulkan botol plastic dari santri lainnya untuk kemudian diberikan pada bapak tua ini.

“Kalau karungnya ini penuh ya dapatnya limah ribu, tapi… kalau hanya setengah ya kadang hanya tiga ribuan saja nak.” Jawabnya dengan pelan. Mereka berempat mengangguk mengerti.

Almaira yang melihat bapak itu ingin membuka air minum yang mereka berikan, dengan cepat mengambil alih dan membukanya. “Biar aku bantu pak.”

“Segitu cukup pak? Itu mah jajan kita, itupun juga tidak cukup.”Kata Aruna pelan. Hatinya terasa nyeri tiba-tiba.

Bapak itu mengangguk setelah minum. “Cukup tidak cukup ya dicukupi nak, hahah.”

“Bapak kuat banget.” Cicit Adira. Walaupun sudah tua dan renta namun pria tua ini begitu semangat mencari nafkah untuk keluarganya.

“Bapak makan ajah dulu nasinya mumpung masih hangat.” Ujar Ayyara. Melihat Almaira yang duduk tepat disebelahnya. “Ayok kekantin ambilin porsi makan kita buat keluarganya dirumah.” Bisiknya dengan pelan.

Almaira mengangguk, lalu berbisik kepada Aruna disebelahnya. “Tidak apa-apa ya jatah makan kita di kasih kebapak ini.”

Aruna mengangguk cepat, sangat tidak masalah untuknya. “Iya.”

“Makan pelan-pelan ajah pak.” Celetuk Adira. Saat melihat kedua temannya beranjak pergi Adira bertanya kepada Aruna. “Mau kenaman mereka itu?”

Aruna kemudian berbisik. “Ambil jatah makanan kita, kamu kan sudah kasih kebapak ini. Jadi untuk anak-anaknya dirumah.”

Adira mengangguk. “Owhhh.”

“Terimakasih banyak makannya nak, semoga kalian selalu berlimpah rezeki dan ilmu kalian belajar disini berkah dan bermanfaat untuk semua orang.” Do’a pria tua itu dengan tulus.

“Aamiiin!”

Hingga Ayyara dan Almaira kembali dengan keresek putih ditangannya, berisikan tiga porsi makanan kantin pondok mereka. Itu adalah jatah makan siang mereka nanti.

“Bapak, harus segera pulang. Mau jual ini karena anak-anak saya belum makan.” Katanya sambil berdiri dan mengambil karung yang penuh dengan botol plastic itu.

“Pak.” Panggil Ayyara. “Ini ada sedikit rezeki dari kita, semoga makanan itu cukup untuk keluarga bapak.” Lanjutnya sebari memberikan keresek itu. Tak lupa menyelipkan selembar uang kekantong baju pria tua itu.

“Ya Allah nak, sampai repot-repot begini.” Lirihnya. “Terimakasih banyak, semoga kalian selalu sehat dan selalu ringan tangan untuk saling membantu dan tentunya rezeki kalian lancar.”

AAMIIINN!

xxx

Setelah kiyai Aldan menjelaskan alasan dibalik nakalnya para santri itu membuat Agra merasa iba. Saat ini dia tengah menatap malas kearah Bima dan kedua temannya juga menatap kearah Bima dengan malas.

“Ana serius tadi, didepan mereka ternyata sering ketemu. Sampai rela memberi jatah ketring makan siangnya untuk bapak tadi itu.” Jelasnya dengan semangat.

“Owwhhh pantasan ente ditungguin lama benar, tau-taunya lagi pantau para santriwati toh.” Ujar Abraham. “Kirain ada perihal penting.” Lanjutnya dengan pelan.

“Penting lah! Begini, yang kita selalu lihat tuh cuman nakalnya doang, jarang sekali kita lihat mereka seperti itu. Rasanya adem, tentramlah pokonya.” Jelasnya lagi.

“Kalau jatah makan siangnya mereka berikan, lalu siang nanti mereka makan apa?” Tanya Abyan tiba-tiba.

Bukan apa-apa, hanya ketika makan siang selesai maka makan malam nanti setelah isya’ jadi para santriwati itu akan menahan lapar sampai makan malam tiba?

“Loh iya juga ya, makanannyakan sudah diambil.” Bima baru memikirkan itu.

“Mereka pasti punya stok jajan yang banyak, biasanya para satri seperti itu menyimpan banyak makanan ringan untuk mengganjal perut mereka.” Sela Abraham. Sewaktu menjadi santri orang tuanya selalu membawakan jajan yang banyak, katanya untuk jaga-jaga jika kelaparan sebelum waktu makan tiba.

“Kalau mereka tidak punya stok jajan bagaimana?” Tanya Bima penasaran.

Abraham berpikir sebentar, kemudian menjawab. “Koperasi pondok jadi solusinya.”

“Kalau koperasi pondok tutup, bagaimana?” Tanya Bima lagi.

Abraham menjawabnya dengan sabar. “Kalau tutup, bisa izin keluar pondok beli jajan.”

“Kalau pembina asrama tidak mengijinkan, bagaimana?” Tanya Bima lagi. Membuat Agra adan Abyan meringis pelan.

“Pati di izinkan, ini hari libur dan santri bebas bukan? Jadi tenang saja, kalau pun nanti tidak diizinkan jatah makan kita yang mereka makan.” Jawabnya.

“Wow! Kau cukup pandai kawan.” Kata Bima kagum. Wajar umur seperti itu memang sedikit cerewet.

“Ckkk, sudahlah ana mau tidur dulu. Nanti kalau siang jatah makan ana kasih ke Aruna saja.” Ucapnya berlalu pergi kekamarnya. Agra juga ikut bangkit, di susul Abyan dan tinggalah seorang diri Bima.

“Semua pergi, ana juga mau pergi tidur.” Katanya.

xxx

“Sampai kita selesai dari sini, kayanya orang tua kita bakalan tetap tidak datang deh… huuffttt.” Lirih Adira. Memiliki kedua orang tua dengan jadwal pekerjaan yang super sibuk membuatnya tidak pernah merasakan perhatian dari keduanya.

Mereka tengah duduk lesehan didepan kamar mereka dengan berbagai jajan milik masing-masing kemudian digabung dan dimakan bersama-sama.

“Mereka harusnya kasih kabar ke kita, misalnya menelpon ke pondok kalau tidak sempat hadir. Ini… nelpon tidak pernah apalagi membesuk kita.” Lanjut Aruna pelan.

Aruna memiliki ibu seorang yang memiliki butik yang cukup terkenal, ibunya bahkan harus bolak balik keluar Kota untuk mengurus butiknya. Dan ayahnya telah lama pergi meninggalkan mereka membuat ibunya gila kerja.

“Namanya juga pengusaha, kalau memang mereka peduli mereka bakalan sempat membesuk bahkan sesibuk apapun mereka.” Ucap Ayyara. Anak seorang pengusaha yang selalu banyak diperbincangkan karena memiliki relasi bisnis orang-orang besar.

Almaira meringis pelan. “Benar, setidaknya kalau tidak bisa membesuk menelpon pun tidak jadi masalah. Ini malah cuman kirim uang, kita butuhnya mereka bukan uang mereka.”

Anak yang setahun lalu ditinggal ibu tercinta untuk selama-lamanya, ayahnya menyibukkan dirinya pada pekerjaannya agar tidak terus-terusan mengingat sang mendiang istrinya hingga lupa dengan anaknya.

Mereka adalah anak-anak yang hanya butuh kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua mereka.

“Katanya bakalan ada acara pentas seni pondok, sebelum acara semua santri dipulangkan bawa undangan. Terus kita?” Adira menatap langit-langit biru.

“Lah iya, pentas seni setiap tahunya.” Ujar Aruna.

“Kaya biasa lah, kita mana bisa dijemput. Palingan kiyai Aldan lagi yang kasih kabar ke orang tua kita.” Timpal Ayyara.

“Benar.” Almaira membaringkan tubuhnya dengan kaki Aidra sebagai bantalnya.

1
Delita bae
salam kenal dari saya😇🤗 jika berkenan dukung juga karya saya. 🙏
semangat 💪👍
Nda_Zlnt
semangat Thor
Rosma Niyah: di tunggu ya part 18 nya
Rosma Niyah: makasihhh
total 2 replies
Nda_Zlnt
lanjut Thor
Rosma Niyah: sabar ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!