Kehidupan Alexa dibuat berubah sejak kedatangan lelaki yang berhasil membuat setetes air matanya jatuh dipertemuan pertama mereka. Dalam kekosongan hidupnya, Alexa menemukan Elio lelaki yang mengubah segalanya. Bersama Elio, ia merasakan kebebasan dan kenyamanan yang tak pernah ia miliki sebelumnya. Meskipun banyak yang memperingatkannya tentang sisi gelap Elio, hatinya menolak untuk percaya. Namun, ketika sebuah peristiwa mengguncang dunia mereka, keraguan mulai merayap masuk, memaksa Alexa untuk mempertanyakan pilihannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhea Annisa Putri Sofiyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resonance
Alexa mulai membuka matanya, Axel yang tengah berbaring dibrankar lain segera mendekat, “Kenapa bisa sampai pingsan?”
Alexa memandang Axel dengan mata yang masih setengah tertutup. “Kak Elio..mana?” katanya pelan, suaranya bergetar.
“Tadi Dia yang bawa Lo kesini, mungkin sekarang udah pulang” jawab Axel dengan tulus, meraih tangan Alexa dengan lembut.
Kening Alexa mengernyit, melihat kearah jam yang tergantung didinding, sudah lewat satu jam dari jam pulang sekolah.
Alexa hendak bangkit dari kasur, Axel yang melihat gerakannya segera membantu.
"Gue masih ada les"
"Lo gila!.. dengan keadaan tubuh Lo yang kaya gini, Lo masih mikirin belajar!!!..." bentak Axel tanpa sadar pada Alexa.
"Gue gamau tapi harus!!!.. Lo tau sendiri Mama Papa kaya gimana!." balas Alexa berteriak nada suaranya ikut naik beberapa oktaf.
Keduanya terdiam selama beberapa saat, Axel membuang nafas kasar. Mengenakan ransel Mereka didepan badan, Axel berjongkok dihadapan Alexa, meminta Alexa untuk naik keatas punggung.
"Apaansih..Gue bisa sendiri" tolak Alexa, lengannya bersedekap didepan dada.
"Cepetan Alexa!!.." ujar Axel seolah tak mau dibantah.
Alexa naik keatas punggung Axel, dan melingkarkan lengannya dileher Axel. Axel mengangkat tubuh Alexa, Ia memegang kaki Alexa dikedua sisi tubuhnya.
Axel menggendong Alexa hingga sampai diparkiran, dengan telaten memakaikannya sabuk pengaman. Suasana hening melingkupi keduanya selama perjalan pulang kerumah, diantara keduanya tidak ada yang berniat membukan suara barang sejenak.
Alexa kini sedang beristirahat didalam kamar miliknya, ketukan berulang pada pintu kamar dihiraukannya, terlalu malas untuk sekedar membuka pintu, lagipula pintunya tak dikunci. Knop pintu terbuka memperlihatkan Axel yang masuk kedalam dengan kardus besar digendongannya.
Menaruh kardus yang Ia bawa dilantai, Axel mengeluarkan isinya, sebuah kulkas berukuran kecil, mirip tempat skincare miliknya lengkap dengan beragam snack didalamnya. Alexa yang sedari tadi diam memperhatikan akhirnya membuka suara.
"Ngapain Lo bawa kesini?"
"Gue bawain buat tempat cemilan Lo" jawab Axel menepuk kulkas mini dihadapannya.
"Kalau Mama tau.." ucapan Alexa terpotong Axel menyelanya.
"Tenang aja Mama gaakan tau.. ukurannya kecil jadi bisa Lo sembunyiin" ucap Axel mengakhiri pembicaraan senyumnya mengembang.
Sebelum keluar dari kamar Alexa, Axel menyempatkan mengusak pelan rambut Alexa, membuatnya berantakan, Alexa cemberut atas aksi jahil tersebut. Tapi bisikan Axel setelahnya berhasil membuatnya diam tertegun.
"Cepatt sembuh.. pixie" bisik Axel pelan ditelinga Alexa.
"Pixie" panggilan Axel saat kecil pada Alexa yang berarti peri kecil. Panggilan imut dan manis, terinspirasi dari makhluk kecil yang lincah dan penuh energi.
Elio baru saja selesai mandi, dengan rambut yang masih basah dan berantakan, ia melangkah masuk ke dalam kamarnya. Kakinya yang telanjang menyentuh lantai kayu yang dingin, menciptakan sedikit suara berderit. Handuk masih tergantung di bahunya, sementara ia mengenakan kaos oblong putih yang sedikit kebesaran dan celana pendek hitam. Aroma sabun dan sampo segar memenuhi udara seiring langkahnya yang ringan.
Begitu masuk ke dalam kamar, ia melempar handuknya ke kursi di sudut ruangan, tepat di depan meja belajar yang sudah dipenuhi buku dan barang-barang lain. Tanpa mempedulikan handuk yang jatuh melorot, ia berjalan ke cermin besar di samping lemari, menyisir rambut basahnya dengan jari-jarinya, sembari sesekali memandangi poster-poster band favorit yang menghiasi dinding di belakangnya.
Sambil menghela napas ringan, ia merebahkan diri ke tempat tidurnya, membuat sprei dan selimut sedikit kusut. Ia menatap langit-langit untuk sesaat, merasa rileks setelah mandi. Tangannya meraih smartphone di atas meja samping tempat tidur, lalu ia mulai memeriksa pesan-pesan dari teman-temannya. Suara notifikasi sesekali terdengar, tanpa sengaja Elio menatap kotak mainan diatas nakas, teringat akan sesuatu Elio melihat jam diponselnya yang menunjukkan pukul 19.00 malam, sepertinya belum terlalu malam pikir Elio.
Berganti pakaian mengambil jaket yang tergantung, kotak mainan didalam paperbag, dan menyambar kunci motor yang berada diatas meja nakas. Elio berjalan melewati ruang keluarga, terlihat Ayah Bundanya yang tengah bersantai menonton film diatas sofa.
"Udah malam, mau kemana El?" tanya Fanny pada putra semata wayangnya.
"Kerumah temen Bun" Elio mencium kedua pipi Fanny.
"Hati-hati dijalan" ucap Dave.
"Hmm" sahut Elio meninggalkan ruangan.
Ketukan berulang pada pintu balkon berhasil membangunkan Alexa dari tidurnya. Jendela pintu balkon yang tak tertutup gorden membuat Alexa dapat melihat dengan jelas Elio yang kini berdiri disana dengan sebuah paperbag ditangannya. Alexa berjalan menghampiri pintu balkon menekan beberapa pin disana untuk membuka pintu.
"Kak Elio.. Kakak ngapain disini?.. Kakak manjat?"
Elio nyelonong masuk kedalam kamar Alexa, tak Ia hiraukan Alexa yang menyerangnya dengan pertanyaan beruntun dibelakang. Elio mengamati kamar milik Alexa, pandangannya menatap keseliling penjuru kamar.
Kamar ini berukuran cukup luas, dikelilingi dinding berwarna putih, menciptakan suasana tenang dan nyaman. Di tengah ruangan, terdapat tempat tidur ukuran queen size dengan seprai putih bersih, diatasnya ada selimut serta beberapa bantal berwarna cerah bertekstur lembut. Di samping tempat tidur, ada meja kecil dengan lampu baca berbentuk bulat, dibawahnya terdapat koleksi novel, komik, dan majalah fashion.
Di sudut kamar, terdapat meja belajar modern yang terbuat dari kayu berwarna terang, dan kursi putar untuk belajar. Di atas meja, terdapat laptop, beberapa buku pelajaran, dan alat tulis teratur dalam wadah lucu. Dinding di belakang meja dihiasi dengan papan pengingat berwarna-warni yang berisi catatan penting dan koleksi foto.
Di samping ruang belajar, terdapat pintu menuju walk-in closet. Ruangan ini cukup besar untuk menyimpan berbagai pakaian dan aksesori. Rak-rak kayu diisi dengan baju-baju yang rapi, sementara sepatu-sepatu teratur dalam wadah transparan. Cermin besar tergantung di salah satu dinding, memberikan kesan luas.
Kamar mandi terpisah di dalam kamar, dengan desain modern yang bersih. Dindingnya dihiasi ubin putih, dengan lantai yang terbuat dari marmer. Di dalamnya terdapat shower kaca, wastafel dengan cermin besar, bathtub, dan toilet. Beberapa produk perawatan kulit dan kosmetik teratur di atas wastafel, menambah nuansa feminin.
Di sisi lain kamar, terdapat pintu kaca geser yang mengarah ke balkon pribadi, disisi pintu dilengkapi gorden berwarna putih. Kamar ini memiliki aroma vanilla yang kuat.
Elio duduk mengampar diatas karpet bulu putih berukuran besar disusul Alexa yang mengikutinya, Elio meletakkan punggung tangannya didahi Alexa memeriksa suhu gadis tersebut.
"Gue udah baikan kok Kak" Alexa menurunkan lengan Elio didahinya, menunjuk dengan dagu paperbag yang dibawa oleh Elio seolah bertanya penasaran dengan isi didalamnya.
"Nih buat Lo" Elio menggeser paper bag ditangannya pada Alexa.
Alexa membuka paper bag, mengeluarkan kotak mainan berisi boneka yang sedang populer saat ini.
"Wow" beo Alexa melihat boneka yang Ia inginkan tapi belum sempat Ia dapatkan itu.
"Gue cuman mau ngasih ini, Gue pulang"
Elio mencubit gemas pipi Alexa, mengelus pelan kepalanya.
"Daaah"
Elio berjalan kembali ke pintu balkon, dan pergi dari sana.
Jari-jari Alexa membuka perlahan mengupas perekat di tepi kotak. Kotaknya didesain dengan indah, dihiasi dengan karya seni berwarna-warni penuh karakter-karakter lucu ciri khas dari seri Labubu. Tutup kotak itu terbuka dengan bunyi lembut, dan di sanalah dia kemasan plastik berisi Labubu. Terselip rapi di dalam kemasan, figur itu menatap balik dengan senyum lebar dan ekspresi nakal khasnya. Boneka labubu itu berwarna cokelat muda, Alexa memberinya nama Ella gabungan dari nama Elio dan Alexa.