Mengkisahkan seorang wanita yang menikah dengan seorang laki-laki buta karena perjodohan, ia harus menjalani hidup berumah tangga dengan laki-laki buta yang tempramen dan menyebalkan bagi nya.
penilaian laki-laki itu tentang diri nya yang di anggap hanya menginginkan harta nya, membuat ia berkomitmen membuktikan kalau ia gadis baik-baik.
Akan kah ia bisa menaklukan hati laki-laki itu?. Yuk Simak cerita nya. semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shanti san, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19
Saat malam hari tiba.
Naira tak lagi menunggu Bagas masuk ke dalam kamar, karena ia tahu laki-laki itu pasti merasa sangat bebas saat tak ada orang tua nya, hingga Bagas bisa tidur di kamar nya sendiri.
Naira pun duduk di atas tempat tidur dengan datar, hati nya terasa sepi malam ini. di tengah lamunan, Naira di kejutkan dengan kedatangan Bagas ke dalam kamar nya.
Perlahan senyum nya pun melebar, ia pun begitu salah tingkah, untuk saja Bagas tak melihat diri nya yang tengah salah tingkah, kalau melihat betapa malu ya Naira.
"Kenapa belum tidur??" Tanya Bagas.
"Nungguin Mas Bagas." Balas Naira. Tak perduli lagi dari mana laki-laki itu tahu kalau mata nya masih melek.
Bagas lalu duduk di tempat tidur. agar bersandar di sandaran kursi nya.
"Besok aku ada perjalanan keluar kota selama seminggu, kau tidak apa-apa kan aku tinggal sendiri."Ucap Bagas.
"Selama itu mas?." Tanya Naira.
"Mas Bagas memang nya mau kemana?, dengan siapa?, Apa mama mengizinkan?, Aku khawatir Kalau Mas Bagas di luar terlalu lama." banyak pertanyaan di lontarkan Naira pada Bagas.
Bagas mengelengkan kepala di ikuti Helaan nafas karena Naira yang begitu bawel pikirnya.
"Kau boleh mengajak teman mu datang menginap kalau kau kesepian." Ucap Bagas lagi. mendengar ia boleh mengajak kedua sahabat, tentu saja Naira lansung setuju.
"Baik lah mas, nanti aku ajak mereka datang." Kata Naira.
Bagas mengangguk kecil lalu membaringkan diri untuk tidur. Naira tersenyum melihat laki-laki di samping nya itu.
"Sikap nya memang angin-anginan, tapi dia sangat banyak perubahan pada ku." Gumam Naira.
"Mas, boleh aku peluk?." Tanya Naira.
"Hm." Balas Bagas, Naira untuk pertama kali di beri izin untuk memeluk Bagas dan izin itu di saut lansung dari mulut nya pun lansung saja membaringkan tubuh nya di samping Bagas.
Aneh Bagi Naira saat ia harus memeluk laki-laki yang ada di samping nya saat ini, karena ia belum terbiasa, tapi Naira merasa kan kehangatan yang lama tak pernah ia rasakan.
•••
Saat Naira bangun di pagi hari.
Ia melihat Bagas sudah ada di samping nya, lagi-lagi ia kalah cepat dari Bagas. Entah laki-laki itu bangun jam berapa.
Naira pun turun dari tempat tidur untuk mencari Bagas, Ia tak menemukan laki-laki itu, Saat ia berjalan keluar rumah, ia terkejut karena Bagas sudah bersiap untuk berangkat bersama Ken.
"Selamat pagi Nona." Sapa Ken.
"Kalian sudah mau pergi?, kenapa mendadak sendiri." Tanya Naira pada Bagas dan Ken.
"Aku kan sudah bilang pada mu akan berangkat besok." Balas Bagas.
"Iya, aku tak mengira akan sepagi ini." Balas Naira.
"Jaga diri mu." Kata Bagas tak lagi banyak kata di ucapkan.
"Iya, Mas Bagas juga hati-hati, segera kembali." Ucap Naira.
Ken pun pamit pada Naira lalu masuk ke mobil untuk berangkat. Naira hanya bisa meminta Ken untuk hati-hati bawa mobil nya, meski tidak tahu mereka akan ke kota mana ,yang paling penting selalu hati-hati.
"Mas." Ucap Naira cemberut.
"Salim."
Bagas mengulurkan tangan nya, Naira pun mencium nya. Naira melihat mobil Bagas berlalu pergi, ada kesedihan tersendiri.
"Tuan, seperti nya Nona Naira sangat tidak ingin kehilangan Anda." Ucap Ken sembari menyetir.
"Menurut mu begitu?." Bagas menyungging kan senyuman nya.
"Iya Tuan, Nona Naira tampak nya memang gadis yang baik." Ucap Ken lagi.
"Kenapa kau bisa menilai nya begitu?." Tanya Bagas lagi.
"Sikap Dewasa Nona Naira saat menghadapi anda Tuan, begitu sabar dan tidak terlihat ada dendam saat ada ucapan anda yang menyakitinya." Ucap Sekertaris Ken.
"Entah lah, semoga saja begitu." Balas Bagas.
Bagas tersenyum ketika mengingat Naira, sikap Naira memang sangat menyenangkan, Mulut bawel nya kadang membisingkan, namun itu yang di rindukan Bagas saat ini. padahal baru beberapa menit ia meninggalkan rumah.
...•••...
Di rumah Naira mendapatkan telefon dari sang ayah.
"Papa."
"Apa kabar sayang."
"Baik pa, Papa sendiri apa kabar, aku rindu Papa." Ucap Naira yang seketika Air mata jatuh ketika mendengar suara ayah nya.
"Papa juga merindukan mu nak, Kata Bagas dia tidak ada di rumah, kamu tak ingin menginap di rumah Papa saja?" Tanya Pak Cipto.
"Papa tahu?."
"Tentu saja, Bagas menghubungi Papa, meminta Papa untuk menjenguk kamu beberapa hari ini, Papa senang seperti nya hubungan kalian ada kemajuan." Ucap Pak Cipto, tersenyum senang.
"Gak apa-apa Pa, nanti aku akan meminta Erika dan Nana menemani ku. Papa tidak usah khawatir." Ucap Naira.
"Baik lah, kalau ada apa-apa, hubungi Papa segera ya sayang." Kata Pak Cipto.
Setelah sambungan telefon berakhir, Naira senyum-senyum sendiri, ternyata Bagas sangat perhatian pada nya, bahkan menitipkan diri nya pada sang Ayah. Kau membuat ku kembali salah tingkah." Batin Naira.
bukan pak Cipto