Aluna, seorang penulis sukses, baru saja merampungkan novel historis berjudul "Rahasia Sang Selir", kisah penuh cinta dan intrik di istana kerajaan Korea. Namun, di tengah perjalanannya ke acara temu penggemar, ia mengalami kecelakaan misterius dan mendapati dirinya terbangun di dalam tubuh salah satu karakter yang ia tulis sendiri: Seo-Rin, seorang wanita antagonis yang ditakdirkan membawa konflik.
Dalam kebingungannya, Aluna harus menjalani hidup sebagai Seo-Rin, mengikuti alur cerita yang ia ciptakan. Hari pertama sebagai Seo-Rin dimulai dengan undangan ke istana untuk mengikuti pemilihan permaisuri. Meski ia berusaha menghindari pangeran dan bertindak sesuai perannya, takdir seolah bermain dengan cara tak terduga. Pangeran Ji-Woon, yang terkenal dingin dan penuh ambisi, justru tertarik pada sikap "antagonis" Seo-Rin dan mengangkatnya sebagai selirnya—suatu kejadian yang tidak pernah ada dalam cerita yang ia tulis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Lestary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Sekutu yang Tak Terduga
“Sekutu?” Aluna mengulangi kata itu dengan nada skeptis. “Tuan Joo, dalam istana ini, sekutu bisa berubah menjadi musuh dalam sekejap. Bagaimana saya bisa yakin bahwa Anda tidak memiliki agenda tersembunyi?”
Min-Seok tersenyum lebar, memperlihatkan kilatan gigi putihnya yang sempurna. “Tentu saja, aku punya agenda, Nona Seo-Rin. Sama sepertimu. Namun, itu tidak berarti kita tidak bisa saling membantu. Aku mengagumi caramu memainkan permainan ini. Kau cerdas, penuh perhitungan ... dan aku selalu menghargai seseorang yang berani mengambil risiko.”
Aluna tertawa kecil, namun matanya tetap waspada. “Dan risiko apa yang Anda harapkan dari saya, Tuan Joo?”
Min-Seok maju sedikit, matanya menyala dengan antusiasme. “Aku tahu kau ingin memastikan posisimu di sisi Pangeran Ji-Woon tetap aman. Dan aku bisa membantumu memperkuat pengaruhmu di istana ini. Namun, sebagai gantinya, aku butuh informasi. Kau tampaknya memiliki akses ke pengetahuan yang tak dimiliki orang lain. Aku ingin tahu ... lebih banyak tentang apa yang akan terjadi.”
Aluna menyadari bahwa Min-Seok tidak main-main. Pria ini telah mencium adanya sesuatu yang lebih dalam di balik tindakannya selama ini. Namun, ia tidak bisa mengungkapkan kebenaran bahwa dirinya adalah Aluna, sang penulis yang mengetahui semua yang akan terjadi. Sebaliknya, ia memutuskan untuk memainkan peran yang lebih cerdik.
“Aku bisa memberikan beberapa informasi, Tuan Joo,” jawab Aluna dengan senyum tipis. “Namun, hanya jika Anda benar-benar membuktikan bahwa Anda adalah sekutu yang bisa dipercaya. Bantu aku menggagalkan rencana Permaisuri Kang-Ji yang ingin menyingkirkanku. Jika Anda bisa melakukannya, maka kita bisa bicara lebih lanjut.”
Mata Min-Seok menyipit. “Menarik. Baiklah, Nona Seo-Rin. Anggap ini sebagai awal dari hubungan yang saling menguntungkan.”
Aluna mengangguk, namun dalam hatinya, ia tahu permainan ini baru saja dimulai. Jika ia bisa memanfaatkan ketertarikan Min-Seok dan mengubahnya menjadi keuntungan, ia akan memiliki satu kartu lagi untuk bertahan dalam permainan berbahaya ini.
Namun, ia juga menyadari bahwa di istana ini, tidak ada sekutu sejati. Hanya ada kepentingan dan pengkhianatan yang terselubung. Dan ia harus tetap waspada, karena satu langkah yang salah bisa mengubah semua yang telah ia perjuangkan.
Malam semakin larut ketika Aluna kembali ke paviliunnya setelah pertemuan yang penuh intrik dengan Joo Min-Seok. Angin malam yang sejuk menyambutnya, namun langkahnya sedikit gontai. Pikiran tentang persekongkolan dan permainan kekuasaan yang baru saja ia jalin dengan Min-Seok masih berputar di benaknya. Namun, semua itu segera terlupakan ketika ia melihat Pangeran Ji-Woon tengah menunggunya di beranda paviliun, dengan sorot mata penuh kehangatan namun terselip kecemasan yang sulit disembunyikan.
“Yang Mulia,” sapa Aluna sambil membungkukkan badannya sedikit. Tapi sebelum ia bisa mengucapkan lebih banyak, Ji-Woon sudah melangkah mendekat, meraih tangannya dan menggenggamnya erat.
“Aku sangat khawatir, Seo-Rin. Kenapa kau tidak memberitahuku jika akan keluar hingga larut malam?” suaranya terdengar berat, campuran antara kemarahan yang tertahan dan rasa takut yang ia sembunyikan dengan baik.
Aluna tersenyum tipis, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka. “Maafkan aku, Yang Mulia. Aku tidak ingin membuatmu khawatir. Ini hanya pertemuan singkat dengan Permaisuri Kang-Ji. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” ucapnya lembut, berharap suaranya bisa menenangkan hati Ji-Woon.
Namun, Ji-Woon tidak begitu mudah diyakinkan kali ini. Tatapannya tajam, seolah mencari kebenaran di balik kata-kata Aluna. “Seo-Rin. .. aku tahu di istana ini, tidak ada yang sesederhana kelihatannya. Aku takut kau terlibat dalam sesuatu yang berbahaya.”
Mendengar kekhawatiran tulus itu, hati Aluna tersentuh. Ji-Woon mungkin tidak tahu bahwa dirinya adalah Aluna, sang penulis yang mengetahui takdir semua orang di istana ini, tetapi perhatian dan cintanya selalu tulus. Ia menarik tangan Ji-Woon lebih dekat, lalu bersandar di dadanya, mendengarkan detak jantung yang berirama cepat.
“Aku hanya ingin melindungi kita, Yang Mulia,” bisik Aluna dengan suara yang hampir tak terdengar. “Aku tahu banyak hal yang kau tidak tahu ... dan aku tidak ingin kau terseret lebih jauh ke dalam intrik yang membahayakanmu. Biarkan aku yang menangani ini.”
Ji-Woon menghela napas panjang. Tangannya yang semula kaku kini melingkari tubuh Aluna, menariknya ke dalam pelukan yang hangat dan melindungi. “Aku tidak peduli dengan politik istana, Seo-Rin. Yang kupedulikan hanya dirimu. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu, bahkan jika aku harus menghadapi seluruh dunia.”
Aluna merasakan dadanya sesak oleh emosi. Ji-Woon benar-benar tidak menyadari betapa dalam perangkap takdir yang sudah Aluna tulis. Namun, ia tidak ingin melihat pria ini terluka karena keputusannya. Ia ingin melindungi kebahagiaan mereka—sesuatu yang tidak pernah ia rencanakan sebelumnya, namun kini menjadi hal yang paling berharga baginya.
Setelah beberapa saat dalam keheningan, Ji-Woon menarik diri, menatap Aluna dengan mata yang penuh tekad. “Aku akan mengatur agar kau tidak perlu menghadiri undangan apa pun dari Permaisuri Kang-Ji atau siapa pun yang berusaha menekanmu. Aku akan berbicara dengan Ayahanda Raja dan Ratu.”
Aluna terkejut. “Yang Mulia, kau tidak perlu melakukannya. Itu hanya akan membuat hubungan kita dengan pihak istana menjadi semakin rumit.”
Namun, Ji-Woon menggeleng tegas. “Aku tidak peduli. Kau adalah selirku, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menindasmu. Jika mereka berpikir kau bisa dipermainkan, mereka salah besar.”
Kata-kata itu membuat hati Aluna hangat. Ia menyadari bahwa Ji-Woon benar-benar mencintainya, bahkan jika cinta itu diarahkan pada sosok Seo-Rin, bukan Aluna yang sebenarnya. Namun, perasaan itu tetap nyata baginya. Ia merasakan benih cinta yang perlahan tumbuh di hatinya, meski ia tahu betapa berbahayanya perasaan itu.
Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam paviliun, mencoba melupakan kekhawatiran yang menggantung di udara. Ji-Woon, dengan sikap lembut namun penuh perhatian, menarik Aluna untuk duduk di dekatnya. Malam itu, alih-alih membicarakan politik dan intrik istana, Ji-Woon memilih menghabiskan waktu bersama Aluna dengan canda tawa kecil, membawanya keluar dari tekanan yang ia rasakan sepanjang hari.
Namun, di balik kehangatan dan ketulusan Ji-Woon, Aluna tetap menyadari bahaya yang mengintai mereka. Beberapa hari setelah pertemuan dengan Min-Seok, Aluna menyadari bahwa pria itu benar-benar memiliki pengaruh besar. Informasi yang ia berikan kepada Min-Seok tentang rencana rahasia Permaisuri ternyata benar-benar digunakan dengan cerdik. Dalam hitungan hari, rumor tentang adanya komplotan di istana mulai menyebar. Namun, alih-alih melibatkan Aluna, semua tudingan malah mengarah pada pihak yang selama ini menekan Seo-Rin.
Ji-Woon, meskipun tidak menyukai permainan politik, mulai curiga bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang terjadi. Namun, demi melindungi Seo-Rin, ia memilih untuk tetap diam dan memantau situasi dari balik layar. Ia mulai memberikan lebih banyak kejutan kecil untuk Aluna—membawakannya bunga kesukaannya, mengundangnya untuk berjalan-jalan di taman istana pada malam hari, bahkan mengatur pertunjukan musik pribadi di paviliun mereka hanya untuk menyenangkan hati Seo-Rin.
Aluna, yang pada awalnya hanya berusaha bertahan hidup, kini menemukan dirinya semakin terikat dengan Pangeran Ji-Woon. Ia tidak pernah merencanakan untuk jatuh cinta dengan karakter yang ia ciptakan, namun perasaan itu kini tumbuh dengan sendirinya. Setiap senyuman, setiap sentuhan, dan setiap perhatian yang diberikan Ji-Woon membuat hatinya semakin sulit untuk tetap berjarak.
Namun, Aluna tahu, semakin dalam ia terlibat dengan Ji-Woon, semakin besar risiko yang harus ia hadapi. Ia harus segera memutuskan apakah akan tetap menjalankan rencananya untuk mengubah nasib Seo-Rin atau mengikuti hatinya dan membiarkan cinta yang tak direncanakan ini mengubah segalanya. Di tengah dilema ini, ancaman dari Permaisuri Kang-Ji dan para bangsawan semakin menguat, sementara Joo Min-Seok terus memanfaatkan situasi demi keuntungannya sendiri.
*
Saat malam semakin larut, Ji-Woon dan Aluna berdiri di balkon paviliun, memandang bintang-bintang yang bersinar terang di langit. “Seo-Rin,” ujar Ji-Woon, memecah keheningan, “Aku berjanji, apapun yang terjadi, aku akan selalu melindungimu.”
Aluna menatap pria di sampingnya, matanya berkaca-kaca. “Dan aku akan melakukan segalanya untuk melindungi kita berdua, Yang Mulia,” balasnya dengan suara yang hampir bergetar. Namun dalam hati, ia tahu, untuk melindungi cinta mereka, ia mungkin harus mengorbankan lebih dari yang ia bayangkan.
Di balik keheningan malam, takdir mereka berdua mulai bergerak ke arah yang tak pernah terduga sebelumnya—ke arah yang tidak pernah Aluna tulis dalam novelnya sendiri.
Bersambung >>>
𝐤𝐚𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐥𝐮𝐧𝐚 𝐤𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐨 𝐫𝐢𝐧, 𝐣𝐝𝐢 𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐞𝐧𝐚𝐤 𝐝𝐢 𝐛𝐚𝐜𝐚
𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐚𝐠𝐮𝐬 , 𝐭𝐭𝐞𝐩 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭