Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kau harus bangun!!
Brakkkkkk!!!!!
Suara hantaman keras dari truk itu membuat Alena dan motornya terpelanting jauh.Alena terkapar di atas aspal dengan tubuh di baluri darah segar.
Tubuh cantik itu sudah tak nampak, kini wajahnya di penuhi darah. sebelum benar benar pingsan Alena masih sempat melihat ke sekeliling, banyak sekali orang yang mengerumuninya di lokasi itu. samar samar Alena melihat seorang pria berlari cepat,tangannya menyingkirkan semua orang yang menghalangi jalannya, Alena tersenyum tipis kemudian pingsan begitu saja di atas aspal yang sudah banyak air hujan.
......................
Wiliam yang sudah geram dengan kemacetan terpaksa keluar dari mobil mewahnya. Dia berlari mengejar Alena tapi beberapa saat kemacetan masih berlanjut.
pandangan Wiliam tertuju ke depan melihat sudah banyak orang yang ikut keluar dari mobil lalu berkerumun.Detak jantung Wiliam berpacu cepat, seirama dengan rasa takut yang kian mendera, dia menambah kecepatan larinya, kaki panjang Wiliam sudah berada di belakang mereka.
"ada apa ini??" tanya Wiliam pada mereka yang terlihat saling berbicara.
"ada kecelakaan mas, truk besar itu menghantam sebuah motor yang melaju dengan kecepatan tinggi" jelas mereka.
mendengar itu Wiliam semakin kalut, dia berdoa semoga bukan Alena, memikirkan banyak kemungkinan yang terjadi, Wiliam mengeser tubuh mereka yang menghalangi jalannya lalu melihat siapa yang kecelakaan.
Mata Wiliam tertuju pada sebuah motor yang tergeletak jauh disana, dada pria itu sesak melihat motor gede yang sangat dia kenali.
Blackqueen milik Alena sudah tak terbentuk, sudah jelas bahwa memang kecelakaan itu benaran kecelakaan maut.
Wiliam mengedarkan pandangannya di sekitar motor yang terlihat rusak itu, mencari sosok pemilik yang entah kemana karena memang tak ada di sekitar itu.
Wiliam melihat beberapa orang yang mengerumuni sesuatu dan laki laki itu berjalan cepat masih dengan perasaan berkelana. Wiliam lemah seketika melihat wajah kaku di penuhi darah disana
"MINGGIR!!!" Wiliam membentak mereka yang hanya melihat tapi tak ada satupun yang berani menghampiri gadis itu karena mereka tunggu polisi.
"Ale, please jangan menghukumku begini,, bangun Alenaaaa!!" Wiliam gemetaran, dia memangku Alena yang dilumuri darah segar, perlahan Wiliam bangun walau kakinya lemes, di gendongnya tubuh kaku Alena dalam pelukannya kemudian membawanya ke mobil salah satu orang yang ada disana.
"cepat, kalau dia sampai tak selamat aku akan membunuhmu!!" Wiliam masuk ke mobil pria tua itu sambil memangku Alena, dia terus memaki pria di depannya yang menurut Wiliam laju mobil pria itu terlalu lambat.
"CEPATTT SIALANNN!!!!" perjalanan terasa sangat lama, setiap detiknya Wiliam mengoyangkan tubuh Alena dan mencegah darah yang terus keluar dari kepala wanita itu.
...****************...
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di rumah sakit. dengan cepat Wiliam mengendong tubuh kaku Alena berlari menuju koridor rumah sakit.
"SUSTERRRRRRR SELAMATKAN DIA" teriak Wiliam mengema di lorong rumah sakit besar milik keluarganya.
Para perawat menatap takut dan dengan cepat mereka mendorong brankar Alena menuju ruang ICU.
Wiliam gundah gulana melihat semuanya, dia meninju tembok berharap semua itu hanya mimpi buruk tapi ini adalah nyata. sesekali Wiliam melihat Alena dari kaca ruangan, berbagai alat medis memenuhi ruangan itu. Wiliam berusaha menenangkan diri, kemudian dia menghubungi orangtuanya.
...----------------...
seorang wanita paruh baya yang masih terlihat seksi di usianya dengan seorang gadis kecil berumur tujuh tahun dalam gandengannya berlari cepat di koridor rumah sakit.
langkah panjang tapi elegant dengan bunyi hight heels mengema berirama seiring langkahnya. Dari jauh wanita itu melihat putranya yang sangat rapuh sedang memperhatikan seseorang di ruangan di depannya. menyedihkan sekali! pikir wanita itu.
"kakak..." Aurora manggala, Nama gadis kecil yang kini berlari mendekati Wiliam.
"sayang, Alena kenapa?" Tanya mommy Alisia Manggala, mommy Wiliam dengan nada khawatir. mommy Alisia sangat mengenali Alena, karena gadis itu selalu ke mansion mereka hanya untuk menempeli Wiliam, dan mommy Alisia sangat menyukai sifat unik dari Alena.
Wiliam yang di tanya langsung menghambur ke pelukan ibunya tanpa menjawab. Mommy Alisia dapat merasakan bahwa putranya tengah menahan tangis untuk tidak keluar.
punggung tegap yang biasanya tegar itu kini mulai bergetar. Wiliam sangat rapuh, dia merasa sesak yang teramat di hatinya. tangan lembut mommy Alisia mengusap punggung anaknya dengan sayang, mommy Alisia menyadari sesuatu yang berbeda dari Wiliam sekarang.
"kenapa menangis hmm? bukankah ini lebih baik agar Alena tidak menganggumu lagi?" mommy Alisia sengaja memancing putranya, pasalnya mommy Alisia juga geram sendiri dengan sikap cuek Wiliam saat berkali kali Alena dekatj. hatinya memang keras, tapi hari ini mommy Alisia dapat merasakan sedikit perbedaan dari itu.
"enggak mom, aku enggak bisa,, Alena tidak akan pergi kan?" jatuh sudah tangisan yang sedari tadi dengan keras dia menahannya agar tak keluar, dalam pelukan Mommy Alisia, Wiliam menjadi sangat cengeng.
"Bagaimana rasanya?" sekali lagi mommy Alisia bertanya, mencoba untuk menyelami isi pikiran sang anak.
Wiliam menatap wajah teduh mommynya, dia tidak bisa menjabarkan semua yang dia rasakan saat ini, yang pasti saru yang Wiliam mau bahwa dia ingin Alena kembali ke versi dulu, menempelinya kemanapun Wiliam pergi, tapi rasanya itu mustahil untuk saat ini.
"a aku marah, saat tadi dia mengatakan bahwa dia akan membebaskanku,, aku terluka melihatnya menangis dalam diam di bawah pohon rindang itu,, aku tidak terima saat dia mengatakan bahwa 'hal yang paling dia sesali dalam hidupnya adalah mencintai pria sepertiku' a aku, aku ingin Alena kembali sembuh dan jadi versi semula mom,, dia pasti sembuhkan??"
ingin sekali mommy Alisia menjitak kepala putranya ini, kenapa baru sekarang dia mengatakan semua ini,, kenapa saat Alena terbaring dengan Alat medis memenuhi tubuhnya
pertanyaan Wiliam yang pasti tidak dapat Alisia jawab karena dia bukan dokter juga bukan Tuhan yang berperan penting dalam hidup dan matinya seseorang.
...----------------...
Lama mereka berdiri di depan ruang ICU, beberapa dokter dan perawat yang tadi membawa Alena ke dalam ruangan kini keluar.
Melihat kedatangan mommy Alisia, Nyonya pemilik rumah sakit, para dokter dan suster itu tertunduk memberi hormat padanya.
"Bagaimana dok?? bagaimana kondisi Alena?" tanya mommy Alisia dengan nada cemas. dokter saling pandang, mereka sangat berat untuk membuka mulut, tapi melihat kecemasan Alisia membuat mereka harus memberitahu kondisi pasien.
"tapi maaf sebelumnya Nyonya Alisia , apa keluarga gadis ini tidak di beritahu tentang kecelakaan ini?" tanya dokter dengan hati hati.
"dia yatim piatu, gadis malang itu hanya tinggal seorang diri" jawab mommy Alisia, mendengar jawaban mommynya Wiliam mengepalkan tangannya erat merasa bersalah atas setiap ucapannya tadi siang.
"Kondisi pasien tidak bisa di bilang baik nyonya, kecelakan tadi benar benar menghantamnya oleh truk, bersyukur saja dia masih bernyawa sampai dirumah sakit, tapi ini cukup serius, kami juga tidak tahu entah sampai kapan dia bertahan, banyak kemungkinan buruk yang akan terjadi, kita hanya mengandalkan Tuhan dan kerja keras semoga ada mukjizat yang terjadi"
jelas dokter panjang lebar mengabarkan kemungkinan terburuk, mendengar itu Wiliam geram, tangannya dengan cepat memegangi kerah baju dokter yang tadi berbicara.
"kau harus menyelamatkannya,,, kalau dia tidak selamat aku akan membunuhmu!!!!!" hardik Wiliam, dia meninju dokter itu dengan sekuat tenaga sampai sang dokter terpelanting jauh ke belakang.
"Wiliam, stop!!! berhenti menyalahkan siapapun,, ini kecelakaan dan kita tidak bisa melawan takdir"
Dengan lembut mommy Alisia memeluk sambil menenangkan putranya yang terlihat emosi.
Nafas Wiliam memburu, demi apapun berkali kali dia berharap ini semua hanya mimpi
Wiliam melangkah menuju kaca ruangan, dari luar dia melihat tubuh kaku Alena yang terpasang berbagai alat bantu dan jenis alat medis lainnya dalam tubuh mungil itu.
Lagi dan lagi Wiliam meninju tembok di sampingnya, tangannya sudah berdarah karena sejak tadi siang selalu meninju apapun objek di depannya.tapi Wiliam tidak peduli tentang semuanya, satu saja harapannya saat ini adalah keselamatan Alena.
"kau harus bangun, Alena bangun,,, kau tidak ingin tahu perasaanku saat ini?? aku,, aku sangat ingin gila Alena, please bangunnnn..." lirih Wiliam, tangannya mengusap kaca itu dengan gerakan pelan, mengambarkan kerapuhannya, sementara tubuh wanita di dalamnya tidak bergerak sedikitpun membuat Wiliam tambah sakit.
"Alena ini tidak lucu,, kau jangan menghukumku seperti ini, tolong..." Pria itu masih meracau, keadaannya saat ini sungguh menyedihkan, mommy Alisia memadang sendu putranya, sementara gadis kecil yang sedari tadi diam menyaksikan semuanya berjalan pelan mendekat ke arah sang kakak.
"kakak,, jangan sedih ya, kak Ale kuat" ujar gadis itu dengan lembut,.
"iya sayang, Alena gadis yang kuat, mommy yakin dia pasti bangun, kita berdoa saja semoga Alena akan segera bangun dan kembali padamu hmmm"
"dia benaran akan bangun kan mom,, Alena harus bangun!" Wiliam kembali masuk dalam pelukan sang mommy, menenangkan diri dalam pelukan ibu tercinta adalah suatu yang biasa Wiliam lakukan.
Beberapa menit kemudian, terlihat dua orang pria berjalan di lorong rumah sakit menghampiri Wiliam dan keluarganya.
Vallerio dan Devan yang mendengar kejadian yang menimpa Alena segera ke rumah sakit. Dari jauh Wajah marah Vallerio tidak bisa di tutupi, langkah cepatnya langsung mendekati Wiliam yang masih berdiri tak jauh dari sana. Tanpa peduli ada mommynya Wiliam, Vallerio dengan kesetanan memukul Wiliam tanpa ampun.
Bughhhhh
Bughhhhh
Bughhhhhh
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...