NovelToon NovelToon
Kultivasi Cahaya

Kultivasi Cahaya

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Tamat / Reinkarnasi / Kultivasi / Pendekar
Popularitas:16.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: secrednaomi

Jian Chen melarikan diri setelah dikepung dan dikejar oleh organisasi misterius selama berhari-hari. Meski selamat namun terdapat luka dalam yang membuatnya tidak bisa hidup lebih lama lagi.

Didetik ia akan menghembuskan nafasnya, kalung kristal yang dipakainya bersinar lalu masuk kedalam tubuhnya. Jian Chen meninggal tetapi ia kembali ke masa lalu saat dia berusia 12 tahun.

Klan Jian yang sudah dibantai bersama keluarganya kini masih utuh, Jian Chen bertekad untuk menyelamatkan klannya dan memberantas organisasi yang telah membuat tewas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 6 — Klan Jian

“Saat kembali dulu, Klanku sudah rata oleh tanah dan hanya menyisakan bangunan-bangunan yang setengah hancur. Ini berarti pelaku yang membuat Klan Jian dibantai bukan 1 orang melain dilakukan oleh rombongan atau pasukan yang banyak.” Pikir Jian Chen.

Jian Chen jadi teringat saat pertama kali mendengar kabar bahwa klannya dibantai ketika ia di Akademi, dirinya langsung pingsan mengetahuinya dan menangis histeris selama berhari-hari.

Kabar yang lebih parahnya, orang-orang di Klan Jian tidak ada yang selamat sedikitpun, entah itu seorang perempuan, lansia, atau anak-anak semuanya dihabisi tak tersisa.

Orang-orang yang ada didekat daerah Klan Jian begitu terkejut ketika melihat ribuan mayat yang tergeletak. Darah dan bau amis tercium menyengat bahkan sampai desa sebelah.

Dikarenakan takut akan menimbulkan wabah penyakit, Wali kota menyuruh pasukan dan penduduk-penduduk untuk mengubur semua jasad yang ada di Klan Jian secara ramai-ramai.

Setelah tregedi mengerikan itu, Klan Jian menjadi sebuah desa yang kosong. Tidak ada yang berani pindah kesana atau bersinggah sehingga menggangap Klan Jian telah hilang sepenuhnya dari peradaban.

Tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya ada satu orang yang selamat yang dimana orang itu sedang tidak ada disana saat tragedi pembantaian terjadi.

Orang itu yang tak lain adalah Jian Chen, satu-satunya orang yang bermarga Jian.

Jian Chen sendiri tidak kembali ke klannya saat mengetahui kabar tersebut, ia bahkan memilih pergi dari Akademi karena takut ada yang mengetahui identitas marganya dan langsung membunuhnya.

Jian Chen memilih pergi begitu saja dan berkelana seorang diri.

Masa-masa kelam itu masih terasa sesak diingatan Jian Chen dimana tempatnya untuk pulang telah hilang. Tidak ada lagi senyum ibunya, tidak bisa lagi berlatih bersama ayahnya, saudara-saudara se-klan telah pergi meninggalkannya.

Ketika Jian Chen ternyata bisa mengubah takdirnya dimasa lalu, ia sangat-sangat bersyukur apalagi bisa bertemu keluarganya yang paling dia rindukan.

Jian Chen memejamkan mata lalu mengeluarkan nafasnya panjang. Jian Chen tersenyum tipis, bergumam pelan, “Kenangan itu terlalu menyakitkan walau hanya selintas diingatan.”

Dia berdiri dari duduk silanya, berjalan kearah jendela dan membukannya langsung. Jian Chen menghirup napas sekuat-kuatnya lalu mengeluarkannya dengan perasaan lega.

“Masa laluku yang dulu adalah Masa waktuku yang sekarang. Dengan adanya salah satu jagoan di Benua Timur, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”

Di usia ia meninggal, walaupun muda, berkat gurunya Jian Chen bisa menjadi salah satu jagoan yang berkemampuan tinggi bahkan di kekaisaran nya. Kalau saja ia tidak diserang dan diburu oleh organisasi misterius tersebut, Jian Chen mungkin tak akan mati hari itu.

***

“Suamiku! Suamiku! Lihatlah Chen’er...” Jian Ran menarik tangan anaknya dan membawa ia keluar rumah.

Dia harus segera melaporkan berita besar ini pada suaminya, apa yang mereka tunggu-tunggu akhirnya bisa tercapai, Jian Chen sudah membuka gerbang kultivasinya!

“Ada apa Ran’er, ini masih pagi, jangan banyak berteriak.” Jian Wu baru saja duduk santai sambil mengelap pedangnya diberanda rumah sampai tiba-tiba istrinya memanggilnya dengan keras.

“Coba lihat, apa yang terjadi dengan Chenn’er hari ini?” Jian Ran memegang bahu Jian Chen dari belakang, wajah ibu muda itu begitu antusias.

Sambil menghela nafas pendek, Jian Wu melirik Jian Chen sebentar sebelum kembali melihat pedangnya, tidak tertarik.

“Tidak terjadi apa-apa…” Jawabnya sesudah menoleh.

“Coba lihat lebih teliti! Ada apa dengan anak kita?” Jian Ran mengembungkan pipinya sebal.

Jian Wu terlalu malas menyahutnya atau menoleh jadi dia hanya menebak. “Apakah Chen’er sudah bisa membuka gerbang kultivasi?”

“Ya itulah yang terjadi, Chen’er sudah membukannya malam tadi.”

“Oh, baguslah, itu berarti dia sudah sah jadi pend…Eh? Apa tadi bilang…” Jian Wu langsung menoleh lagi pada anak dan istrinya. “Chen’er sudah membuka kultivasinya?!”

Jian Ran mengangguk. “Coba saja lihat lebih teliti, kamu akan menyadarinya segera.”

Sambil menyipitkan matanya Jian Wu menatap tubuh Jian Chen, matanya segera terbuka lebar saat mendapati ada tenaga dalam dari tubuh anaknya walau terasa samar.

Jian Wu meletakan pedangnya lalu buru-buru menghampiri Jian Chen, ia melihat telapak tangan anaknya takut dirinya salah lihat dan ternayata benar, Jian Chen sudah membuka gerbang kultivasi.

“Chen’er kamu sungguhan telah memahami gerbang kultivasi?” tanyannya memastikan.

Jian Chen mengangguk. “Iya, ayah, semalam aku bisa memahaminya dan membukanya.”

Jian Wu kemudian menoleh pada istrinya yang segera diangguki. “Aku juga terkejut saat pertama kali melihat Chen’er keluar kamar tadi pagi, kupikir aku sedang bermimpi namun setelah mencubit pipi ternyata ini benar.”

“Ini berarti anak kita telah ditakdirkan menjadi seorang pendekar?”

Jian Ran mengangguk, tersenyum. Jian Ran mungkin tidak terlalu setuju kalau anaknya masuk dunia persilatan tetapi jika itu membuat Jian Chen bahagia, maka itu tidak masalah baginya.

Jian Wu entah kenapa langsung memeluk tubuh istrinya saking bahagianya. Kedua pasangan muda itu langsung berpelukan cukup erat.

Jian Chen tertertawa kecil, reaksi kedua orang tuanya cukup diwajari oleh Jian Chen, karena diumurnya sekarang adalah penentu masa depannya.

Jika seorang manusia tidak bisa membuka Gerbang Kultivasinya sampai umur 20 tahunan, maka orang itu tidak ditakdirkan menjadi seorang pendekar.

Wajar saja ibu dan ayah Jian Chen bahagia, terutama ayahnya yang pernah khawatir kalau Jian Chen tidak ditakdirkan menjadi seorang pendekar.

“Chen’er, besok kamu ikut ayah ke Paviliun Klan Jian, disana kau akan melihat seberapa besar bakatmu.” Jian Wu melepaskan pelukan dengan istrinya, menoleh pada Jian Chen.

“Baik, Ayah...” Jian Chen mengangguk, tersenyum lembut.

Keesokan harinya merekapun pergi ke Paviliun Klan Jian. Setelah berpamitan pada Jian Ran mereka langsung berangkat menuju pusat desa.

Rumah Jian Chen terletak paling tepi dari Klan Jian dan terpisah beberapa meter dari penduduknya, jadi untuk ke paviliun ia membutuhkan waktu karena letaknya ada di pusat desa.

Jian Chen begitu antusias saat memasuki kedalaman desa, ia tidak pernah lupa dengan suasana tempat desanya tinggal.

Klan Jian adalah satu desa yang ada didekat Gunung besar. Memiliki tempat yang indah dan asri oleh hutan dan perkebunan. Rata-rata mata pencaharian disini adalah bertani, berdagang, atau yang paling banyak menjadi seorang pendekar bayaran.

Ayah Jian Chen adalah salah satu dari mereka yaitu seorang pendekar bayaran, karena memang pekerjaan ini memiliki penghasilan paling tinggi dari pekerjaan lainnya.

Dengan hasil jadi pendekar bayaran juga, Jian Wu bisa memenuhi keucukupan keluarganya termasuk saat ia membeli rumah ditepi ujung desa. Ia ingin bertempat disana karena lebih suka ketenangan.

Kedua pasangan ayah dan anak itu terus berjalan lebih dalam ke pusat desa, Jian Wu tertawa kecil melihat anaknya yang begitu semangat, Jian Chen bahkan sampai berjalan terlebih dahulu didepan dirinya.

“Chen’er berhati-hatilah, disini banyak orang yang lewat…” Jian Wu mengingatkan.

Jian Wu tidak tahu kalau Jian Chen sebenarnya sedang mengenang kehidupan sebelumnya. Ia begitu antusias karena ingin melihat-lihat bagaimana suasana klannya yang hampir ia lupakan. Kesibukannya, lalu-lalangnya, kedamaiannya, semuanya yang ada disini.

Setelah beberapa saat berjalan akhirnya Jian Chen tiba di Paviliun Klan Jian. Tempat dimana ada benda sihir untuk melihat bakat seseorang yang menyentuhnya.

1
Agus Rahmat
dialog nyalebay bos
Erwin Oktorian
Luar biasa..lanjutkan karya nya thor. terima kasih
Agus Rahmat
main main chapter
Raditya Vicky
Luar biasa
Agus Rahmat
10link/dtk=600/mnt. gimana Thor baru beberapa menit dakenabisan tenaga
Agus Rahmat
lausiapa yang disukai.. ini bukan sinetron bos
Agus Rahmat
kelihatan bodoh dan polos
Agus Rahmat
terlalu lebay protektif
rain
ku tunggu kelanjutannya thorr
Agus Rahmat
gk nunggu bergrk dll...
Agus Rahmat
terlalu lebay
Agus Rahmat
kominum melulu bentar bentar HBS tng dlm mang yg lain gk pernah HBS Thor.
Agus Rahmat
menusuk bgtu dalam
Arya Maheswara
40rb pasukan dilawan dg pedang, wow capeknyoooo, harusnya pake seruling neraka sekali tiup habis tuh
Gatot Soemarto
Luar biasa
Agus Rahmat
siapakah Anda ini
Agus Rahmat
ha ha ha ha
Agus Rahmat
ayolah
reqy
/Facepalm//Facepalm/ ai lily akhirnya ...
Ardyanti
ok bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!