Dalam novel Janji Cinta di Usia Muda, Aira, seorang gadis sederhana dengan impian besar, mendapati hidupnya berubah drastis saat dijodohkan dengan Raka, pewaris keluarga kaya yang ambisius dan dingin. Pada awalnya, Aira merasa hubungan ini adalah pengekangan, sementara Raka melihatnya sebagai sekadar kewajiban untuk memenuhi ambisi keluarganya. Namun, seiring berjalannya waktu, perlahan perasaan mereka berubah. Ketulusan hati Aira meluluhkan sikap keras Raka, sementara kehadiran Raka mulai memberikan rasa aman dalam hidup Aira.
Ending:
Di akhir cerita, Raka berhasil mengatasi ancaman yang membayangi mereka setelah pertarungan emosional yang menegangkan. Namun, ia menyadari bahwa satu-satunya cara untuk memberikan kebahagiaan sejati pada Aira adalah melepaskan semua kekayaan dan kuasa yang selama ini menjadi sumber konflik dalam hidupnya. Mereka memutuskan untuk hidup sederhana bersama, jauh dari ambisi dan dendam masa lalu, menemukan kebahagiaan dalam cinta yang tulus dan ketenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Pintu Rahasia
Langkah Menuju Kebenaran
Malam yang dingin dan sunyi terasa mencekam, terutama di tempat Dira berada. Ia duduk gelisah di sofa tua dengan tangan gemetar menggenggam ponselnya. Berulang kali ia mencoba menghubungi Arga, tetapi panggilannya terus tidak dijawab. Hatinya dipenuhi kekhawatiran, tetapi juga amarah yang belum reda sepenuhnya.
Dira: (berbisik pada dirinya sendiri) "Apa dia sedang bertarung dengan Rendi? Atau... apa dia telah meninggalkanku?"
Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Sebuah suara ketukan pelan terdengar dari pintu belakang.
Dira: (terkejut) "Siapa di sana?"
Tidak ada jawaban. Dira berdiri, mendekati pintu dengan langkah hati-hati. Ia meraih sesuatu yang bisa digunakan sebagai senjata—sebuah vas bunga kecil di atas meja. Ketika ia membuka pintu, sosok yang berdiri di sana membuat napasnya terhenti.
Rendi: (tersenyum dingin) "Kau menunggu seseorang, Dira?"
---
Pertemuan yang Tak Terduga
Rendi melangkah masuk tanpa diundang, membuat Dira mundur dengan kewaspadaan tinggi.
Dira: (dingin) "Apa yang kau inginkan, Rendi? Aku sudah cukup menderita karena ulahmu."
Rendi: (menutup pintu dengan pelan) "Aku hanya ingin berbicara. Tidak ada senjata, tidak ada ancaman. Aku ingin kita menyelesaikan ini seperti dua orang dewasa."
Dira tertawa sinis, lalu meletakkan vas yang ia genggam di atas meja.
Dira: "Dewasa? Kau ingin berbicara tentang kedewasaan setelah semua yang kau lakukan? Kau mempermainkan perasaanku, menghancurkan hidupku, dan sekarang kau datang untuk 'berbicara'?"
Rendi menghela napas panjang, mengangkat tangan seolah ingin menunjukkan bahwa ia tidak berniat jahat.
Rendi: "Aku tahu aku salah. Tapi kau harus tahu, Dira, semua ini bukan hanya tentangmu. Ada sesuatu yang lebih besar di balik semuanya."
Dira: (mengernyit) "Apa maksudmu? Jangan mencoba membelokkan kesalahanmu dengan alasan murahan."
---
Pengungkapan Rahasia
Rendi mendekat, lalu duduk di kursi di dekatnya. Ekspresinya berubah serius, membuat Dira ragu-ragu untuk mengusirnya.
Rendi: "Arga tidak seperti yang kau pikirkan. Dia bukan pahlawan yang kau bayangkan."
Dira merasa jantungnya berdetak lebih cepat.
Dira: (mendekat dengan tatapan tajam) "Apa maksudmu? Katakan yang sebenarnya."
Rendi mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya, lalu meletakkannya di meja.
Rendi: "Semua bukti ada di sini. Tentang siapa Arga sebenarnya, tentang apa yang dia lakukan, dan kenapa dia mendekatimu."
Dira membuka amplop itu dengan tangan gemetar. Isinya adalah foto-foto dan dokumen yang tampaknya menunjukkan keterlibatan Arga dalam serangkaian transaksi mencurigakan.
Dira: (berbisik) "Tidak mungkin... Arga tidak mungkin melakukan ini..."
Rendi: "Dia memanfaatkanmu, Dira. Sama seperti aku dulu. Tapi perbedaannya, dia melibatkanmu dalam sesuatu yang jauh lebih berbahaya."
Dira meremas dokumen di tangannya, merasa dunianya runtuh lagi.
---
Konfrontasi yang Memuncak
Sementara itu, di luar rumah, Arga yang terluka parah berusaha kembali ke tempat Dira berada. Luka di lengannya mengucurkan darah, tetapi ia tetap berjalan dengan tekad yang kuat.
Ketika akhirnya ia tiba di depan pintu, ia mendengar suara percakapan di dalam.
Dira: (dengan nada penuh kebencian) "Kau benar. Aku bodoh karena percaya pada siapa pun, termasuk Arga."
Arga tertegun, merasakan sakit yang lebih dalam daripada luka di tubuhnya. Ia mendorong pintu dan masuk.
Arga: (tegas) "Jangan percaya apa pun yang dia katakan, Dira. Rendi hanya mencoba memanipulasimu."
Dira menoleh, matanya penuh dengan kebencian dan air mata.
Dira: "Kenapa aku harus percaya padamu, Arga? Bukankah semua ini juga kesalahanmu?"
Arga: "Karena aku mencintaimu! Semua yang kulakukan, semua kebohongan itu, aku lakukan untuk melindungimu!"
Rendi berdiri, menatap Arga dengan senyum sinis.
Rendi: "Cinta? Kau pikir cinta bisa membenarkan pengkhianatan, Arga? Kau sama buruknya denganku."
---
Ketegangan Memuncak
Ketiganya terjebak dalam kebuntuan emosional yang intens. Dira berdiri di antara dua pria yang sama-sama mengklaim memiliki alasan untuk melindunginya, tetapi dengan cara yang berbeda.
Dira: (menangis) "Kalian berdua sama saja! Aku bukan pion dalam permainan kalian!"
Arga mencoba mendekat, tetapi Dira mundur dengan tangan terangkat.
Dira: "Jangan mendekat! Aku tidak tahu siapa yang harus kupercayai lagi."
Suasana semakin mencekam ketika suara sirene terdengar di kejauhan. Polisi yang mencari Rendi akhirnya menemukan lokasi mereka.
Rendi: (tertawa) "Sepertinya waktuku hampir habis. Tapi ingat ini, Dira, Arga tidak sebersih yang kau pikirkan."
Rendi melarikan diri melalui pintu belakang, meninggalkan Dira dan Arga yang masih saling menatap dengan kebencian dan luka.
---
Dira akhirnya jatuh terduduk di lantai, terisak tanpa henti. Arga mendekat, tetapi tidak berani menyentuhnya.
Arga: (dengan suara lirih) "Aku akan menjelaskan segalanya, Dira. Tapi tolong, beri aku kesempatan."
Dira mengangkat wajahnya, menatap Arga dengan tatapan kosong.
Dira: "Kesempatan? Aku tidak tahu apakah aku punya kekuatan untuk itu, Arga. Hatiku sudah terlalu hancur."
Arga hanya bisa terdiam, menyadari bahwa ia mungkin telah kehilangan Dira untuk selamanya. Namun, ia bertekad untuk mengungkap kebenaran dan membersihkan namanya, meskipun itu berarti harus menghadapi masa lalunya yang kelam.