Di tengah gemuruh ombak kota kecil Cilacap, enam anak muda yang terikat oleh kecintaan mereka pada musik membentuk Dolphin Band sebuah grup yang lahir dari persahabatan dan semangat pantang menyerah. Ayya, Tiara, Puji, Damas, Iqbal, dan Ferdy, tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga impian untuk menciptakan karya yang menyentuh hati. Terinspirasi oleh kecerdasan dan keceriaan lumba-lumba, mereka bertekad menaklukkan tantangan dengan nada-nada penuh makna. Inilah perjalanan mereka, sebuah kisah tentang musik, persahabatan, dan perjuangan tak kenal lelah untuk mewujudkan mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan di kantin
Setelah berdiskusi panjang tentang acara perpisahan dan malam kebersamaan, perut mereka mulai berbunyi tanda lapar.
Iqbal, yang selalu tahu cara menikmati hidup, mengusulkan untuk pergi ke kantin sekolah.
"Ayo, guys. Kita makan dulu. Gue udah laper banget," kata Iqbal sambil menepuk perutnya.
Ayya tersenyum dan setuju. "Setuju banget, Bal. Aku juga udah ngidam bakso," ucapnya sambil melirik ke arah Tiara.
"Aku sih pengen es teh manis yang segar," sahut Tiara.
Mereka pun menuju kantin dan memesan makanan favorit mereka masing-masing.
Ferdy memesan nasi goreng pedas dengan telur mata sapi, Ayya memilih bakso dengan banyak sambal, Tiara memilih mie goreng spesial, Iqbal mengambil ayam penyet, dan Puji serta Damas sama-sama memesan mie ayam.
Suasana kantin cukup ramai, tapi mereka berhasil menemukan meja di sudut yang agak sepi.
Sambil menunggu pesanan datang, mereka berbincang tentang konser dan perpisahan yang akan datang.
"Aku masih gak percaya kita bakal perform lagi di pesta kelulusan," kata Tiara sambil menyenderkan tubuhnya ke kursi.
Ayya tersenyum lebar. "Iya, itu akan jadi momen terakhir kita tampil di sekolah. Harus berkesan banget!"
Saat sedang asik berbincang, pesanan mereka datang, karena mereka sudah laper langsung menyantap makanan dan minuman yang dipesan.
Setelah mereka sudah selesai mereka tidak langsung keluar dari kantin tapi mereka kembali asyik mengobrol dan bercanda sebelum mereka pulang.
Namun, di tengah canda dan obrolan santai itu, tiba-tiba suasana berubah saat Alex dan gengnya datang mendekat.
Alex adalah anak kepala sekolah, yang terkenal suka memalak dan berbuat seenaknya.
Dia selalu merasa superior karena status ayahnya. Namun, yang membuat suasana makin tak nyaman adalah fakta bahwa Alex telah lama menyukai Ayya, meski Ayya tidak pernah menanggapi perasaannya.
Alex langsung duduk di depan mereka tanpa diundang, membuat semua orang di meja Dolfin Band merasa terganggu.
"Heh, Ayya. Udah lama gue perhatiin lo makin cantik aja. Sayang lo malah deket sama anak-anak culun kayak mereka," kata Alex dengan nada meremehkan sambil menatap Ferdy dan teman-temannya dengan senyum sinis.
Ferdy yang biasanya tenang, mulai merasakan darahnya mendidih, tapi dia tetap diam.
Sebaliknya, Iqbal, yang memang mudah tersulut emosinya, langsung berdiri dari kursi.
"Apa lo bilang? Culun?" Iqbal menatap Alex tajam.
Puji dan Damas yang duduk di sebelah Iqbal ikut berdiri. "Lo pikir lo siapa datang ke sini ngelontarin omong kosong?" Puji menambahkan dengan nada tinggi.
Alex hanya tertawa sinis. "Gue ini anak kepala sekolah. Gue bisa ngelakuin apa aja yang gue mau. Dan kalian semua cuma anak-anak gak penting di sekolah ini."
Ayya dan Tiara yang duduk di sebelah Ferdy tak tahan mendengar penghinaan itu. "Denger, Alex. Gue udah bilang dari dulu, gue gak suka sama lo. Gue gak pernah tertarik," kata Ayya dengan tegas, matanya menatap Alex tajam.
Tiara juga ikut berbicara. "Dan kalau lo gak bisa ngerti itu, lo lebih baik pergi sekarang sebelum lo bikin masalah yang lebih besar."
Alex terdiam sejenak, lalu ia mulai tertawa. "Wah, kayaknya cewek-cewek di sini udah bisa ngomong keras ya. Tapi jangan khawatir, Ayya. Gue gak akan nyerah segampang itu."
Melihat Alex terus menghina dan menggoda teman-temannya, Ferdy yang dari tadi diam akhirnya tak bisa menahan diri.
"Prankkkkkkkkk........."
Tiba-tiba terdengar suara pecahan gelas, semua terdiam menoleh ke arah sumber suara.
Saat mereka menoleh ferdy masih menggenggam pecahan gelas, dan semua orang di kantin terdiam, membuat suasana menjadi mencekam.
Tiara dan Ayya terkejut dan panik melihat aksi Ferdy. "Ferdy, jangan!" seru Tiara sambil buru-buru mengambil syal dari lehernya dan mengikat tangan Ferdy yang mulai berdarah.
Ayya, yang sangat mengenal Ferdy, langsung memeluknya dari samping. "Ferdy, please, tenang. Jangan gitu. Gue tau lo marah, tapi lo gak perlu kayak gini."
Ferdy hanya menarik napas dalam-dalam, lalu mengusap kepala Ayya dengan lembut, memberi tanda bahwa dia sudah lebih tenang. "Gue gak apa-apa, Ayya. Cuma sedikit emosi aja," katanya sambil tersenyum tipis.
Alex, yang tadi sempat terdiam, akhirnya memutuskan untuk pergi.
Namun, sebelum meninggalkan mereka, dia mengeluarkan ancaman terakhirnya. "Lo semua bakal kena perhitungan. Gue gak akan tinggal diam soal ini."
Setelah Alex dan gengnya pergi, Tiara semakin khawatir dengan kondisi tangan Ferdy. "Lo harus ke rumah sakit, Fer. Ini gak bisa lo anggap remeh."
Puji dan Iqbal setuju. "Bener, Fer. Mending kita bawa lo sekarang. Siapa tau pecahan kaca masuk ke tangan lo," kata Puji.
Mereka pun segera bergegas membawa Ferdy ke rumah sakit terdekat.
Setelah satu jam diperiksa, dokter memastikan bahwa luka Ferdy tidak terlalu dalam dan tidak ada pecahan kaca yang tertinggal.
Ferdy hanya membutuhkan perban dan sedikit waktu untuk pemulihan.
"Akhirnya lega juga," kata Tiara sambil menghela napas setelah keluar dari rumah sakit.
Ferdy hanya tersenyum. "Gue udah bilang, ini cuma luka kecil. Gak perlu terlalu khawatir."
Mereka kemudian kembali ke sekolah untuk mengambil barang-barang mereka yang tertinggal, lalu berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing.
Ferdy mengantar Ayya dan Tiara, sedangkan Damas diantar oleh Puji.
Iqbal, seperti biasa, kembali ke toko ayahnya untuk membantu.
---
**Dua Hari Kemudian, Panggilan dari Kepolisian**
Dua hari setelah kejadian itu, tepatnya hari Rabu pagi, Ferdy sedang duduk santai di teras depan rumahnya.
Di depannya, seekor burung murai miliknya berkicau dengan indah, menemani dirinya yang sedang menikmati kopi dan rokok.
Namun, suasana tenang itu terganggu oleh suara dering telepon.
Ferdy melihat layar ponselnya dan melihat nama yang tercantum dilayar adalah 'Pak Gatot', komandan polisi yang menangkap Gilang dan teman-temannya beberapa minggu lalu.
"Halo, Pak Gatot," jawab Ferdy setelah mengangkat telepon.
"Selamat pagi, Ferdy. Saya ingin mengundang kamu dan teman-temanmu dari Dolfin Band untuk datang ke polsek. Kami membutuhkan kesaksian kalian mengenai kasus penganiayaan dan penculikan yang dilakukan oleh Gilang dan gengnya," kata Pak Gatot dengan nada serius.
Ferdy mengernyit. "Kesaksian? Kenapa baru sekarang, Pak?"
"Kasusnya cukup rumit, Ferdy. Ada beberapa TKP lain yang melibatkan Gilang dan gengnya, jadi baru sekarang kami fokus ke kasus yang melibatkan kalian. Saya harap kamu dan teman-teman bisa datang hari ini."
Ferdy mengangguk walau tahu Pak Gatot tak bisa melihatnya. "Baik, Pak. Kami akan segera ke sana."
Setelah menutup telepon, Ferdy segera menghubungi teman-temannya.
Satu per satu ia menelepon Ayya, Tiara, Puji, Damas, dan Iqbal, memberitahu mereka soal panggilan dari polisi.
"Guys, kita harus ke polsek. Pak Gatot minta kesaksian kita soal penganiayaan tiga minggu lalu," kata Ferdy kepada Ayya melalui telepon.
Ayya terdengar sedikit khawatir di ujung telepon. "Oke, Fer. Gue siap. Kita harus bantu biar masalah ini cepat selesai."
Tiara yang ikut mendengar percakapan itu juga setuju. "Gue juga bakal datang. Kita harus pastikan Gilang dan gengnya gak bakal lepas dari hukum."
Setelah memastikan semua teman-temannya siap, Ferdy pun bersiap-siap berangkat.
Hari ini mungkin akan menjadi hari panjang bagi mereka, tapi mereka tahu ini adalah langkah terakhir untuk menuntaskan masalah yang telah menghantui mereka selama berminggu-minggu.
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.